Di Yogyakarta, museum telah menjadi bagian integral dari identitas budaya dan sejarah kota ini.
Di bawah naungan Badan Musyawarah Musea Daerah Istimewa Yogyakarta (Barahmus DIY), terdapat sekitar 42 museum yang berfungsi sebagai penjaga warisan budaya.
Angka ini mencakup sekitar 10 persen dari seluruh museum yang ada di Indonesia.
Ki Hajar Pamadhi, Ketua Umum Barahmus DIY, melihat jumlah ini sebagai peluang besar untuk mengembangkan Jogja City Museum sebagai pusat kebudayaan yang juga memiliki dampak ekonomi positif bagi masyarakat.
Menurut Ki Hajar, museum tidak hanya memiliki peran sebagai tempat untuk menyimpan benda bersejarah, tetapi juga sebagai pendorong perekonomian.
“Museum memberi dampak ekonomi, bukan hanya lewat tiket masuk, tetapi juga memberi ruang untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar museum,” katanya dilansir dari tirto.id.
Jogja City Museum: Wujudkan Pusat Budaya dan Ekonomi
Jogja City Museum menjadi proyek ambisius yang bertujuan memajukan budaya dan ekonomi.
Barahmus DIY berupaya untuk mengembangkan tiga pilar utama dalam pengelolaan museum, yaitu kebudayaan, pendidikan, dan GLAM (galleries, libraries, archives, and museums).
Dengan disiplin multi-tourism yang menggabungkan berbagai jenis pariwisata, museum di Yogyakarta diharapkan dapat menciptakan pengalaman yang lebih menarik dan bermanfaat bagi pengunjung dan masyarakat sekitar.
“Selain memberikan pengalaman edukasi, museum harus mampu mendorong ekonomi kawasan dengan melibatkan masyarakat setempat,” tambah Ki Hajar.
Salah satu contoh yang sudah berhasil menunjukkan konsep ini adalah Ullen Sentalu, sebuah museum di Yogyakarta yang telah membuktikan bahwa museum dapat berkontribusi pada pemberdayaan ekonomi lokal.
Ullen Sentalu: Museum yang Menghidupkan Ekonomi Lokal
Ullen Sentalu adalah contoh nyata museum dapat membuka peluang ekonomi bagi warga sekitar.
Isti Yunada, Humas Ullen Sentalu, menjelaskan bahwa museum ini merekrut warga lokal untuk berbagai pekerjaan, terutama di sektor kebersihan dan layanan restoran.
“Kami berusaha memberikan dampak ekonomi yang positif pada lingkungan sekitar. Usaha kecil di sekitar museum pun turut berkembang berkat kedatangan pengunjung,” jelas Isti.
Museum ini juga menawarkan pengalaman yang lebih lengkap dengan restoran bernuansa kolonial, Beukenhof Restaurant, yang menyajikan pemandangan indah Gunung Merapi.
Konsep wisata ini mendatangkan pengunjung yang turut menggerakkan ekonomi daerah.
“Kami tidak hanya membangun museum, tetapi juga mencoba menumbuhkan dampak ekonomi bagi lingkungan di luar museum,” tambah Isti.
Baca juga: Menyelami Budaya Jawa di Museum Sonobudoyo Yogyakarta
Pemberdayaan UMKM dan Dukungan Komunitas Lokal
Erwin Djunaedi, pendiri Komunitas Malam Museum, juga menyatakan bahwa kegiatan yang diadakan di museum, meskipun berfokus pada pendidikan, memiliki dampak ekonomi yang cukup besar.
“Kebutuhan logistik, merchandise, hingga parkir yang tersedia di sekitar museum memberikan kontribusi pada pelaku usaha lokal,” katanya.
Erwin juga menekankan pentingnya kreativitas museum dalam mengembangkan tur tematik yang bisa menarik minat pengunjung untuk datang lebih dari sekali.
“Museum bisa berinovasi dengan membuat tur tematik atau produk kreatif seperti merchandise yang menggandeng UMKM lokal,” ujarnya. Hal ini memungkinkan museum untuk menjadi lebih dari sekadar tempat wisata, tetapi juga pusat kegiatan yang menguntungkan masyarakat sekitar.
Transformasi Museum Menjadi Pusat Ekonomi Budaya
Menteri Kebudayaan Fadli Zon, juga memberikan apresiasi terhadap upaya pengembangan museum sebagai pusat ekonomi budaya.
“Museum harus menjadi pusat ekonomi yang melibatkan UMKM, koperasi, dan sektor pariwisata. Ini akan memberikan dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat lokal,” katanya.
Fadli menambahkan bahwa museum harus bisa bertransformasi dan menjadi ruang yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman.
“Museum tidak hanya tempat menyimpan benda mati, tetapi juga tempat yang menghidupkan benda-benda itu dengan narasi yang menginspirasi,” tambahnya.
Potensi Besar DIY dalam Pengembangan Ekonomi Lewat Museum
Dengan 10 persen museum Indonesia berada di DIY, Fadli Zon menilai bahwa daerah ini memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi lewat sektor museum.
“Potensi ini harus dikelola baik agar memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat,” ujarnya.