Batu akik merupakan warisan kekayaan alam dari Indonesia. Keindahan dan keunikannya menjadi daya tarik tersendiri. Meski keberadaannya tidak populer lagi, namun di kalangan penggemar, batu akik masih diburu dan dijadikan koleksi pribadi.
Keunikan estetika sebuah batu akik maupun batu permata, tentu tak lepas dari sosok perajinnya. Di Wonosobo, Jawa Tengah ada salah satu perajin yang bisa dikatakan satu-satunya yang masih eksis.
Toni Susanto, namanya. Dia berasal dari Sumberan Barat, Wonosobo.
Toni mengawali usahanya sejak tahun 2013. Keahlian membuat batu unik itu berawal dari kegemarannya dengan batu alam ini dan belajar dari orang tuanya yang juga pengrajin.
Awalnya, dia mulai mencoba membuat beberapa jenis batu dari koleksi pribadinya untuk diolah menjadi batu akik. Ternyata banyak yang membeli hasil karyanya hingga kini menjadi mata pencaharian utamanya.
Proses Pembuatan Batu Yang banyak diburu Kolektor
Menurut penjelasan Toni, proses pembuatan batu akik dimulai dari memilih batu dan mencari motif dari batuanya. Kemudian dipotong menggunakan mesin potong sederhana.
Setelah menemukan bentuk dan ukuran yang pas sesuai keinginan baru digosok dengan mesin asah dan digosok mengguakan amplas. Dilanjutkan finishing menggunakan bambu atau bubuk intan.
Dalam sehari Toni bisa mengerjakan 10 hingga 15 akik. Rata-rata pembuatannya membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk yang mudah.
Namun untuk jenis batu yang sulit bisa mencapai dua jam. Terlebih jika ada motif khusus bisa lebih lama. Karena jika motif itu sudah terpotong atau tergores sedikit saja, maka dapat dikatakan gagal.
Baca juga: Mengenal Saryono, Kolektor Batu Akik Jumbo Asal Wonosobo
Pesanannya Hingga Mancanegara
Harga untuk membuat satu pesanan, relatif tergantung jenis batunya. Dari yang murah yaitu 70 hingga 100 ribu. Toni mengaku pernah menerima pesanan seharga 3 juta. Karena batu itu memiliki motif bergambar yang unik.
Pembelinya kebanyakan dari Wonosobo. Namun ada juga yang dari luar kota. Toni juga menerima pesanan secara online melalui platform Shopee.
“Alhamdulillah banyak ya, dari waktu dulu booming, Jakarta ada, Semarang, dari luar kota itu banyak. Bahkan kemarin dari Amerika yang sedang main ke Dieng itu, mampir ke sini buat akik. Macam-macam dari Inggris juga ada, dari Meksiko ada.” jelas Toni.
Dalam sehari, Toni masih menerima cukup banyak pesanan. Biasanya satu orang pemesan bisa membuat dua hingga 5 buah. Terlebih ketika batu akik masih populernya, bisa menerima pesanan hingga 100 buah akik.
“Harapannya sih ya tetap lanjut ya. Semoga lancar karena batu akik itu sejak zaman Majapahit sampai sekarang pun masih lancar itu. Sebenarnya ya karena saya senang batu, jadi banyak pun tetap saya senang buatnya.” pungkas Toni