By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Waruga Minahasa, Penguburan Jenazah Dengan Peti Batu
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Waruga Minahasa, Penguburan Jenazah Dengan Peti Batu
Tradisi

Tradisi Waruga Minahasa, Penguburan Jenazah Dengan Peti Batu

Anisa Kurniawati
Last updated: 19/12/2024 03:49
Anisa Kurniawati
Share
Taman Purbakala Waruga Sawangan di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Foto: Google/ Siane Pelle
SHARE

Lain daerah, lain pula tradisinya, seperti tradisi Waruga yang dilakukan masyarakat suku Minahasa, Sulawesi Utara. Tradisi ini yaitu menguburkan jenazah dalam peti batu dengan posisi meringkuk. 

Waruga berasal dari dua kata “waru” yang berarti “rumah” dan “ruga” yang berarti “badan” seperti yang dikutip dari Indonesia.go.id. Secara harfiah, waruga berarti “rumah tempat badan yang akan kembali ke surga”. Wadah itu memiliki penutup berbentuk segitiga. 

Saat dimasukkan ke dalam waruga, jenazah diposisikan meringkuk seperti bayi dalam rahim. Filosofi posisi ini bagi masyarakat Minahasa adalah manusia mengawali kehidupan dengan posisi bayi dalam rahim, maka semestinya mengakhiri hidup juga dalam posisi yang sama.

Dalam bahasa setempat, filosofi ini dikenal dengan istilah “whom”.  Tidak hanya itu, jenazah juga ditempatkan dalam posisi menghadap ke arah utara yang menandakan nenek moyang suku Minahasa berasal dari utara.

Berdasarkan Status Sosial 

Tradisi Waruga diyakini mulai digunakan oleh Suku Minahasa pada abad ke-9. Namun, sayangnya tradisi ini dilarang Belanda pada tahun 1860. Alasannya, karena pada saat itu tengah mewabah pes, tifus, dan kolera. Penyakit ini dikhawatirkan bisa menyebar melalui celah kotak Waruga.

“Pas agama Kristiani masuk kesini dibawa oleh Belanda juga masyarakat Minahasa mulai deh menguburkan jasad dalam peti mati lalu dikubur kedalam tanah. Sampai tahun sekitar 1977 makam baru diurus lagi oleh pemerintah, tadinya terbengkalai gitu aja udah,” ujar Juru Kunci, Anton. 

Pada saat itu, yang dikuburkan di dalam Waruga hanya orang-orang berkelas sosial tinggi. Hal itu ditandai lewat ukiran yang ada di penutupnya. Seperti motif wanita beranak menunjukkan yang dikubur adalah dukun beranak. 

Waruga diyakini mulai digunakan oleh Suku Minahasa pada abad ke-9. Foto: Google/Erni Kalalo

Selain itu, ada gambar binatang menunjukkan yang dikubur dalam Waruga adalah pemburu. Penutup yang diukir gambar beberapa orang menunjukkan yang dikubur adalah satu keluarga. Jumlah orang yang dikubur ditandai dengan ukiran berupa garis di samping penutup Waruga.

Dalam menguburkan jenazah, masyarakat Minahasa juga menguburkan barang. Untuk mengetahui barang-barang apa saja yang dikubur beserta pemilik di Waruga, sebuah rumah panggung khas Minahasa di samping makam akan menunjukkannya. 

Barang-barang berupa piring, gelas dan perkakas lainnya ditaruh di dalam lemari kaca. Hanya saja, barang-barang tersebut sudah dalam keadaan tak utuh.

Taman Purbakala 

Saat ini, jejak mahakarya zaman Megalitikum itu ditemui di Taman Purbakala Waruga Sawangan. Lokasinya berada di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Tempat ini kini menjadi destinasi wisata sejarah favorit para pelancong.

Di taman ini, setidaknya ada 143 Waruga yang di kelompokan berdasarkan ukuran. Waruga berukuran kecil dengan tinggi antara 0-100 cm berjumlah 10 buah. Waruga berukuran sedang dengan tinggi antara 101-150 cm berjumlah 52 buah. Terakhir, Waruga berukuran besar dengan tinggi antara 151-250 cm berjumlah 81 buah.

Dulu taman tersebut sangat terbengkalai. Kuburan-kuburan tersebar di area rumah warga. Hingga akhirnya pemerintah setempat melakukan pengumpulan dan pemugaran di tahun 1977. Kini Taman Purbakala Waruga Sawangan bisa dikunjungi oleh publik. 

Ketika masuk ke kompleks taman, pengunjung akan melihat relief di kiri kanan. Relief tersebut menggambarkan bagaimana pembuatan hingga pemakaian Waruga. Meski ada ratusan Waruga, hanya 31 yang bisa diidentifikasi.

You Might Also Like

Tradisi Ngin-Angin, Prosesi Lamaran Bagi Calon Pengantin

Jamasan, Ruwatan Anak Berambut Gimbal Di Dieng

Maras Taun, Ritual Doa dan Makan Bersama dalam Tradisi Belitung

Tradisi Nyangku, Momen Sakral Leluhur Kerajaan Galuh Ciamis

Nyadran Rejeban Plabengan: Lestarikan Warisan Budaya

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Menyaksikan Sisa Perang Dunia II di Museum Bawah Laut Biak
Next Article Kisah Asmara Dalam Legenda Putri Naga Pulau Komodo
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

perdagangan karbon
Indonesia Pastikan Target Perdagangan Karbon USD 65 Miliar Bukan Sekadar Angka
Video 12/05/2025
Waisak, Sejarah dan Makna Peringatan Hari Raya Buddha di Indonesia
Tradisi 12/05/2025
Fadli Zon Ajak HIPIIS Berperan dalam Kebijakan Publik
Berita 12/05/2025
Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Warisan Budaya 12/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?