Warak Ngendog, yang secara harfiah berarti “Burung Bertelur”, adalah sebuah makhluk mitologi yang menjadi simbol dalam perayaan Dugderan di Semarang, Jawa Tengah.
Perayaan ini digelar setiap tahun pada 23 September, atau beberapa hari sebelum bulan Ramadan.
Warak Ngendog merupakan sosok khas dan penuh makna, menggambarkan keberagaman budaya di Semarang, kota yang menjadi titik pertemuan berbagai etnis dan budaya.
Makhluk Mitologi yang Penuh Simbolisme
Melansir dari liputan6.com, Warak Ngendog digambarkan sebagai seekor makhluk yang unik dan penuh dengan simbolisme. Bentuk tubuhnya merupakan gabungan dari berbagai elemen budaya yang ada di Semarang.
Kepalanya menyerupai naga, simbol penting dalam budaya Tionghoa. Tubuhnya, merupakan perpaduan antara buraq (hewan istimewa dalam tradisi Arab yang diyakini membawa Nabi Muhammad SAW ke Sidratil Muntaha) dengan kambing (sebuah simbol tradisi Jawa).
Makhluk ini digambarkan dengan ciri-ciri yang sangat menarik yaitu setengah jerapah, setengah singa, setengah naga Tionghoa, setengah kuda, dan setengah burung.
Warak Ngendog tidak hanya menjadi simbol mitologis, tetapi juga menjadi permainan populer di kalangan anak-anak yang memeriahkan perayaan Dugderan.
Setiap tahun, masyarakat Semarang menyambut perayaan ini dengan penuh kegembiraan, membawa Warak Ngendog ke jalan-jalan kota, sebagai bagian dari tradisi yang sangat dinanti-nantikan.
Mewakili Keberagaman Etnis di Semarang
Dilansir dari amanat.id, salah satu aspek menarik dari Warak Ngendog adalah kemampuannya mewakili keberagaman budaya yang ada di Semarang. Selama ini, Semarang dikenal sebagai kota yang kaya akan etnis dan budaya.
Mahluk Mitologi ini menjadi simbol yang menghubungkan tiga kelompok etnis yang berbeda: Jawa, Tionghoa, dan Arab.
Melalui bentuk tubuhnya yang menggabungkan elemen-elemen dari budaya ini, Warak Ngendog menyampaikan pesan tentang harmoni dan persatuan antar etnis di Semarang.
Perayaan Dugderan: Awal Ramadan yang Penuh Makna
Perayaan Dugderan, yang merupakan awal dari rangkaian kegiatan menyambut bulan Ramadan, menjadi lebih spesial dengan hadirnya Warak Ngendog.
Selain sebagai simbol keberagaman, Warak Ngendog juga memegang peranan penting dalam tradisi ini, memberikan warna dan semangat dalam menyambut bulan suci umat Islam.
Setiap tahunnya, masyarakat Semarang merayakan Dugderan dengan berbagai kegiatan, termasuk prosesi mengarak Warak Ngendog, yang menjadi simbol kegembiraan dan harapan untuk bulan Ramadan yang penuh berkah.
Legenda yang Hidup di Semarang
Tidak hanya sebagai simbol dalam perayaan Dugderan, Warak Ngendog telah menjadi bagian dari cerita dan legenda yang hidup di Semarang, Jawa Tengah.
Sebagai sebuah makhluk mitologi, sosoknya melambangkan semangat persatuan, keberagaman, dan kerukunan antar etnis yang ada di kota berjulukan kota Jamu ini.
Ia tidak hanya menjadi simbol dari masa lalu, tetapi juga terus dihargai dan dilestarikan masyarakat Semarang sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga.
Dalam kehidupan sehari-hari, Warak Ngendog juga menjadi inspirasi bagi banyak karya seni dan kerajinan tangan yang dapat ditemukan di berbagai sudut kota Semarang.