Tari Lego-Lego merupakan salah satu warisan budaya tertua dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Ditarikan secara massal, para penari saling bergandengan dan membentuk formasi melingkar mengelilingi Mezbah (benda suci yang disakralkan).
Tarian asal NTT ini juga disebut sebagai tari multi etnik. Hal ini dikarenakan ditarikan banyak orang tanpa memandang gender, agama, status sosial, klan dan bahasa. Tarian ini telah ada sejak zaman nenek moyang sebagai bagian dari ritual adat.
Bisikan Leluhur
Asal usul Lego-Lego berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat adat di Pulau Alor. Berdasarkan mitos masyarakat, tari ini berasal dari bisikan gaib para leluhur orang Alor yang dikatakan sebagai roh suci. Masyarakat Alor menyebutnya dengan Loki dan Kati.
Roh suci itu bernyanyi pada tengah malam, dan di dengar para tetua dan masyarakat Alor. Kemudian mereka mulai menirukan nyanyian itu di tengah mezbah. Para penari menjadi seperti kesurupan karena dirasuki roh suci Loki dan Kati. Sejak itu mulailah masyarakat Alar melakukan tari Lego-Lego.
Kata lego-lego sendiri konon berasal dari bisikan gaib yang berbunyi “eeeeee” dan bunyi “oooo”. Dulunya tarian ini ditarikan dengan gerakan membuang kaki ke kanan dan ke kiri dengan menghentakannya ke tanah, yang dalam bahasa Abui disebut Lego-lego.
Awalnya, tarian tradisional ini dilakukan untuk memperingati peristiwa penting seperti upacara adat, perayaan panen, atau penghormatan kepada leluhur. Tari Lego-Lego juga menjadi simbol rasa syukur, persatuan, kebersamaan dan kegembiraan.
Baca juga: Bukti Akulturasi Budaya Minahasa dan Eropa dalam Tari Katrili
Tarian Massal
Tari Lego-Lego biasanya dimainkan penari pria dan wanita secara massal. Dalam tarian ini mereka menari dengan saling bergandengan dan membentuk formasi melingkar mengelilingi Mezbah. Dalam masyarakat alor sendiri mezbah merupakan benda yang disakralkan.
Mezbah berupa batu-batu yang disusun menjadi tempat berkumpul atau persatuan. Di salah satu ujungnya terdapat lingkaran kecil berisi tiga tiang batu sebagai tempat persembahan.
Fungsi utama dari mesbah adalah sebagai tempat pemujaan terhadap Dewa- Dewa kepercayaan masyarakat Alor. Tiga tiang batu dalam mezbah memiliki simbol masing-masing.
- Tiang pertama di tengah sebagai simbal Raja (Sok).
- Tiang kedua di sebelah kanan sebagai simbol pahlawan-pahlawan masyarakat Alar (Kawa).
- Tiang ketiga di sebelah kiri sebagai simbol Imam Agama (Aring)
Dalam tarian Lego-lego, para penari akan mengelilingi mezbah sambil mengucapkan doa dan nyanyian. Dengan adanya Mezbah, menjadi ciri khusus yang membedakan Tari Lego-Lego dengan tari tradisional dari daerah yang lainnya.
Gerakan Tari Lego-Lego didominasi langkah kaki sederhana tetapi penuh makna. Penari bergerak dalam formasi melingkar sambil bergandengan tangan, menciptakan harmoni dan keselarasan.
Setiap langkah kaki mengikuti irama musik tradisional, menciptakan suasana yang dinamis dan semangat kebersamaan. Tarian Lego diiringi oleh musik tradisional khas NTT. Alat musik utama yang digunakan adalah gong dan moko, yang menghasilkan irama ritmis dan energik.
Para penari juga mengenakan pakaian adat khas NTT yang dihiasi motif tenun ikat. Tenun ikat ini tidak hanya menambah estetika tarian, juga merepresentasikan identitas budaya masyarakat NTT.
Baca juga: Melihat Warisan Leluhur Alor di Museum 1000 Moko Kalabahi
Hormati Leluhur
Tari Lego-lego dulunya sering dilakukan dalam upacara adat sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Seiring perkembangannya, tarian ini dipentaskan untuk menyambut tamu, wujud rasa syukur ketika mencapai sesuatu, dan juga sebagai hiburan dan ekspresi seni.
Melalui Tari Lego-Lego, masyarakat NTT menunjukkan bahwa tradisi lokal tetap relevan dan penting dalam kehidupan modern. Dengan melestarikan tarian ini, kita tidak hanya menjaga kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga menghormati nilai-nilai yang diwariskan leluhur. (Dari berbagai sumber)