Telaga Biru Galela adalah salah satu destinasi wisata terkenal di Maluku Utara, tepatnya terletak di Desa Mamuya, Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara.
Keindahan telaga ini terletak pada airnya yang jernih berwarna biru, menyatu dengan alam yang masih asri dan alami, menjadikannya daya tarik utama bagi wisatawan dari berbagai daerah.
Di balik keindahan alamnya, ada legenda yang menyelimuti asal-usul terbentuknya telaga ini dan menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita rakyat Maluku Utara.
Telaga yang Menggemparkan
Menurut cerita di masyarakat Maluku Utara, Telaga Biru terbentuk dari genangan air mata seorang gadis yang patah hati. Konon, dahulu kala, Desa Mamuya dikenal sebagai wiilayah sangat kering.
Tanahnya yang berbatu-batu membuat warga harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan air. Namun, tiba-tiba, sebuah telaga dengan air berwarna biru muncul di tengah desa yang sebelumnya kekurangan air.
Kejadian yang menggemparkan desa ini membuat warga penasaran. Apakah ini merupakan sebuah anugerah atau justru sebuah musibah? Untuk mencari tahu, digelar sebuah ritual adat.
Ritual ini dimulai dengan bunyi kentungan, atau dolo-dolo, yang memanggil warga untuk berkumpul dan mencari penjelasan tentang peristiwa ini.
Air Mata Gadis
Dalam ritual, tetua adat menanyakan apakah ada keluarga atau penduduk yang belum hadir. Ternyata, ada dua keluarga yang anggota keluarganya hilang.
Satu keluarga mengabarkan,seorang gadis muda atau majojaru telah meninggalkan rumah dua hari yang lalu. Sementara keluarga lainnya menceritakan, seorang pemuda atau magohiduuru telah merantau enam bulan yang lalu dan belum kembali.
Puncak ritual ini memanggil leluhur untuk meminta petunjuk. Dan ternyata, jawaban atas misteri telaga biru ini terungkap.
Air telaga itu berasal dari air mata sang majojaru, yang dengan setia menunggu kekasihnya yang tidak kunjung pulang. Air mata ini akhirnya membentuk telaga biru yang kini menjadi sumber kehidupan bagi Desa Mamuya.
Baca juga: Legenda Manik Angkeran dan Asal Mula Terjadinya Selat Bali
Kasih Tak Sampai
Kisah yang lebih mendalam tentang legenda ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang saling setia. Mereka sudah lama berhubungan dan magohiduuru berniat untuk menikahi sang majojaru.
Namun, sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, magohiduuru harus merantau ke negeri seberang Dengan janji setia, keduanya berpisah, berjanji akan bertemu kembali dan melangsungkan pernikahan setelah magohiduuru pulang.
Namun, bulan demi bulan berlalu tanpa kabar dari magohiduuru. Hingga enam bulan kemudian, majojaru tidak tahan lagi dan pergi ke pelabuhan untuk mencari tahu apakah kapal yang membawa kekasihnya telah kembali.
Namun, sesampainya di sana, kapal yang ditunggu tak kunjung tiba. Dengan rasa penasaran, majojaru bertanya kepada awak kapal, dan mendapat kabar duka bahwa kapal yang ditumpangi magohiduuru terbalik dan tenggelam di tengah laut.
Baca juga: Cerita Rakyat Roro Kuning, Kisah Putri Raja Kerajaan Kediri
Legenda Penuh Makna
Hancurlah hati sang majojaru. Dengan perasaan putus asa, ia berlari tanpa tujuan, dan akhirnya berhenti di sebuah tempat yang sejuk di bawah pepohonan beringin.
Di sana, ia menangis sejadi-jadinya, tidak bisa menahan kesedihannya. Tanpa sadar, air mata majojaru terus mengalir tanpa henti selama dua hari, hingga membanjiri tanah di sekitarnya.
Air mata itu akhirnya membentuk sebuah telaga, yang dikenal dengan nama Telaga Biru. Air yang terbentuk pun berwarna biru,yang konon mencerminkan warna mata majojaru yang penuh dengan kesedihan dan harapan yang kandas.
Legenda Telaga Biru mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan dan komitmen dalam sebuah hubungan. Seperti majojaru yang setia menunggu kekasihnya, meski akhirnya ia harus menerima kenyataan pahit, kesetiaannya menjadi cermin dari suatu nilai mulia yang tetap memberi dampak baik pada lingkungan di sekitarnya. (Dari berbagai sumber)