Wilayah yang berada di bagian utara Pulau Sulawesi yakni Minahasa, memiliki sejarah yang masih menjadi bahan perdebatan di kalangan ilmuwan terkait asal-usul masyarakatnya.
Beberapa ahli menyebutkan, orang Minahasa berasal dari ras Mongolscheplooi, yang memiliki kedekatan dengan Suku Ainu, Jepang dan Mongol atau kelompok etnis lainnya.
Salah satu legenda yang memperkaya pemahaman ini adalah Legenda Putri Lumimuut, yang mengisahkan hubungan budaya Minahasa dengan tradisi Asia Timur.
Kisah Putri Rumimoto
Melansir dari budi.kemdikbud.go.id, kisah dimulai di Jepang, di mana seorang kaisar yang terkenal kejam memerintah dengan tangan besi. Ketika salah satu penari dari kelompok yang seharusnya tampil tidak hadir, kaisar marah besar.
Ternyata, penari itu adalah putri dari kaisar sebelumnya, Rumimoto, yang merasa lelah setelah penampilan sebelumnya. Meskipun ia meminta izin untuk beristirahat, kaisar memutuskan untuk memberinya hukuman berat.
Namun, para hakim istana berhasil membujuk sang kaisar untuk mengganti hukuman mati itu dengan hukuman yang lebih ringan yaitu menghanyutkanya ke lautan dengan sebuah perahu.
Terdampar di Tanah Manandau
Perjalanan Rumimoto di lautan begitu berat dan panjang, namun ia akhirnya terdampar di sebuah pantai indah bernama Manandau. Di sana, ia bertahan hidup dengan mencari buah-buahan dan belajar berburu.
Setelah itu sang putri jatuh sakit. Beruntung ia diteukan dan kemudian dirawat seorang wanita tua bernama Karema, yang membawanya kembali pulih dan sehat.
Karema, yang memiliki kekuatan sakti, percaya bahwa Rumimoto bukanlah gadis biasa. Setelah sembuh, Rumimoto mengganti namanya menjadi Lumimuut untuk meninggalkan masa lalu yang penuh penderitaan.
Anak Titisan Dewa
Lumimuut kemudian dididik Karema dan diperkenalkan dengan pengetahuan lokal agar dapat diterima masyarakat sekitar. Di wilayah itu, dua tokoh sakti, Opo Sumandep dan Opo Sumilang.
Mereka meyakini bahwa Lumimuut diutus para dewa untuk melanjutkan keturunan di tanah Manandau. Keduanya pun berdoa agar Lumimuut daapat memiliki seorang anak laki-laki, yang kelak menjadi pemimpin baru.
Setelah menjalani upacara yang dipimpin Opo Barat, Lumimuut melahirkan seorang anak laki-laki bernama Toar. Nama Toar memiliki makna yang mendalam, menggambarkan bahwa ia lahir sebagai titisan dewa.
Toar tumbuh menjadi pemuda yang gagah, dibesarkan Lumimuut dan Karema. Namun Toar hanya dikenal Karema sebagai ibu kandungnya.
Manandau: Tanah Toar dan Lumimuut
Suatu hari, Karema meminta Lumimuut dan Toar untuk mengelilingi Gunung Wulur Maatus, sambil membawa tongkat pemberian dari Karema. Bila mereka bertemu orang yang membawa tongkat berbeda, berarti itu adalah pasangannya.
Mereka kemudian menemukan bahwa tongkat itu memiliki panjang yang berbeda, sebuah tanda bahwa mereka akan menikah. Pernikahan mereka akhirnya dilaksanakan dan disaksikan Opo Sumandep dan Opo Sumilang.
Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai sembilan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan, yang menjadi cikal bakal Etnis Minahasa.
Tanah tempat mereka tinggal dikenal dengan nama Manandau, yang kini lebih dikenal sebagai Manado. Dari keluarga Toar dan Lumimuut, lahirlah generasi yang membentuk masyarakat Minahasa, yang hingga kini menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya Sulawesi Utara. (Dari berbagai sumber)