Tarian Suling Dewa berasal dari Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Kesenian ini menggunakan seruling yang terbuat dari bambu Buluh. Uniknya, tarian ini hanya ditampilkan selama musim kemarau, dengan tujuan utama memohon hujan.
Menurut beberapa sumber, tari Suling Dewa berasal dari Desa Bayan, Nusa Tenggara Barat.
Tarian Komunikasi
Pada zaman dahulu kala desa ini mengalami kekeringan parah hingga tiga tahun. Kekeringan itu menyebabkan tanaman gagal panen, mengancam kehidupan masyarakat dengan kelaparan.
Dalam kondisi darurat ini, seorang sesepuh mendapat pencerahan dari suara langit. Komunitas atau masyarakat setempat diminta untuk melakukan ritual pemanggilan hujan melalui Tarian Suling Dewa.
Tiupan seruling dalam tarian ini dipercaya sebagai sarana komunikasi antara langit dan air hujan. Masyarakat setempat menganggap seruling ini keramat.
Mereka menyamakannya dengan manusia. Maknanya tanpa tiupan, seruling ini tidak menghasilkan suara, seperti manusia yang tidak bisa hidup tanpa roh.
Baca juga: Imunisasi Tradisional Balita Buton Melalui Tradisi Pedole-dole
Prosesi dan Ritual Tarian
Sebelum tarian dimulai, masyarakat menentukan hari, waktu, dan tempat yang baik. Disiapkan juga sesaji meliputi bunga, gula merah, ayam hitam, uang bolong, beras kuning, dan kapur sirih.
Kapur sirih dianggap elemen terpenting yang diyakini bisa mendatangkan hujan. Prosesi dimulai dengan para sesepuh membawa sesaji ke dalam bale. Kemudian dilanjutkan membacakan mantra, termasuk beberapa ayat Al-Qur’an.
Hal ini dilakukan untuk meminta izin memulai ritual. Setelah izin didapatkan, para penari dan pembawa sesaji membentuk formasi tarian dengan kepala tertunduk sebagai penghormatan. Setelah itu, barulah ritual Tari Suling Dewa dilaksanakan.
Tarian ini diiringi suling dan syair atau tembang yang dibawakan Inan Gending. Kostumnya menggunakan sarung dan kain di pinggang untuk penari pria. Sementara penari wanita mengenakan sarung, kemben, dan selendang.
Tarian Suling Dewa tidak hanya untuk memohon hujan, tetapi juga dipercaya bisa mengusir hama dan binatang buas yang mengganggu. Ritual Suling Dewa juga kerap digunakan untuk mengiringi ritual-ritual adat tertentu, seperti ritual adat Ngasah Ngaponin Sesinggan atau cuci pusakan.