By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Pathol Sarang, Gulat Tradisional Asli Rembang
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Pathol Sarang, Gulat Tradisional Asli Rembang
Warisan Budaya

Pathol Sarang, Gulat Tradisional Asli Rembang

Anisa Kurniawati
Last updated: 28/10/2024 00:28
Anisa Kurniawati
Share
3 Min Read
Seni gulat tradisional Pathol Sarang
Seni gulat tradisional Pathol Sarang masih terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Foto: rembangkab.go.id
SHARE

Pathol Sarang, merupakan olahraga tradisional khas Rembang yang mengandalkan kekuatan otot. Seni gulat tradisional ini awalnya dipopulerkan oleh para nelayan di Kecamatan Sarang. Seni ini hampir dengan olahraga gulat atau pertandingan sumo dari Jepang. 

Kabupaten Rembang memiliki beragam tradisi unik, salah satunya kesenian tradisional Pathol dari wilayah pesisir pantai. Untuk melestarikannya, biasanya setiap tahun selalu ada gelaran Pathol Sarang yang dilaksanakan bersama momentum sedekah laut.

Pathol Sarang tersebut mirip dengan olahraga gulat atau pertandingan Sumo khas negeri matahari terbit yang lebih mengandalkan kekuatan otot. Biasanya pertandingan tersebut diikuti oleh warga yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. 

Namun seiring berjalannya waktu, pertandingan ini tidak hanya diikuti para nelayan, namun juga warga Rembang lainnya, bahkan ada yang dari luar kecamatan, hingga kabupaten sebelah. Warga tersebut akan adu kekuatan saling menjatuhkan di atas arena berukuran 10×10 meter, beralaskan pasir.

Baca juga: Kyai Langgeng, Prajurit Sandi Legendaris dari Magelang

Menurut sumber warga setempat, Pathol Sarang dahulunya digunakan untuk mencari prajurit pada zaman kerajaan Majapahit. Karena Rembang terkenal dengan daerah pesisirnya, maka mayoritas peserta Pathol diikuti oleh para nelayan.

Kemudian pada masa penjajahan, olahraga tersebut digunakan sebagai ajang adu domba, dari daerah satu dengan daerah lain. Lalu, pada saat merdeka, sempat digunakan untuk ajang perjudian. Hingga sekarang Pathol Sarang masih terus dilestarikan sebagai warisan budaya. 

Pathol Sarang tidak hanya dimainkan oleh orang dewasa saja, namun juga untuk anak-anak. Biasanya para pemain akan menggunakan baju dan celana panjang berwarna hitam, atau bertelanjang dada. Kemudian menggunakan iket kepala dan udhet, merupakan kain sepanjang 1,5m untuk pegangan lawan yang diikatkan ke perut pemain. 

Baca juga: Lomba Permainan Tradisional, Lestarikan Budaya Kalimantan

Selain itu, ketika pertandingan dimulai juga diiringi dengan alat musik tradisional yang instrumennya seperti iringan reog, yaitu menggunakan kendang, kenong, kempul, bonang, saron, trompet,serta diiringi teriakan atau senggakan. 

Pathol Sarang sendiri akan diajukan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2025. Dengan hal tersebut, diharapkan seni ini dapat dikenal oleh masyarakat lebih luas dan dilestarikan hingga generasi berikutnya. (Dari Berbagai Sumber)

You Might Also Like

Cerita Di Balik Manisnya Wajit Khas Tasikmalaya

Nasi Lengko, Kuliner Tradisional Bergizi Khas Cirebon

Bundengan, Alat Musik Tradisional Wonosobo

Kisah Sang Ibu Menghibur Si Gadis dalam Tarian Nek Pung 

Ini Alasan Menyantap Mi Aceh Selalu Bikin Ketagihan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article alat musik lalove Lalove, Alat Musik Penyembuh Suku Kaili Sulawesi Tengah
Next Article Museum Sidik Jari Museum Sidik Jari Denpasar, Museum Lukisan Tanpa Kuas
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?