By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Prosesi Upacara Ngaben, Ritual Suci Hindu Bali
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Prosesi Upacara Ngaben, Ritual Suci Hindu Bali
Tradisi

Prosesi Upacara Ngaben, Ritual Suci Hindu Bali

Ridwan
Last updated: 16/10/2024 01:04
Ridwan
Share
4 Min Read
Foto: wikimedia commons/ kibitan
SHARE

Ngaben merupakan tradisi masyarakat Bali dimana bertujuan untuk menyempurnakan jiwa orang yang sudah meninggal untuk kembali ke Sang Pencipta. Secara turun temurun, tradisi ini menjadi upacara yang sakral sekaligus meriah, tidak hanya bagi masyarakat Bali, namun juga wisatawan. 

Menurut I Nyoman Singgin Wikarman, kata “ngaben” berasal dari kata “beya” yang artinya bekal. Ngaben disebut juga palebon yang berasal dari kata “lebu” yang berarti prathiwi atau tanah atau debu. 

Dalam ajaran Hindu, dipercaya sebagai dewa pencipta, memiliki wujud sebagai Dewa Api. Jadi upacara ngaben adalah proses penyucian roh dengan cara dibakar menggunakan api agar bisa kembali ke Sang Pencipta. Api yang membakar dipercaya dapat membakar semua kotoran pada jasad dan jiwa orang yang telah meninggal. 

Orang Hindu percaya bahwa jiwa manusia yang telah meninggal atau atma harus segera keluar, karena jika terlalu lama atma akan menderita. Untuk mempercepat prosesnya maka dilakukanlah upacara ngaben. Jika ditunda terlalu lama, rohnya akan gentayangan dan menjadi bhuta cuwil. Hal itu disebabkan karena roh-roh tersebut belum melepaskan keterikatannya dengan alam manusia.

Cagar Budaya Cagak Anim Kembali Berdiri Di Tridadi

Prosesi Upacara Ngaben

Mengadakan upacara ngaben termasuk menelan banyak biaya. Banyak persembahan yang disiapkan dan berbagai keperluan arak-arakan yang dibuat. Selain itu, seluruh penghuni banjar (setingkat rukun warga) harus membantu dalam persiapan.

Meski begitu ada banyak tingkatan dalam upacara ngaben, dan bagi mereka yang belum memiliki biaya, jenazah biasanya dikuburkan terlebih dahulu. Ngaben bisa dilakukan bertahun-tahun kemudian setelah keluarga almarhum memiliki cukup dana.

Upacara ini bisa diadakan secara massal atau kolektif. Pihak keluarga dapat membayar sejumlah uang atau bahkan gratis jika memang benar-benar tidak mampu. Meski demikian, ngaben massal tetap dilakukan untuk melestarikan tradisi ngaben itu sendiri.

Ada setidaknya sepuluh rangkaian dalam Upacara Ngaben. Pertama yaitu Ngulapin  di mana seseorang memanggil atma dari jenazah yang sudah meninggal. Selanjutnya proses nyiramin, yaitu jenazah akan dimandikan agar reinkarnasi bisa lahir dengan kondisi tubuh yang baik. 

Proses selanjutnya yaitu, Ngajum Kajang yang menunjukkan bahwa mereka siap melepas kepergian jenazah. Lalu jenazah akan disucikan dalam proses Ngaskara. Tahapan berikutnya yaitu Mameras yang hanya dilaksanakan jika orang yang meninggal sudah memiliki cucu. 

Setelah itu, Papegatan, dalam tahap ini biasanya disertai dengan sesaji dimana keluarga dan kerabat sudah mengikhlaskan kepergian dari orang yang meninggal ini. Kemudian proses Pakiriman Ngutang dimana jenazah dikirim ke makam. Lalu melalui tahapan Ngeseng atau proses pembakaran jenazah. 

Baru kemudian Nganyud, menghanyutkan abu jenazah ke laut atau sungai. Biasanya, setelah 12 kemudian, akan dilakukan prosedur bernama mangelud atau mangoras, di mana keluarga akan menyucikan serta membersihkan lingkungan rumah mereka yang bisa saja masih dipenuhi kesedihan dan rasa duka setelah meninggalnya anggota keluarga.

Ada dua hal penting yang harus ada dalam upacara ini. Pertama, badé yang merupakan menara mirip pagoda dengan jumlah ganjil untuk mengusung jenazah. Kedua, Patulangan merupakan sarkofagus dengan bentuk hewan atau makhluk mitologi tempat jenazah nantinya dikremasi. 

(Anisa Kurniawati-Berbagai Sumber)

You Might Also Like

Pacuan Kuda Gayo yang Tetap Lestari di Takengon, Aceh

Meriahnya Berebut Ikan Goreng saat Nyadran Maguwoharjo

Prosesi Ajun Arah, Warnai Kenduri Swarnabhumi Jambi

Hari Kue Bulan, Cermin Budaya Warga Pontianak

Film Tulang Belulang Tulang Angkat Tradisi Batak

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Museum Wayang, Simpan 6.800 Koleksi Wayang Nusantara
Next Article Dayak Wehea Penjaga Hutan Tropis Kalimantan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?