Sebuah reuni, baru saja diadakan para seniman lukis dan desain grafis di Koyokopi Kafe, Jolontoro, Sambek, Wonosobo, Jawa Tengah, Minggu, 19 Januari 2025.
Acara yang berlangsung meriah ini mempertemukan tiga komunitas seni Wonosobo yang telah lama vakum, yaitu Komunitas Mowak (Mural Of Wonosobo Art Kru), Komunitas WanaAksara, dan Komunitas Digital Artis Wonosobo.
Komunitas Mowak adalah komunitas seni yang bergerak di bidang mural dan graffiti, memberikan warna pada sudut-sudut kota Wonosobo dengan karya visual yang kreatif.
Komunitas WanaAksara fokus pada seni hand lettering, yaitu seni menulis dengan kreasi huruf yang dipercantik, sementara Komunitas Digital Artis Wonosobo merupakan kumpulan seniman yang berkarya melalui media digital.
Kembali Hidupkan Semangat Berkarya
Menurut Glory Deo Priambada, salah satu seniman yang hadir, acara ini adalah hasil diskusi antara dua anggota komunitas, Rizal dan Dika, yang ingin kembali menghidupkan semangat berkarya.
“Kemarin itu sebenarnya reuni. Dari tiga komunitas ini, mereka udah lama banget vakum, jarang ngumpul. Jadi, Mas Rizal dan Mas Dika berdiskusi untuk bikin acara kecil-kecilan ini,” kata Deo.
Sebanyak 14 pelukis berpartisipasi dalam kegiatan itu dengan konsep menggambar unik.
Dari 14 pelukis ini, satu diantaranya berasal dari Banjarnegara, sedangkan 13 lainnya merupakan warga asli Wonosobo. Mereka bekerja sama menciptakan satu karya sketsa besar yang dibagi menjadi 14 bagian.
“Setiap pelukis menggambar satu kotak bagian dengan gaya masing-masing. Ketika disatukan, hasilnya membentuk satu kesatuan yang menarik,” jelas Deo.
Setiap pelukis menggambar di kanvas yang telah disediakan dengan gaya lukisnya masing-masing.
Dengan sketsa dasar yang berkaitan satu sama lain, karya dari ke-14 seniman itu akan menjadi satu gambar ketika disatukan, meskipun gaya lukisnya berbeda-beda.
Makna Filosofis di Balik Karya
Tema sketsa yang diusung berupa wajah manusia dengan judul “Seribu Wajah”, yang menurut Glory memiliki simbolisasi mendalam.
“Ini idenya Mas Rizal dan Mas Dika. Wajah itu simbol bahwa komunitas-komunitas ini masih ada. Kita belum sepenuhnya mati, tapi hanya vakum. Mungkin suatu saat nanti, kami akan muncul dengan karya yang lebih bagus lagi,” tuturnya.
Para seniman menggunakan media cat tembok berbasis air, kanvas, dan kuas untuk menghasilkan karya kolaborasi. Karya ini diharapkan menjadi pengingat bahwa dunia seni di Wonosobo masih hidup dan terus berkembang.
Pesan untuk Generasi Muda
Di akhir acara, Glory memberikan pesan kepada para seniman muda yang baru terjun ke dunia seni.
“Terus kembangkan potensi dalam dirimu dan temukan ciri khasmu. Jangan sampai plagiatisasi. Boleh melihat, meniru, dan memodifikasi, tapi jangan plek-ketiplek. Jadilah diri sendiri dalam berkarya,” ujar Deo.
Acara ini diharapkan dapat menjadi momentum kebangkitan seni di Wonosobo, sekaligus membuka peluang kolaborasi yang lebih besar di masa depan.
“Harapannya, kolaborasi seperti ini bisa terus ada dan meramaikan industri seni di Wonosobo,” pungkasnya.