Upacara Bekakak atau yang dikenal juga dengan istilah Saparan Gamping, merupakan tradisi yang digelar setiap bulan Sapar dalam kalender Jawa di Gamping, Yogyakarta.
Melansir dari kebudayaan.slemankab.go.id, Kiai Wirosuto yang merupakan abdi dalem Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Wirosuto kenal sebagai pembawa payung kebesaran yang setia menemani Sultan sejak pesanggrahan Ambarketawang hingga keraton baru. Bersama keluarganya, Kiai Wirosuto menetap di Gamping, cikal bakal berdirinya desa itu.
Tujuan Upacara Bekakak
Upacara ini diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada Kiai Wirosuto dan keluarganya yang dianggap memiliki peran besar dalam sejarah dan perkembangan wilayah Gamping.
Bekakak berasal dari kata yang berarti “korban penyembelihan,” namun bukan manusia yang disembelih. Melainkan tiruan manusia terbuat dari tepung ketan dan berbentuk boneka pengantin.
Tujuan upacara ini untuk mengirim doa dan menghormati arwah leluhur yang berperan dalam sejarah.
Waktu Penyelenggaraan
Dilansir dari referensi.data.kemdikbud.go.id, Upacara Bekakak dilaksanakan pada setiap hari Jumat di bulan Sapar, yang jatuh antara tanggal 10 hingga 20.
Acara puncaknya adalah kirab temanten bekakak yang dimulai pada pukul 14.00, dilanjutkan dengan penyembelihan bekakak pada pukul 16.00.
Sesaji dalam Upacara Bekakak
Upacara Bekakak melibatkan berbagai sesaji atau persembahan yang terdiri dari beberapa kelompok.
Terdapat dua kelompok sesaji untuk pengantin bekakak, yaitu nasi gurih (wuduk), nasi liwet, telur mentah, ayam panggang, sambal gepeng, danberbagai jenis minuman seperti kopi pahit dan manis.
Selain itu, ada juga tumpeng urubing dhamar, pecel pitik, hingga rokok/cerutu yang menjadi bagian dari sesaji yang diletakkan bersama pengantin bekakak.
Setiap sesaji ini bermakna sebagai rasa syukur dan harapan bagi kesejahteraan masyarakat.
Midodareni Bekakak
Salah satu tahapan penting dalam upacara ini adalah Midodareni, yang berlangsung pada malam hari sebelum hari penyembelihan.
Pada malam Kamis malam, dua jali yang berisi pengantin bekakak serta sebuah jodhang berisi sesaji akan diberangkatkan menuju balai desa Ambarketawang dengan arak-arakan.
Arak-arakan ini diiringi dengan pertunjukan budaya seperti wayang kulit, reyog, dan uyon-uyon, yang menciptakan suasana sakral namun meriah.
Selain itu, diadakan juga tirakatan di rumah Ki Juru Permono serta kegiatan tahlilan warga sekitar untuk mendoakan keselamatan dan kelancaran upacara.
Kirab Pengantin Bekakak
Pada puncak upacara, kirab pengantin bekakak menjadi bagian yang sangat dinanti. Kirab ini dimulai dengan barisan pembawa umbul-umbul yang diikuti prajurit dan peserta lainnya dengan berbagai kostum tradisional khas Jawa.
Setiap kelompok mengenakan pakaian adat yang mencolok, seperti prajurit dengan celana hitam kagok dan baju lurik, atau pembawa tombak yang dihias dengan bunga melati.
irab ini diiringi dengan pawai musik dari genderang, seruling, dan mung-mung, serta pertunjukan jathilan dan reyog yang memperkaya makna sakral dan kultural upacara.
Penyembelihan Bekakak
Upacara puncak dari Bekakak adalah penyembelihan pengantin, yang dilakukan setelah kirab dan berbagai rangkaian sesaji dibawa ke tempat penyembelihan.
Penyembelihan ini dilakukan secara simbolis sebagai bagian dari penghormatan kepada Kiai Wirosuto dan keluarga.
Proses penyembelihan ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh penghormatan, mencerminkan nilai-nilai spiritual yang mendalam dalam masyarakat Gamping.
Melalui rangkaian upacara yang penuh makna, masyarakat Gamping terus menjaga warisan budaya ini agar tetap lestari, serta menjadi simbol kedekatan antara manusia, alam dan Tuhan.