By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Bobotan, Upacara Tradisional Kabupaten Indramayu
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Bobotan, Upacara Tradisional Kabupaten Indramayu
Tradisi

Tradisi Bobotan, Upacara Tradisional Kabupaten Indramayu

Ridwan
Last updated: 14/09/2024 12:09
Ridwan
Share
3 Min Read
SHARE

Tradisi Bobotan menjadi momen sakral tradisional yang biasa digelar masyarakat Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tahun 1960-1980.

Saat ini, tradisi Bobotan nyaris hilang karena hanya masyarakat di Kecamatan Cikendung, Kabupaten Indramayu saja yang masih melaksanakan upacara ini.

Istilah bobotan dalam bahasa Jawa artinya berat, selain itu bobotan berasal dari kayu milik Buyut Babar, namanya kayu bobotan. Kayu ini menjadi alat yang digunakan dalam upacara bobotan. Kayu bobotan masih disimpan masyarakat setempat dan keluarganya yang berada di tempat jauh.

Lantas siapa Buyut Babar? Dulu, seseorang prajurit Bagelan yang kalah perang bernama Sutra Jiwa dari Mataram, menetap di Desa Pangkalan, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.

Suatu ketika, Sutra Jiwa bertemu dengan utusan dari Cirebon saat sedang memeriksa daerah perbatasan. Utusan itu memiliki ilmu kedigdayaan bernama Ilmu Macan Siliwangi. Utusan Cirebon menyangka bahwa Sutra Jiwa berpihak pada kompeni (Belanda). Dituduh demikian, Sutra Jiwa pun tidak menerimanya. Mereka kemudian berkelahi. Perkelahian berjalan seimbang dan berakhir dengan babar (wafat). Dari peristiwa itulah, masyarakat menyebut keduanya dengan istilah Buyut Babar.

Upacara bobotan berkaitan dengan keturunan. Apabila memiliki anak pertama laki-laki dan anak bungsu laki-laki maka untuk menyelamatkan jiwa kedua anaknya harus mengadakan upacara bobotan, yaitu keduanya ditimbang, dibobot dengan kayu bobotan. Supaya seimbang, timbangan sebelahnya diberi tambahan berat yang sama.

Selain itu, upacara ini dilaksanakan apabila memiliki anak tunggal laki-laki/perempuan, yaitu hanya memiliki satu anak laki-laki atau satu anak perempuan. Upacara bobotan juga dilakukan apabila satu keluarga memiliki tiga orang anak tapi anak yang kedua sudah meninggal atau anak yang diselang dengan yang sudah meninggal.

Tujuan upacara ini adalah untuk memohon keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa, agar mendapat keselamatan didunia dan akhirat, juga sebagai cara untuk memupuk kerukunan persaudaraan kekeluargaan. Selain itu, agar anak mendapatkan keselamatan, perlindungan, dan kemuliaan.

Jalannya upacara bobotan dimulai dengan menimbang anak. Bobot isi timbangan harus seimbang dengan berat badan anak. Bila isi timbangan lebih banyak, maka anak tersebut akan mendapatkan kemuliaan di kemudian hari.

Barang-barang yang ditimbang adalah barang-barang yang dianggap berharga, seperti pakaian, emas, perak, uang, beras, dan lain-lain. Selanjutnya, barang-barang tersebut menjadi harta kekayaan anak sebagai bekal untuk hidupnya.

Penimbangan dilakukan oleh juru timbang. Saat menimbang, juru timbang melantunkan kidung dengan syair sebagai berikut: Anak kidung kang rumeksa, ing wengi teguh rahayu, tur luput ing lara, luputa saking bilahi kabeh, jin setan datan purun, panelhan tanana wani, saking penggawe ala, gunani wong luput, geni temahan tirta, maling adoh tan wani, ngarah ing mami, tujuh guna pan sirna, saakehe hama pan sani niruda, elas asih ing pan dulu……syair ini belum selesai karena biasa dilantunkan dalam waktu 15-30 menit. Kidungnya berbentuk sinom atau dangdanggula.

Sambil mendengarkan lantunan kidung, sang anak yang ditimbang melemparkan uang ke tempat yang sudah disediakan. Uang tersebut nantinya menjadi milik juru timbang. Juru timbang biasanya akan mengantongi uang kurang lebih satu juta sampai lima juta tergantung tingkat ekonomi si empunya hajat.(Sumber:Kemendikbudristek)

You Might Also Like

Ritual Kebo-Keboan di Banyuwangi, Simbol Hormati Dewi Sri

Tradisi Bekayat Cara Membaca Hikayat Masyarakat Suku Sasak

Wayang Orang Sriwedari, Kesenian Solo yang Masih Lestari

Setonan, Tradisi Pengajian Setiap Sabtu di Masjid Al-Manshur

Ragam Tradisi Lokal untuk Menjaga Kelestarian Bumi Indonesia

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Pameran Seni Rekatkan Hubungan Indonesia-India
Next Article Perpusnas Ajak Generasi Muda Lestarikan Permainan Tradisional
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?