By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Mengenang Dono Warkop, Komedian Legendaris Indonesia
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Mengenang Dono Warkop, Komedian Legendaris Indonesia
Profil

Mengenang Dono Warkop, Komedian Legendaris Indonesia

Anisa Kurniawati
Last updated: 23/01/2025 16:00
Anisa Kurniawati
Share
Foto: wikimedia commons
SHARE

Wahyu Sardono atau tekenal dengan sebutan Dono Warkop merupakan pelawak legendaris Indonesia. Selain sebagai pelawak, dia juga merupakan sosok intelektual cerdas dan kritis. 

Dono dilahirkan di Delangu, Klaten, Jawa Tengah. Dono meneruskan pendidikan tingginya di Universitas Indonesia, jurusan Sosiologi.

Saat menjadi mahasiswa, Dono bekerja di redaksi surat kabar kampus, di antaranya di Tribun dan Salemba, sebagai karikaturis. 

Dono juga pernah aktif sebagai staf artistik di Tema, majalah mahasiswa independen. Majalah itu tak terikat dalam struktur kampus. Dananya dari kantong sendiri.

Selain itu, dia juga merupakan anggota Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI). Rudy Badil, Kasino, dan Nanu juga menjadi anggota Mapala bersama Dono.

Tak heran jika film-film Warkop DKI yang banyak adegan mereka sebagai pecinta alam. 

Memasuki tahun kelima sebagai mahasiswa Sosiologi UI, Dono diangkat menjadi asisten dosen. Beberapa kali, Dono bertugas mengajar kuliah umum ketika Prof. Selo Sumardjan, guru besar ilmu sosiologi di UI, berhalangan hadir.

Setelah menamatkan kuliahnya, Dono sempat menjadi dosen, tetapi tidak lama. Dono lebih memilih untuk menggeluti dunia film bersama Kasino dan Indro.

Sosok yang Kritis

Dibalik pekerjaannya sebagai pelawak, Dono dikenal sebagai sosok yang kritis. Ia kerap menyampaikan pemikirannya baik melalui aksi demo, media tulisan dan gambar.

Beberapa tulisannya yang populer adalah tentang kisah polisi lalu-lintas bernama Sertu Jumadi dan polah kelas menengah di Indonesia.

Dono aktif memberikan kritik terhadap penyimpangan dan ketimpangan yang terjadi di masyarakat, baik melalui aksi demonstrasi maupun melalui media tulisan dan gambar.

Pada 15 Januari 1974, bersama Kasino dan Nanu turut serta dalam aksi demonstrasi mahasiswa. Demonstrasi itu sebagai bentuk protes atas kebijakan ekonomi pemerintah yang dianggap terlalu berpihak pada investasi asing.

Menurut cerita Kasino, pada peristiwa yang berujung rusuh itu, Dono tampil sebagai salah satu orator.

Pada 1998, Dono kembali ikut terlibat dalam demonstrasi mahasiswa. Dia menjadi salah satu aktivis yang ikut menyusun lahirnya Reformasi 1998. Ia menyiapkan terms of reference untuk seminar-seminar, mengatur kunjungan ke DPR, hingga menyiasati demo-demo mahasiswa.

Dono juga aktif menyuarakan kritik sosialnya melalui gambar karikatur yang menyindir situasi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Beberapa gambarnya dimuat di koran milik Angkatan Laut El Bahar, Surat Kabar Kampus (SKK) Salemba, dan majalah Vista.

Dono juga sempat menjadi penulis novel. Di antara karya-karyanya adalah Balada Paijo (1987), Cemara-cemara Kampus (1988), Bila Satpam Bercinta (1999), Dua Batang Ilalang (1999), dan Senggol Kiri Senggol Kanan pada 2009.

Salah satu karnyanya, Dua Batang Ilalang, mengisahkan tentang seorang mahasiswa yang dikeluarkan kampusnya karena terlibat aksi menentang pemerintah.

Warkop DKI

Pada tahun 1975, Dono bergabung dalam program radio bernama Obrolan Santai di Warung Kopi Prambors bersama Kasino, Nanu Moeljono, dan Rudy Badil. Setahun kemudian, pada 1976, Indro bergabung menjadi anggota.

Kelompok pengisi acara itu kemudian dinamai sebagai “Warkop Prambors.” Acara ini tayang setiap Kamis malam dari pukul 20.30 hingga 21.15 WIB. Temanya membahas berbagai isu yang tren pada saat itu, terutama yang berkaitan dengan politik dan sosial kemasyarakatan.

Setelah lulus kuliah dan sempat menjadi dosen, dia memutuskan untuk fokus di dunia hiburan bersama kelompok lawak Warkop.

Pada saat itu, Warkop mulai memberanikan diri untuk muncul di luar siaran radio melalui acara Terminal Musikal yang diproduseri Mus Mualim. Acara itu ditayangkan di TVRI.

Pada tahun 1980, film pertama Warkop yang berjudul Mana Tahaaan… dirilis. Film tersebut mendapatkan kesuksesan yang besar. Kemudian, antara tahun 1980 sampai 1995, Warkop Prambors berganti nama menjadi Warkop DKI. 

Kelompok ini sudah membintangi 34 film komedi dan satu film dokudrama. Selama periode tersebut, Warkop biasanya hanya merilis dua film yang disesuaikan dengan masa liburan Idul Fitri atau liburan Natal dan Tahun Baru. 

Warkop juga telah mengeluarkan 12 album kompilasi lawak dan lagu. Dua diantaranya berkolaborasi bersama kelompok Pancaran Sinar Petromak dan kelompok Srimulat. Dono Warkop juga menjadi produser dan penulis skenario untuk film Peluk Daku dan Lepaskan (1991)

Saat menjadi pelawak di Warkop DKI, sikap kritis Dono tidak mengendur. Salah satu bentuk kritik sosial Warkop DKI adalah ungkapan satir: Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang. Ungkapan itu dimaksudkan sebagai sindiran kepada pemerintah Orde Baru yang kerap memberangus karya yang kritis pada pemerintahan.

Pada 30 Desember 2001 Dono meninggal dunia. Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi kita dunia sinema Indonesia. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Jejak Musikalitas Penyanyi Atiek CB Selama 40 tahun Berkarya

Saiful Amri dan Usaha Kopi Mulyo dari Wonosobo

Radio Hoso Kyoku, Penyebar Berita Kemerdekaan RI

Habiburrahman El Shirazy, Sang Novelis Religius Indonesia

Fatmawati, Sang Penjahit Bendera Pusaka Indonesia

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Jalur Wisata Dieng Via Pejawaran Putus Akibat Tanah Gerak
Next Article Cerita Rakyat Jambi, Legenda Bukit Perak dan Keris Perak Sakti
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?