By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kesenian Wayang Timplong yang Kini Mulai Terpinggirkan
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Kesenian Wayang Timplong yang Kini Mulai Terpinggirkan
Warisan Budaya

Kesenian Wayang Timplong yang Kini Mulai Terpinggirkan

Anisa Kurniawati
Last updated: 18/12/2024 06:53
Anisa Kurniawati
Share
Keunikan dari Wayang Timplong adalah terbuat dari kayu mentaos namun pada bagian lengan menggunakan kulit. Foto: indonesiakaya.com
SHARE

Wayang Timplong, kesenian tradisional yang berasal dari Desa Jetis Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Wayang ini terbuat dari kayu, dengan bagian tangan terbuat dari kulit binatang. Suara gamelan pengiringnya menghasilkan bunyi Plong….Plong…Plong karena terbuat dari bambu, sehingga dinamakan timplong. 

Kesenian Wayang Timplong mungkin kurang begitu populer di kalangan masyarakat, jika dibandingkan Wayang kulit Purwa. Kelahiran wayang timplong tak bisa dilepaskan dari sosok Ki Bancol atau Mbah Bancol dari Grobogan, Semarang, 

Berdasarkan Jurnal “Studi Tentang Wayang Timplong di Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk” oleh Ahmad Burhan Muzaqi, Wayang Timplong diciptakan Mbah bancol tahun 1910.

Semasa kecil mbah Bancol senang menonton pertunjukkan kesenian wayang Klithik. Mbah Bancol kemudian berinisiatif membuat wayang baru yang berbeda dengan wayang lainnya.

Dia juga menyiapkan seperangkat gamelan sederhana. Pengiringnya terdiri dari sebuah gambang bambu, sebuah kendang, tiga buah kenong, dan sebuah kempul (gong kecil).

Sebagai pencipta dan dalang pertama, Ki Bancol mewariskan keahlian secara turun-temurun. Mula-mula kepada Darto Dono, lalu Ki Karto Jiwul, Ki Tawar, Ki Gondo Maelan, Ki Talam, dan Ki Jikan –dua nama terakhir beralih profesi lain. Sejak era Ki Gondo Maelan, dalang wayang timplong sudah tidak memiliki garis keturunan langsung dengan Ki Bancol. 

Keunikan Bunyi

Bunyi gambang bambu dari musik pengiring terdengar seperti thing-thong dan bunyi “plong” dihasilkan dari kenong. Maka dari itu, kesenian ini disebut wayang timplong. Sering disebut juga wayang kricik karena bila dimainkan menimbulkan bunyi kricik-kricik.. 

Keunikan Wayang tradisional ini yakni dibuat dari kayu mentaos namun pada bagian lengan menggunakan kulit. Disamping itu kesenian ini tidak memiliki pesinden dan pengisi suara hanya dilakukan Dalang dan panjak (penabuh gamelan). 

Wayang ini digunakan sebagai sarana hiburan. Pada tahun 1970-an, kesenian ini pernah mencapai puncak popularitasnya. Namun kini perlahan mulai menurun, bahkan terancam punah.

Pentas Khusus

Tokoh Wayang Timplong kurang lebih terdapat 70 wayang. Namun yang pakem ada Sembilan, yakni tokoh Ksatria (prajurit), Satria Muda, Putri Sekartaji, Ratu (Putri), Panji, Satrio Sepuh, Patih, Tumenggung dan Ratu (Kediri, Majapahit, Jenggala) tergantung cerita. 

Tidak ada penokohan khusus kecuali Panji, Sekartaji, dan Kilisuci saja dalam kesenian ini. Cerita atau lakon yang dibawakan biasanya mengambil cerita Panji yang berlatar belakang hubungan kerajaan Jenggala dan Kediri. Misalkan seperti Babad Kediri, Asmoro Bangun, Panji Laras Miring, Jaka Umbaran, Jaka Slewah, Dewi Galuh, Dewi Sekartaji dan lain-lain.

Saat ini kurang begitu berkembang di masyarakat Nganjuk. Biasanya hanya ditampilkan pada hanya dipentaskan dalam acara ruwatan atau bersih desa untuk tolak bala, melepas nadzar, atau acara khusus tertentu di pedesaan daerah Nganjuk. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Kue Kembang Goyang Betawi, Camilan yang Tak Lekang Waktu

Ini Alasan Ubi Madu Cilembu Sumedang Bercita Rasa Unik

Melihat Tari Penjemputan Tamu Mondotambe Khas Suku Tolakai 

Kak Emma Bermain Bersama Pelajar MI Muhammadiyah Wonosobo

Kuliner Mi Kopyok Semarang dengan Lontong Berkuah Bawang

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Misteri Ikan Dewa dan Sejarah Balong Keramat Darmaloka
Next Article Menyaksikan Fenomena Air Terjun Di Pantai Karang Taraje
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?