Indonesia pernah memiliki maestro lukis bernama Affandi Koesema. Pelukis Affandi namanya terkenal hingga ke Mancangera. Pelukis kelahiran Cirebon, Jawa Barat tahun 1907 ini dikenal sebagai seniman otodidak yang ekpresi kreasinya tidak terikat aturan umum seni lukis. Hasilnya, goresan karya-karya Affandi di kanvas sangatlah khas.
Affandi lahir saat kolonial Belanda berkuasa di Indonesia namun mendapatkan pendidikan cukup tinggi setelah pindah ke Batavia (Sekarang Jakarta). Ini karena ayahnya memiliki posisi tinggi sebagai asisten inspeksi sebuah pabrik gula.
Pada tahun 1930, Affandi di pindah ke Bandung dan menikah tiga tahun kemudian. Affandi pun memulai kiprahnya di dunia lukis dengan menjadi guru gambar di sekolah, petugas pengecek tiket bioskop, serta melukis iklan di film.
Di Bandung, Affandi membentuk kelompok seniman bernama Kelompok Lima Bandung bersama Barli, Hendra Gunawan, Sudarso dan Wahdi untuk memperkuat studi mereka dalam dunia seni. Saat Jepang berkuasa di Indonesia seikra tahun 1943, Affandi justru mampu mengadakan pameran lukis pertama di Jakarta.
Saat Indonesia merdeka di tahun 1945, Affandi bersama sejumlah seniman lukis lainnya aktif membuat poster-poster propaganda bertema perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah Belanda.
Tahun 1949, Pelukis Affandi mendapat beasiswa dari pemerintah India untuk belajar di Universitas Rabindranth Tagore. Selama 3 tahun, Affandi berada di India menggelar berbagai pameran lukis dan mengikuti pameran di sekumlah negar Eropa. Presiden Indonesia saat itu, Soekarno lantas memgirim surat terimakasih kepada Affandi karena telah berjasa meningkatkan profil budaya Indonesia.
Karya Potret Diri
Kiprah Affandi di dunia lukis Indonesia kian bersinar hingga dia kerap mewakili dalam kompetisi Internasional dan mendapatkan penghargaan. Gelar Doktor Kehormatan didapatkan Affandi dari Universitas Singapura, Penghargaan Perdamaian dari Norwegia, ditetapkan sebagai Maestro Agung dari kota Venezia, Italia serta menunaikan ibadah haji atas undangan Raja Arab Saudi.
Hingga kini banyak pihak menilai lukisan Affandi sebagai aliran ekspresionisme. Namun Affandi menyebut alirannya Humanisme karena karyanya mayoritas terkait potret diri, kehidupan sosial dan keluarga. Teknik melukis Affandi pun unik karena menumpahkan cat langsung ke atas kanvas dan membuat lukisan dengan sapuan jarinya tanpa memggunakan kuas.
Kontribusinya pada dunia seni lukis Indonesia mengantarkannya menjadi ketua IAPA sebuah badan seni internasional di bawah UNESCO untuk Indonesia, mendapatkan penghargaan Anugerah Seni dan medali Emas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Bintang Jasa Utama daei Presiden tahun 1977 . Affandi pun ditetapkan sebagai anggota seumur hidup Akademi Jakarta.
23 Mei 1990, sang maestro lukis Indonesia ini berpulang di depan museumnya yang menyimpan karya dan peninggalannya berlokasi di kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta. Sedikitnya 300 karya Affandi dipamerkan di museum ini. Namun semasa hidupnya, Pelukis Affandi diketahui telah menghasilkan 2000 lukisan. (Foto: Instagram affandi_museum)