By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Upacara Adat Tanam Sasi Bagi Yang Sudah Tiada di Papua
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Upacara Adat Tanam Sasi Bagi Yang Sudah Tiada di Papua
Tradisi

Upacara Adat Tanam Sasi Bagi Yang Sudah Tiada di Papua

Anisa Kurniawati
Last updated: 21/12/2024 15:56
Anisa Kurniawati
Share
Foto: TheAsianParents
SHARE

Tanam Sasi merupakan upacara adat kematian suku Marind di Kabupaten Merauke, Papua. Upacara dilakukan dengan menanam sasi atau sejenis kayu selama 40 hari setelah kematian seseorang. Kemudian setelah 1.000 hari akan dicabut kembali. 

Upacara Adat Tanam Sasi selalu digelar suku Marind, yang mendiami wilayah Papua Barat. Dampak diperkenalkannya tradisi ini adalah hasil ukiran kayu khas Papua menjadi terkenal ke mancanegara.

Sasi bukan hanya kayu biasa, namun memiliki arti khusus tersendiri bagi suku Marind.

  • Pertama ukiran pada kayu sasi melambangkan kehadiran para leluhur.
  • Kedua, tanda keadaan hati bagi masyarakat Papua, yang menyatakan rasa sedih dan bahagia.
  • Ketiga, simbol kepercayaan dari masyarakat melalui motif manusia, hewan, dan tumbuhan.
  • Keempat, melambangkan keindahan dan kenangan nenek moyang yang diwujudkan dalam bentuk karya seni dan mahakarya.

Baca juga: Menggali Makna Tradisi Bakar Batu Masyarakat Papua

Prosesi Tanam Sasi

Dalam upacara Tanam Sasi, juga ditampilkan tarian tradisional yang dinamakan Tari Gatsi, salah satu tarian khas suku Marind. Makna tarian ini adalah selalu mematuhi adat budaya yang ada di masyarakat dan melestarikan tradisi mereka.

Selama pertunjukan, akan diiringi alat musik tradisional dari Papua yaitu Tifa. Alat musik ini sendiri berbentuknya seperti gendang kecil yang terbuat dari kayu susu. Prosesi Tanam Sasi dimulai dengan pengurusan jenazah terlebih dahulu. 

Sama seperti suku Asmat, jenazah diolesi bahan alami yang membuat seluruh tubuh jenazah berwarna hitam. Posisi jenazah dalam keadaan duduk, dan siap diletakkan dalam perapian.

Ritual Potong Jari

Biasanya terdapat ritual tambahan seperti memotong ruas jari tangan, lalu diakhiri dengan nyanyian khas dari Papua. Ritual memotong ruas jari bila melihat sisi kemanusiaan memang sangat tidak wajar.

Namun, bagi masyarakat Papua hal itu merupakan simbol kepedihan mendalam atas keluarga yang telah meninggal. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara adat kematian 3 hari hingga 40 hari. 

Pada waktu 40 hari setelah kematian, diadakan rapat keluarga untuk menentukan waktu tanam sasi. Tradisi ini bisa dilakukan di kebun kelapa, kali, atau dusun sagu, tergantung kesepakatan rapat. Selama 1000 hari sasi tidak boleh diambil. 

Kemudian, setelah 1000 hari keluarga yang berduka sasi bisa diambil. Sasi dapat diambil dengan melakukan ritual pesta adat. Pencabutan sasi dilakukan dengan cara melepas tanda tali. Kemudian melakukan panen dan makan bersama.

Hingga kini upacara adat kematian tanam sasi masih dilestarikan di Merauke, Papua secara turun temurun. Upacara ini menjadi suatu keunikan tersendiri yang tidak bisa ditemukan di daerah lain. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Rokat Tase, Tradisi Para Nelayan Madura

Nyelamet Dowong, Ritual Sasak Selamatkan Padi dari Hama

Melihat Pembersihan Diri Melalui Tradisi Cuci Negeri

Mengenal 7 Tradisi Pernikahan Adat Daerah di Indonesia

Jamu Laut, Tradisi Sakral Nelayan Langkat Menjaga Alam

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Kak Emma Lanjutkan Literasi Permainan Tradisional di Wonosobo
Next Article Mengenal Zayn Nurofik, Pengrajin Eco-Print Ramah Lingkungan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?