Ki Asep Sunandar Sunarya adalah sosok maestro dalam dunia wayang golek yang berjasa besar dalam mempopulerkan seni tradisional dari tatar Sunda.
Melalui kreativitasnya, ia menghadirkan karakter Si Cepot menjadi ikon pertunjukan wayangnya.
Lahir di Bandung, Jawa Barat, pada 3 September 1955, Asep Sunandar Sunarya berasal dari keluarga dalang. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan minat pada seni wayang golek dengan membuat wayang dari ranting, tanah liat, dan daun singkong.
Nama kecilnya adalah Asep Sukana. Ia diasuh oleh bibinya, Ma Jaja, dan baru mengetahui orang tua kandungnya saat berusia 16 tahun.
Dalam sebuah pementasan, ayahnya mengganti namanya menjadi Asep Sunandar, dengan Sunarya diambil dari nama sang ayah. Sejak itu, ia dikenal dengan nama Ki Asep Sunandar Sunarya.
Kreativitas dan Inovasi dalam Wayang Golek
Ki Asep dikenal sebagai dalang yang penuh inovasi.
Ia menciptakan berbagai efek gerakan untuk wayang. Seperti karaktek Si Cepot yang bisa mengangguk-angguk, Buta yang bisa muntah mie, dan berbagai karakter khas lainnya.
Inovasi ini membuat pertunjukannya terasa lebih hidup dan menarik bagi berbagai kalangan.
Selain itu, ia juga memasukkan unsur dakwah dalam pertunjukan wayangnya. Unsur keislaman yang ia sisipkan dalam setiap cerita membuatnya mendapatkan gelar Kiai Haji (KH).
Sebagai seorang dalang, Ki Asep Sunandar Sunarya telah membawa wayang golek ke berbagai belahan dunia. Ia sering mengadakan pertunjukan di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika.
Tahun 1993, ia menjadi dosen luar biasa di Institut International De La Marionnette di Charleville, Prancis, selama dua bulan. Atas kontribusinya, ia bahkan diberi gelar profesor dari institut itu.
Selain itu, pada tahun 1986, ia ditunjuk sebagai duta kesenian oleh pemerintah Indonesia dan berkesempatan tampil di Amerika Serikat. Prestasinya terus berlanjut hingga ia menerima Bintang Satya Lencana Kebudayaan pada tahun 1995.
Penghargaan dan Pengakuan
Selama hidupnya, Ki Asep memperoleh berbagai penghargaan. Di antaranya, tahun 1978 dan 1982, ia menjadi juara Dalang Pinilih I tingkat Jawa Barat dalam Binojakrama Padalangan di Bandung.
Pada tahun 1985, ia dinobatkan sebagai Dalang Juara Umum tingkat Jawa Barat dan berhak membawa pulang Bokor Kencana sebagai lambang supremasi padalangan Sunda. Selain itu, ia juga aktif dalam rekaman kaset wayang golek.
Ada lebih dari 100 album yang telah dihasilkan. Salah satu stasiun televisi swasta bahkan pernah membuat program khusus berjudul “Asep Show”, yang didedikasikan untuknya.
Sayangnya, maestro wayang golek ini memiliki riwayat penyakit jantung. Ia berencana menjalani perawatan di Singapura, tetapi takdir berkata lain. Pada 31 Maret 2014, ia meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Al-Ihsan, Bandung.
Kepergian Ki Asep Sunandar Sunarya merupakan kehilangan besar bagi dunia seni Indonesia. Warisannya dalam dunia wayang golek tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus. (Dari berbagai sumber)