By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Unan-Unan, Tradisi Suku Tengger Lengkapi Hilang Bulan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Unan-Unan, Tradisi Suku Tengger Lengkapi Hilang Bulan
Tradisi

Unan-Unan, Tradisi Suku Tengger Lengkapi Hilang Bulan

Anisa Kurniawati
Last updated: 11/11/2024 03:20
Anisa Kurniawati
Share
Tradisi unan-unan
Masyarakat Tengger sedang menggelar tradisi Unan-Unan. Foto: Indonesia.go.id
SHARE

Tradisi unan-unan juga menjadi simbol toleransi antarumat beragama di Tengger, Jawa Timur yang masih dijaga sampai sekarang.

Suku Tengger di Jawa Timur merupakan salah satu masyarakat adat yang masih mempertahankan tradisi dan budaya. Salah satunya adalah unan-unan atau upacara untuk melengkapi bulan yang hilang dan kemudian kembali utuh. Tradisi ini digelar tiap lima tahun sekali dalam hitungan kalender Tengger.

Dilansir dari laman Indonesia.go.id, Unan-unan digelar sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Tengger kepada alam karena telah memberikan kehidupan selama ini. Tradisi dilakukan dengan mempersembahkan sesaji berupa kepala kerbau. Masyarakat Tengger percaya, kerbau merupakan binatang pertama yang muncul di bumi.

Tradisi ini telah dijalankan sejak berabad silam dan masih lestari sampai sekarang. Di tahun 2024, masyarakat Tengger yang mayoritas adalah pemeluk Hindu Bali kembali menggelar unan-unan. Upacara dilakukan di kawasan dataran tinggi Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru. 

Saat perayaan, masyarakat desa di dekatnya yaitu, Kabupaten Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, dan Malang menyiapkan sesaji.  Sesaji berupa 100 tusuk sate, 100 jenis jajanan pasar hingga 100 tumpeng yang digabung dengan kepala kerbau utuh.

Sesaji diletakkan di dalam keranda berbentuk tubuh kerbau atau dikenal sebagai ancak. Menjelang siang, sesaji akan diarak ke lokasi persembahyangan diikuti seluruh warga. Arak-arakan  diiringi dengan alunan musik tradisional seperti gong, kendang, dan suling.

Tidak hanya masyarakat yang beragama Hindu Bali saja yang ikut, warga Islam dan Buddha juga turut meramaikan tradisi ini. Upacara unan-unan ini juga menunjukkan kuatnya toleransi di antara sesama anak keturunan suku Tengger.

Simbol Toleransi

Unan-unan digelar sebagai permohonan agar diberikan keselamatan dan terhindar dari bencana. Disamping itu, tradisi ini juga menjadi sebuah keharusan untuk menjaga keharmonisan yang diberikan alam kepada suku Tengger selama ini.

Seperti diketahui, suku Tengger memiliki sistem kalender penanggalan yang unik. Dalam satu menurut kalender mereka terdiri dari 13 bulan. Unan-unan sendiri berasal dari kata una yang bermakna memperpanjang. 

Baca juga: Nyadran, Warisan Masa Depan Suku Tengger

Tokoh Hindu Bali asal Tengger, Timbul Oerip mengungkapkan, unan-unan juga menjadi simbol toleransi antarumat beragama yang masih dijaga sampai sekarang. Mereka bergotong royong menyiapkan seluruh perlengkapan sesaji termasuk membangun ancak. “Kami memegang teguh pesan orang tua dan leluhur agar terus menjaga kerukunan hidup dan hubungan lintas iman,” terangnya.

Kerukunan dan toleransi itu dibuktikan dengan gotong royong ketika mendirikan rumah-rumah ibadah. Di samping itu, dalam mendirikan rumah ibadah tiap agama mereka membangunnya saling berdekatan, namun tetap saling menghormati. 

Kendati merupakan sebuah upacara adat, tradisi unan-unan juga berpotensi menyedot perhatian wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara karena keunikan dan penyelenggaraannya yang dilakukan tiap lima tahun.

You Might Also Like

Nyongkolan, Prosesi Adat Sasak Demi Jaga Martabat Pernikahan

Jamu Laut, Tradisi Sakral Nelayan Langkat Menjaga Alam

Hari Kue Bulan, Cermin Budaya Warga Pontianak

9 Pantangan dan Larangan Saat Imlek yang Harus Dihindari

Tradisi Mekiwuka, Parade Perayaan Sambut Tahun Baru

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Agoes Noegroho, Pelukis Kaligrafi Islam Koleksi Kolektor
Next Article Museum Kata Andre Hirata Museum Kata, Jejak Karya Sastra Andre Hirata di Belitung
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?