By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Tradisi Ngarot, Upacara Adat Para Perawan dan Jejaka
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Tradisi > Tradisi Ngarot, Upacara Adat Para Perawan dan Jejaka
Tradisi

Tradisi Ngarot, Upacara Adat Para Perawan dan Jejaka

Achmad Aristyan
Last updated: 21/11/2024 05:53
Achmad Aristyan
Share
Gadis yang mengikuti Tradisi Ngarot di Indramayu. Foto: indramayukab.go.id
SHARE

Wilayah pantai Utara Jawa sejak lama dikenal kaya dengan warisan budaya, salah satunya tradisi Ngarot. Upacara adat unik dan penuh makna ini beraasal dari Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.

Istilah “Ngarot” berasal dari bahasa Sunda artinya minum atau “ngaleueut.”  Interpretasi lain, kata ini berasal dari bahasa Sansekerta “Ngaruat,” yang bermakna pembebasan dari kutukan. 

Dilansir dari indramayukab.go.id, tradisi ini digelar sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Lelea menyambut datangnya musim tanam. Upacara digelar setiap tahun pada minggu ketiga bulan Desember, tepat pada hari Rabu yang dianggap keramat masyarakat setempat. 

Uniknya, upacara ini hanya melibatkan para pemuda-pemudi yang masih perjaka dan perawan. Berdasarkan sejarah Desa Lelea, tradisi ini bertujuan untuk mempererat hubungan sosial di antara generasi muda sekaligus menanamkan nilai gotong-royong dalam mengolah sawah.  

Prosesi Ngarot

Tradisi Ngarot pertama kali dirintis Ki Buyut Kapol, seorang tokoh masyarakat yang sangat dihormati. Ia dengan sukarela mewakafkan tanah seluas 26.100 meter persegi untuk mendukung acara ini. 

Berdasarkan kisah yang diwariskan secara turun-temurun, Ki Kapol tidak memiliki anak sehingga ia mencurahkan cintanya kepada pemuda-pemudi desa dengan menyediakan tanah wakaf untuk digarap bersama. Melalui tradisi ini, Ki Kapol berharap generasi muda desa bisa terhindar dari perilaku negatif dan lebih fokus pada kegiatan bermanfaat.

Upacara Ngarot terdiri tiga bagian utama, yaitu arak-arakan, prosesi seserahan, dan pesta pertunjukan. Pesertanya mengenakan pakaian adat khas daerah. Remaja putri mengenakan kebaya berselendang yang dilengkapi aksesori seperti kalung, gelang, cincin, bros, dan hiasan rambut. Sementara itu, remaja putra mengenakan baju komboran, celana gombrang, serta ikat kepala.

Baca juga: Kenduri Rabu Abeh, Tradisi Tolak Bala Masyarakat Aceh

Acara dimulai pukul 08.30 pagi, ketika para peserta berkumpul di rumah kepala desa untuk didandani. Setelah itu, mereka mengikuti arak-arakan keliling kampung  diringan musik tradisional khas Indramayu. Prosesi dipimpin kepala desa, diikuti barisan remaja putri dan barisan remaja putra.

Setelah arak-arakan selesai, peserta memasuki balai desa dan disambut dengan tarian tradisional seperti Tari Topeng dan Ketuk Tilu. Selanjutnya, acara memasuki tahap inti, yang dimulai dengan pembukaan, pembacaan sejarah Ngarot, dan sambutan dari kepala desa. 

Prosesi dilanjutkan dengan sesi seserahan, di mana berbagai simbol diberikan. Kepala desa menyerahkan kendi berisi air putih sebagai lambang benih yang akan ditanam, sedangkan pupuk diserahkan tetua desa untuk melambangkan kesuburan. Raksa bumi menyerahkan alat pertanian yang melambangkan kerja keras, dan tokoh agama memberikan bambu kuning serta daun andong sebagai simbol perlindungan terhadap sawah dari serangan hama.

Tradisi Ngarot sarat dengan makna filosofis yang tersirat dalam berbagai simbol. Bunga kenanga mengingatkan remaja putri untuk menjaga kesucian diri, sementara bunga melati melambangkan kebersihan dan kemurnian. Bunga kertas menjadi pesan agar remaja putri menjaga kecantikannya sebagai “kembang desa.”

Aksesori emas seperti kalung, gelang, dan cincin melambangkan kerja keras para petani, sedangkan selendang menyiratkan pentingnya menjaga penampilan fisik. Seluruh rangkaian ini menunjukkan bahwa upacara Ngarot tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral yang mendalam bagi masyarakat Desa Lelea.

Baca juga: Larung Sesaji Bumi Bukan Hanya Sebuah Tradisi

Tradisi Bermakna

Tradisi ini tidak hanya menjadi wadah untuk mempersiapkan musim tanam, tetapi juga sarana membina hubungan sosial yang sehat di antara generasi muda. Dari tradisi Ngarot, para pemuda-pemudi belajar nilai kerja sama, gotong-royong, dan penghormatan terhadap budaya lokal.  

Tradisi Ngarot merupakan warisan budaya tak benda yang wajib dilestarikan, mengingat nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Selain menjadi ajang berkumpul, tradisi ini juga mencerminkan harmoni antara manusia, alam, dan budaya lokal yang terus hidup di tengah modernisasi. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Rangkaian Prosesi Waisak 2025 di Borobudur

Nyongkolan, Prosesi Adat Sasak Demi Jaga Martabat Pernikahan

Saat Warga Dua Desa Bersatu Berburu Ikan dalam Tradisi Tubo

Maelo Jalur, Tradisi Gotong Royong Menyeret Kayu dari Hutan

Sedekah Bumi Ngotet, Cara Masyarakat Rembang Hormati Leluhur

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Kesenian Jaran Bodhag, Hiburan Dengan Kuda Tiruan
Next Article Kisah Penari Ronggeng Pantura Menjelma Jadi Buaya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?