Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, secara resmi mencanangkan tanggal 19 April sebagai Hari Keris Nasional dalam acara Brawijayan Mondiacult 2025 yang digelar di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Malang, Sabtu (19/4/2025).
Penetapan ini disebut sebagai bentuk pengakuan negara terhadap keris sebagai warisan budaya adiluhung yang mencerminkan nilai, filosofi, serta identitas berbagai etnik di Nusantara.
Dalam sambutannya, Fadli Zon menegaskan pentingnya peran keris dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
“Keris bukan sekadar pusaka atau benda bersejarah, melainkan ekspresi dari falsafah hidup, spiritualitas, teknologi tradisional, dan kekayaan artistik bangsa,” ujarnya, seperti dikutip dalam keterangan pers, Minggu (20/4/2025).
Baca Juga: Fadli Zon Buka Pameran Misykat, Ungkap Jejak Islam di Indonesia
Lebih lanjut, Fadli menambahkan bahwa keris memiliki kedudukan istimewa dalam budaya bangsa karena kehadirannya yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.
“Ia hidup dalam daur kehidupan masyarakat kita, dari ruang sakral hingga keseharian. Penetapan Hari Keris Nasional adalah langkah untuk menyatukan visi dan misi pemajuan budaya keris secara nasional,” katanya.
Tanggal 19 April dipilih sebagai Hari Keris Nasional karena bertepatan dengan momentum historis pelaksanaan Kongres I Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) di Surakarta.
Kongres ini menjadi titik awal penyusunan visi dan misi budaya keris secara kolektif oleh berbagai komunitas perkerisan di tanah air.
Sebagai informasi, SNKI adalah organisasi yang lahir dari inisiasi pemerintah bersama komunitas pecinta keris sejak tahun 2006.
Kini, SNKI menaungi sekitar 200 paguyuban keris yang tersebar di seluruh Indonesia dan menjadi salah satu dari enam organisasi budaya Indonesia yang telah terakreditasi UNESCO.
Fadli Zon menyebut bahwa proses penetapan Hari Keris Nasional ini telah berlangsung cukup lama. “Penetapan ini telah melalui proses panjang sejak 2016, didukung komunitas perkerisan dari berbagai daerah, serta dilengkapi dengan proposal dan naskah akademik resmi,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa keris sebelumnya telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada 25 November 2005.
Namun, karena tanggal itu bertepatan dengan Hari Guru Nasional dan Hari Anti-Kekerasan terhadap Perempuan, maka dipilihlah tanggal lain yang dinilai lebih representatif.
“Kita ingin memberikan ruang khusus bagi keris dalam sejarah nasional, dengan momentum yang tidak tumpang tindih. 19 April akan menjadi pengikat semangat para empu, kolektor, akademisi, seniman, dan generasi muda dalam merawat warisan leluhur,” sambung Fadli.
Pencanangan ini mendapatkan sambutan positif dari berbagai kalangan.
Keluarga besar SNKI dan komunitas perkerisan lainnya menyampaikan apresiasi atas langkah monumental ini.
Mereka menilai bahwa penetapan Hari Keris Nasional memperkuat komitmen negara dalam merawat dan memajukan warisan budaya Nusantara.
Baca Juga: Rizki Rahma, Dalang Wanita Hidupkan Kembali Wayang di Era Digital
Sementara itu, Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, menyatakan kebanggaannya atas terpilihnya kampus UB sebagai lokasi pencanangan Hari Keris Nasional.
“Universitas adalah rumah bagi warisan pengetahuan, dan keris adalah bagian dari itu,” ucapnya.
Acara pencanangan ini dirangkaikan dengan penyelenggaraan forum budaya internasional “Brawijayan Mondiacult 2025”, yang mengangkat tema diplomasi budaya Indonesia melalui seni dan warisan.
Kegiatan ini juga dihadiri Wali Kota Malang Wahyu Hidayat, Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo, Bupati Ponorogo, serta ratusan anggota komunitas perkerisan dari seluruh Indonesia.
Menutup sambutannya, Fadli Zon mengungkapkan harapannya agar Hari Keris Nasional menjadi tonggak penting dalam penguatan ekosistem budaya keris.
Ia menekankan pentingnya perlindungan terhadap para empu, digitalisasi koleksi, penguatan pendidikan budaya, serta promosi budaya keris di tingkat internasional.