By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Pahlawan Dayak
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Pahlawan Dayak
Pariwisata

Tugu Ali Anyang, Monumen Perjuangan Pahlawan Dayak

Achmad Aristyan
Last updated: 26/10/2024 09:27
Achmad Aristyan
Share
6 Min Read
Tugu Ali Anyang yang menyimpan kisah sejarah perjuangan pahlawan dari Suku Dayak. Foto: pancurajipost.com
SHARE

Tugu Ali Anyang merupakan monumen yang terletak di bundaran persimpangan jalan raya Trans Kalimantan. Tugu ini telah menjadi salah satu ikon penting dan simbol perjuangan masyarakat Kalimantan Barat dalam menghadapi masa kolonial Belanda sebelum Indonesia meraih kemerdekaannya.

Sayangnya, tidak banyak orang yang menyadari betapa bermaknanya nilai-nilai serta simbol yang terdapat pada Tugu Ali Anyang ini. Monumen ini menampilkan patung Ali Anyang, seorang tokoh yang sangat penting dalam usaha pengusiran penjajah di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan Barat.

Setiap kali masyarakat dari Sintang, Sekadau, Sanggau, dan daerah lainnya melintasi jalan menuju Pontianak, mereka pasti akan melihat Tugu Ali Anyang ini. Dengan memahami sedikit sejarah yang ada di balik Tugu Ali Anyang yang akan saya jelaskan di bawah ini, diharapkan dapat memotivasi kita semua. Ini mengingatkan kita bahwa kakek nenek kita adalah pejuang hebat yang tanpa mengeluh telah berjuang agar kita dapat menikmati kehidupan yang lebih baik saat ini.

Tugu Ali Anyang berlokasi di Jalan Lintas Kalimantan, Desa Sungai Ambawang Kuala, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Jaraknya dari Kota Kubu Raya atau Taman Dirgantara Lanud Supadio Kubu Raya adalah sekitar 15,6 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 32 menit melalui Jalan Adi Sucipto dengan belok kanan ke Jalan Mayor Ali Anyang. 

Jika Anda berangkat dari Pondok Kute atau Jembatan Kapuas 2, jarak ke Tugu Ali Anyang adalah sekitar 5 km atau sekitar 10 menit berkendara. Dari Wisata Kampung Kencana, jaraknya sekitar 4 km atau 9 menit berkendara. Sementara itu, dari Moll Transmart Kubu Raya, jaraknya adalah sekitar 7,5 km atau sekitar 17 menit berkendara jika lalu lintas lancar.

Baca Juga: Festival Babukung, Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun

Tugu Ali Anyang diresmikan untuk menghormati Ali Anyang, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia, dan di sekitarnya terdapat taman mini yang dihiasi pepohonan, bunga, dan rerumputan yang tertata rapi. Terdapat pula jalan trotoar dan tangga pendek yang memungkinkan pengunjung untuk duduk santai di sekitar tugu sambil mengenang perjuangan sang pahlawan.

Namun, perlu diingat bahwa kawasan ini adalah jalur cepat yang merupakan persimpangan tiga, sehingga pengunjung harus berhati-hati dan memperhatikan lalu lintas sebelum menyeberang ke arah Tugu Ali Anyang. Tugu ini tidak direkomendasikan sebagai tempat bersantai karena tingginya risiko lalu lintas yang melintasi kawasan tersebut.

Ali Anyang lahir pada 20 Oktober 1920 di Desa Nanga Manantak, sebuah pemukiman yang mayoritas dihuni masyarakat Dayak (Ambalau, Sintang), Kalimantan Barat. Ia merupakan putra dari Lakak (ayah) dan Liang (ibu). Nama aslinya adalah Anjang, yang kemudian diadopsi oleh keluarga bangsawan asal Jawa, Raden Mas Suadi Djoyomihardjo, yang telah menetap di Kalimantan Barat. 

Ali Anyang menempuh pendidikan di Holland Inlandsche School (HIS), sebuah sekolah elit Belanda yang diperuntukkan bagi anak-anak dari keturunan bangsawan dan pemerintah kolonial. Meskipun ia anak angkat, keluarga Raden Mas Suadi Djoyomihardjo sangat menyayanginya. Ali Anyang juga memeluk agama Islam setelah diadopsi, mengganti namanya menjadi Mohammad Ali Anjang.

Baca Juga: Tari Siwar, Rayakan Keindahan Seni dan Budaya Lahat

Saat remaja, Ali Anyang bercita-cita menjadi petugas medis, memiliki jiwa sosial yang tinggi dan senang membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan medis. Ayah angkatnya mendukung cita-citanya dan mengirimnya ke Semarang untuk belajar perawatan medis. Setelah menyelesaikan pendidikan, ia bekerja di Rumah Sakit Umum Semarang dan kemudian pindah ke kampung halamannya di Pontianak.

Di Pontianak, Ali Anyang bergabung dengan PRRI (Panitia Penyongsong Republik Indonesia), sebuah organisasi yang dibentuk oleh para pemuda untuk menyambut dan menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Ia aktif berperan dalam pertempuran melawan tentara Belanda, termasuk serangan yang dilakukan pada 12 November 1945.

Ali Anyang kemudian diangkat sebagai Komandan Pasukan Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) cabang Kalimantan Barat dan mendirikan pasukan baru bernama Barisan Pemberontak Indonesia (BPI). Pasukan ini bertugas melakukan serangan terhadap tentara Belanda di wilayah Bengkayang, Pontianak, Mempawah, Singkawang, dan Sambas. 

Pada 1946, Ali Anyang dan pasukannya berhasil menyerang markas tentara Belanda di Bengkayang. Penyerangan ini mengakibatkan bendera Merah Putih berkibar di sana, dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan sebagai bentuk kemenangan. Meskipun Belanda berhasil merebut kembali Bengkayang pada Oktober 1946, semangat juang Ali Anyang tidak padam.

Baca Juga: Otorita IKN Fasilitasi Ritual Adat Kutai Pelas Benua

Karena keberhasilannya, Belanda mengeluarkan sayembara untuk menangkapnya dengan hadiah 25.000 gulden. Meskipun dalam pengejaran itu, Ali Anyang tetap melawan dan melakukan perlawanan, termasuk serangan di tangsi militer Belanda di Sambas pada 10 Januari 1949. 

Setelah berbagai pertempuran, pada 27 Desember 1949, Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Republik Indonesia. Mendengar berita tersebut, Ali Anyang memerintahkan seluruh anggotanya untuk kembali ke kampung halaman.

Pada 1950, Ali Anyang menikah dengan Siti Hajir, seorang gadis asal Sambas, dan mereka dikaruniai delapan anak. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) II Kabupaten Sambas. Ali Anyang wafat pada 7 April 1970 karena sakit dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Bambu Runcing, Singkawang.

Untuk mengenang jasa-jasanya, monumen Ali Anyang dibangun di simpang tiga jalan Trans Kalimantan Km-5, Kubu Raya, Kalimantan Barat. (Sumber: pancurajipost.com)

You Might Also Like

Museum Probolinggo Koleksi Jejak Sejarah Tempo Doeloe

Jejak Perebutan Perdagangan Rempah di Benteng Tolukko Ternate

Agrowisata Banongan Situbondo Dengan Pesona Pantai Firdaus

Menikmati Pesona Kota Tua Ikon Gorontalo

Terapi Sound Healing, Wisata Kesehatan Jiwa Berbasis Suara

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Tembawang Tampun Juah, Hutan Perjuangan Masyarakat Dayak
Next Article Pemprov Jambi Optimalkan Cagar Budaya Candi Muaro
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?