By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Nyorog: Cara Masyarakat Betawi Sambut Ramadan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Nyorog: Cara Masyarakat Betawi Sambut Ramadan
Tradisi

Tradisi Nyorog: Cara Masyarakat Betawi Sambut Ramadan

Anisa Kurniawati
Last updated: 25/01/2025 16:05
Anisa Kurniawati
Share
Tradisi Nyorog dalam budaya Betawi. Foto: senibudayabetawi.com
SHARE

Nyorog merupakan tradisi menyambut bulan suci Ramadan yang dilakukan masyarakat Betawi. Hal ini dilakukan dengan menghantarkan makanan ke tokoh yang lebih tua.

Nyorog berasal dari bahasa Betawi yang berarti nganter, menghantarkan atau mengirim. Tradisi itu juga berfungsi untuk saling memaafkan dan sebagai ajang untuk menjalin tali silaturahmi.

Menurut beberapa sumber, Nyorog tidak hanya dilakukan saat menjelang Ramadan saja. Namun juga saat menyambut Idul Ftri dan menjelang pernikahan adat Betawi.

Sejarah Tradisi Nyorog

Dikuti dari Okezone, Yahya Andi, seorang budayawan Betawi, menjelaskan bahwa tradisi nyorog berasal dari sebuah upacara adat yang disebut ritus baritan. Tradisi ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap fenomena alam. 

Pada masa lampau, sebelum Islam masuk ke Jawa, masyarakat kerap membawa makanan atau sesajen sebagai persembahan kepada Dewi Sri, dewi kemakmuran. Tujuannya sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi.

Persembahan ini merupakan bentuk rasa terima kasih kepada Dewi Sri yang dianggap memberikan kesuburan tanah, tanaman, dan sumber makanan bagi manusia.

Seiring waktu, masuknya peradaban baru ke Nusantara membuat tradisi nyorog berubah.

Hal ini menjadi kegiatan penghormatan kepada yang lebih tua. Dalam praktiknya, generasi muda datang bersilaturahmi ke yang lebih tua dengan membawa berbagai jenis makanan. 

Pendapat lain menyebutkan, tradisi ini diperkenalkan para wali Allah yang menyebarkan agama Islam dari wilayah Sunda Kelapa sekitar tahun 1800 Masehi. 

Bukan Hanya Menjelang Ramadan

Tradisi Nyorog dilakukan dengan menghantarkan makanan kepada yang lebih tua. Pada jaman dulu, hantaran yang diberikan berupa aneka masakan khas Betawi yakni gabus pucung dan semur.

Namun seiring berkembangnya waktu, diganti menjadi yang lebih praktis. Misalkan seperti bingkisan berupa sembilan bahan pokok ataupun bahan makanan mentah lainnya, seperti ikan dan daging.

Terkadang bingkisan yang dibawa berupa makanan khas Betawi yang dimasukkan ke dalam rantang, misalnya sayur gabus pucung.

Saat ini, tradisi Nyorog tidak hanya untuk memperingati Idulfitri atau bulan suci Ramadan saja. Tradisi ini juga kerap dilakukan sesudah pernikahan, menjelang pernikahan, atau setelah lamaran. Tujuannya untuk meminta restu.

Selain itu untuk memperkenalkan diri pada keluarga pasangan, dan tentunya menjalin silaturahmi.

Saat ini istilah “nyorog” mulai menghilang. Namun kebiasaan mengirim bingkisan sampai sekarang masih dilakukan masyarakat Betawi di wilayah Jakarta. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Menelusuri Tradisi Beluluh Kutai, Warisan Budaya Penuh Makna

Keunikan Tradisi Ngarak Kebo Bule Masyarakat Kranggan Bekasi

Menyelamatkan Tradisi Nyadran Dengan Pengaturan Keuangan

Perlon Unggahan, Cara Masyarakat Bonokeling Sambut Ramadan

Suku Baduy Dalam Tetap Setia Bersama Alam

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Vihara Patung Seribu: Destinasi Wisata Spiritual di Tanjungpinang
Next Article Menhub Usulkan Pembayaran THR Lebaran 2025 Lebih Awal
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?