By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kolaborasi Seni, Spiritualitas dan Tradisi dalam Tari Bedaya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Kolaborasi Seni, Spiritualitas dan Tradisi dalam Tari Bedaya
Warisan Budaya

Kolaborasi Seni, Spiritualitas dan Tradisi dalam Tari Bedaya

Achmad Aristyan
Last updated: 09/01/2025 13:06
Achmad Aristyan
Share
Tari Bedaya yang berakar dari Keraton. Foto: wisatajawa.com
SHARE

Tari Bedaya merupakan salah satu bentuk seni klasik Jawa yang memiliki akar mendalam dalam tradisi istana atau keraton pewaris takhta kerajaan Mataram.

Tarian ini dikenal dengan gerakan-gerakan yang gemulai, penuh keharmonisan, dan suasana meditatif, mencerminkan nilai-nilai luhur budaya tradisional Jawa. 

Iringan musik gamelan minimalis mengiringi tarian ini, memberikan nuansa khidmat dan mendalam bagi penonton maupun penari. Penari bedaya umumnya adalah wanita, meski ada variasi seperti Bedhaya Kakung yang ditarikan lelaki. 

Melansir dari kompasiana.com, tarian ini sering kali tercipta dari inspirasi raja mengenai peristiwa tertentu, disajikan dalam bentuk yang sangat stilistik dan simbolis.

Bedaya biasanya menjadi bagian penting dalam upacara keraton Mataram, seperti ulang tahun kenaikan takhta raja atau dikenal sebagai tingalan jumenengan dalem.  

Penari Tradisi Keraton

Jumlah penari dalam tarian Bedaya ditentukan berdasarkan tradisi keraton yang menaunginya. Di lingkungan Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta, tarian ini biasanya dibawakan sembilan penari perempuan. 

Sementara itu, di Kadipaten Mangkunegaran dan Pakualaman, penarinya berjumlah tujuh orang.

Persyaratan dan Nilai Sakral

Dilansir dari Wikipedia, selain jumlah penarinya yang berbeda, tari Bedaya juga dikenal memiliki persyaratan khusus yang mencerminkan nilai-nilai spiritualnya.

Beberapa versi tarian ini mensyaratkan penarinya masih perawan, tidak sedang dalam masa menstruasi, dan harus menjalani ritual puasa sebelum berpentas. 

Persyaratan ini menegaskan bahwa Bedaya bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi juga bagian dari praktik spiritual yang mencerminkan kesakralan dan keagungan tradisi keraton.

Beberapa Tarian Bedaya yang Tersohor

  1. Bedaya Ketawang  

Merupakan pusaka Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Bedaya Ketawang menjadi bagian utama dalam perayaan jumenengan dalem atau pelantikan Sri Susuhunan. Konon, tarian ini diciptakan Sultan Agung Prabhu Hanyakrakusuma.  

Durasi awal Bedaya Ketawang adalah dua setengah jam, tetapi kini dipadatkan menjadi sekitar satu setengah jam.

Tarian ini mengisahkan pertemuan antara Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul, menggambarkan perjanjian suci antara keduanya untuk saling menjaga dua kerajaan.  

  1. Bedaya Anglirmendhung  

Tarian ini merupakan pusaka Kadipaten Praja Mangkunegaran dan diciptakan Mangkunegara I (Raden Mas Said).

Tarian ini mengenang pertempuran besar yang dipimpin Mangkunegara I melawan pasukan gabungan Surakarta dan VOC di Ponorogo pada tahun 1752.

  1. Bedaya Semang  

Sebagai pusaka Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Bedaya Semang juga ditarikan sembilan penari perempuan. Tarian ini mengisahkan pertemuan antara Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul, mencerminkan hubungan antara dunia spiritual dan duniawi. 

Tarian ini diperkirakan diciptakan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana I.  

  1. Bedaya Arjuna Wiwaha  

Pusaka dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini diciptakan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Tarian ini menggambarkan kisah Arjuna dalam epos Mahabharata, di mana sang pahlawan melakukan perjalanan spiritual untuk mendapatkan wahyu dan kekuatan. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mung Dhe, Tarian Penyamaran Mantan Prajurit Diponegoro

Revitalisasi KCBN Muarajambi Demi Warisan Budaya Lestari

Perpres Baru, Kebudayaan Penggerak Pembangunan 2025-2045

Cagar Budaya Cagak Anim Kembali Berdiri Di Tridadi

12 Geopark Indonesia Kini Masuk Jaringan UNESCO Global Geopark

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Mencicipi Mendut, Jajanan Kenyal Beraroma Khas Daun Pisang
Next Article Prol Tape Jember, Perpaduan Asam Manis dalam Satu Gigitan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?