Nur Endah, sosok yang merawat tradisi melalui riasan khususnya adat Jawa. Dia dikenal sebagai MUA adat jawa yang tidak hanya merias namun juga memberikan edukasi dan melestarikan budaya.
Awalnya, Nur Endah memulai perjalanan sebagai MUA bukan dari kebutuhan komersial, melainkan demi kepentingan pribadi. Namun, seiring berjalannya waktu, keterampilan yang ia asah mulai dibutuhkan banyak orang hingga berkembang menjadi sumber penghasilan.
Setelah berkembang, dia mendirikan salon bernama Crisenda Salon yang berlokasi di Jl. Bumitirto, Semayujuran, Semayu, Selomerto, Wonosobo. Selain melayani make up pengantin, salonnya juga menawarkan make up untuk lamaran, wisuda, ulang tahun, jasa WO yang mencangkup MC, dekor, hingga iringan live gamelan.
Baca juga: Kang Dwi, Seniman dari Giyanti yang Berjuang Menghidupi Kesenian Wonosobo
Edukasi Budaya
Meski mampu menangani berbagai jenis tata rias pengantin, Nur Endah mengakui dirinya memiliki ketertarikan dan keahlian khusus dalam merias pengantin adat Jawa. Khususnya dengan pakem gagrak Surakarta.
Belakangan ini, permintaan untuk riasan Jawa klasik meningkat, dan ia pun merasa senang bisa turut melestarikan budaya lewat profesinya. Tidak hanya sekadar merias saja, dia juga turut mengedukasi nilai-nilai budaya Jawa.
Dalam praktiknya, Nur Endah membagikan pengalamannya dalam tradisi siraman. Saat itu, pasangan klien meminta untuk difoto bersama saat prosesi siraman. Padahal dalam adat Jawa, siraman dilakukan secara terpisah sebagai bagian dari nilai-nilai kesucian dan simbol belum sahnya hubungan pernikahan,
Disitulah, Endah juga berperan sebagai edukator, menjelaskan nilai-nilai adat kepada klien tanpa mengurangi rasa hormat dan kenyamanan.
“Karena di adat itu kan siraman cewek siraman sendiri, cowok di depannya sendiri. Tetapi klien saya itu kok minta di foto bareng, di video bareng. Itu bagaimana caranya saya untuk mengedukasi supaya itu tidak terjadi” kata Nur Endah.
Pengalamannya tak terbatas di kota Wonosobo saja, ia pernah mendapat panggilan hingga ke Solo dan Jakarta. Selain merias, dia juga aktif mengikuti organisasi PERMADANI Wonosobo sebagai pengajar.
Baca juga: Sanggar Satria Wonosobo, Wadah Bakat dan Pelestarian Seni
Tantangan dan Harapan
Selama bekerja sebagai MUA tentu ada banyak tantangan yang harus di lalui. Diantaranya, di jaman yang semakin modern ini, muncul banyak MUA berbakat. Maka dari itu, ia harus terus belajar dan berinovasi agar tetap relevan.
“Sekarang itu banyak sekali MUA ya yang kualitasnya bagus-bagus juga. Jadi kita juga tidak boleh jalan di tempat, kita juga harus mengikuti zaman. Jadi belajar, belajar, dan terus belajar itu harus” ujarnya.
Menurutnya, kemampuan teknis dalam merias memang penting, namun pemahaman terhadap budaya dan adat juga tak kalah krusial. “Jangan hanya belajar make-up, tapi pelajari juga adatnya,” tambah Nur Endah.
Ia berharap ke depannya adat Jawa bisa semakin diminati dan dihargai oleh masyarakat luas, terutama generasi muda, agar warisan budaya ini tetap hidup.
Sejak tahun 2015, Nur Endah terus konsisten berkarya dalam dunia tata rias. Sebagai MUA Adat Jawa, ia percaya bahwa kerendahan hati dan kemampuan untuk menempatkan diri sebagai pelayan klien adalah kunci utama untuk terus berkembang dan memberikan hasil terbaik.
Dengan semangat yang terus menyala, Nur Endah menjadi contoh nyata bahwa kecintaan terhadap budaya bisa selaras dengan profesi dan menjadi jalan untuk berkarya secara bermakna.