Dunia sastra Indonesia memiliki sosok penting dan berpengaruh bernama Marga T, salah satu penulis novel roman yang dikenal paling produktif dan populer.
Marag telah menerbitkan 128 cerita pendek dan 67 buku, termasuk novel, cerita anak-anak, serta kumpulan cerpen.
Beberapa novel Marga T yang terkenal adalah “Karmila”, “Badai Pasti Berlalu”, “Gema Sebuah Hati”, “Bukan Impian Semusim”, dan “Ranjau-ranjau Cinta”.
Kehidupan Awal Marga T
Dilansir dari tokoh, id, nama aslinya adalah Margaretha Harjamulia. Marga juga memiliki nama Tjia Liang Tjoe. Ketertarikan Marga T pada dunia kepenulisan sudah tampak sejak kecil. Bermula ketika seorang guru membacakan karangannya saat ia duduk di bangku kelas 3 SD.
Hal ini menjadi pemantik semangatnya terus menulis. Kegemarannya membaca cerpen di Star Weekly dan buku perpustakaan sekolah kian memperkaya wawasan dan gaya tulisannya.
Saat SMP, ia mulai menulis cerpen untuk majalah sekolah, yang akhirnya mengasah kemampuannya. Dia dipercaya mengelola media saat SMA dan menjadi redaktur majalah Kanisius.
Pada tahun 1964, Marga T menerbitkan cerpen pertamanya yang berjudul Kamar 27 di Harian Kompas. Lima tahun kemudian, ia merilis buku pertamanya, Rumahku adalah Istanaku, sebuah cerita anak-anak yang berhasil memenangkan sayembara Balai Pustaka.
Namanya semakin melambung pada tahun 1971 ketika novel debutnya, Karmila, dipublikasikan. Sebelumnya, novel tersebut telah dimuat sebagai cerita bersambung di Kompas.
Walaupun sempat mengalami beberapa kali penolakan, Marga T tidak menyerah dan terus menyempurnakan karyanya hingga akhirnya diterima.
Kesuksesan Karmila menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya. Novel bertema cinta ini tidak hanya dicetak ulang sebanyak sembilan kali, tetapi juga diadaptasi menjadi film.
Baca juga: Jejak Karya Sastrawan dan Pujangga Acep Zamzam Noor
Tetap Produktif
Meski telah berprofesi sebagai dokter, Marga T tetap produktif menulis.
Pada tahun 1974, ia kembali meraih sukses besar melalui novel Badai Pasti Berlalu. Seperti halnya Karmila, novel ini awalnya merupakan cerita bersambung yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku setelah mendapat respons positif dari pembaca.
Meski dijual dengan harga tinggi, novel ini tetap laris di pasaran. Keberhasilan novel ini menarik perhatian sutradara Teguh Karya, yang kemudian mengadaptasinya menjadi film dengan judul yang sama pada tahun 1977.
Film ini meraih berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 1978 dan Piala Antemas sebagai film terlaris di tahun berikutnya. Kesuksesan Karmila dan Badai Pasti Berlalu mendorong Marga T untuk terus berkarya.
Marga T telah menerbitkan puluhan novel yang tidak hanya bertema percintaan, juga genre detektif, spionase, dan satire. Novel Sekuntum Nozomi yang terbut 2004, mengangkat kisah tragedi Mei 1998 yang menimpa banyak perempuan keturunan Tionghoa di Indonesia.
Marga T dikenal sebagai penulis yang disiplin dan pekerja keras. Ia menghabiskan sekitar empat hingga lima jam sehari untuk menulis. Gaya penulisan Marga T yang sederhana dan mengalir membuat karyanya mudah dinikmati berbagai kalangan.
Ia mampu menggambarkan kisah asmara dengan cara yang elegan, tanpa terjebak dalam gaya yang cengeng atau murahan. Keberhasilannya dalam menciptakan novel-novel berkualitas mengukuhkan namanya sebagai salah satu penulis paling berpengaruh di Indonesia.
Tepat pada HUT ke-78 RI, yakni Kamis, 17 Agustus 2023, Marga T mengembuskan napas terakhirnya. Marga T telah memberikan kontribusi besar bagi dunia sastra tanah air serta menginspirasi banyak generasi penulis setelahnya.(Dari berbagai sumber)