Tradisi Baayun Maulid, salah satu tradisi unik masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan kembali akan segera digelar. Di tahun sebelumnya, tradisi ini diikuti ratusan orangtua dan bayi mungilnya.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Lambung masih membuka pendaftaran bagi masyarakat yang ingin mengikuti tradisi Baayun Maulid. Acara rencananya digelar 3 Oktober 2024 mendatang di halaman Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Kepala Museum Lambung Mangkurat Provinsi Kalimantan Selatan, M. Taufik Akbar menyatakan, tradisi digelar untuk memeriahkan festival gerbang nusantara sekaligus melestarikan satu tradisi adat Kalimantan Selatan sesuai dengan arahan Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor.
“Kegiatan merupakan hasil kolaborasi antara Kemendikbuduristek RI dengan Pemprov Kalsel sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda,” katanya di Banjarbaru, Selasa (24/9/2024) seperti dikutip dari Infopublik.id.
Akbar menuturkan tenggat waktu pendaftaran peserta Baayun Maulid diperpanjang hingga 1 Oktober 2024. Warga yang berminat bisa langsung berkunjung ke Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Perpanjangan pendaftaran ini dilakukan agar seluruh lapisan masyarakat dapat berkontribusi dalam memeriahkan festival Baayun Maulid.
“Acara ini tidak dipungut biaya, jadi masyarakat bisa langsung datang ke Museum untuk mendaftarkan diri dari yang muda hingga dewasa,”imbuhnya.
Tidak hanya festival tradisi, Pemprov Kalsel juga juga menyediakan ribuan aneka jajanan khas daerah Kalsel. “Jadi sembari meliat orang Baayun Maulid, masyarakat juga bisa mencicipi kuliner yang sudah kami sediakan,” tambahnya.
Tradisi Mengayun Bayi
Baayun Maulid sudah menjadi tradisi yang mengalir dari generasi ke generasi di kehidupan masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan.
Tradisi ini merupakan kegiatan mengayun bayi atau anak sambil membaca syair Maulid. Baayun Maulid dilaksanakan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Tujuannya, agar generasi penerus masyarakat Banjar saat sudah dewasa bisa mengikuti keteladanan Nabi Muhammad SAW serta berbakti kepada kedua orang tua.
Sementara ayunan yang diperlukan dalam Baayun Maulid dibuat dari kain sarung wanita atau (tapih bahalai) yang ujungnya diikat dengan tali/pengait. Kain ayunan terdiri dari tiga lapis. Lapisan paling atas berupa kain sarigading atau sasirangan (kain tenun khas Banjar).
Ayunan kemudian dihias dengan janur pohon nipah atau enau, dan pohon kelapa, buah pisang, kue cucur, kue cincin, ketupat, dan hiasan lainnya.
Selain menyiapakan ayunan, untuk mengikuti tradisi ini harus menyiapkan syarat untuk upacara yang disebut piduduk. Syatat ini terdiri dari 3,5 liter beras, gula merah, dan garam (untuk anak laki-laki), serta sedikit garam ditambah minyak goreng (untuk anak perempuan).
Tradisi ini disebut bermula dari KecamatanTapin Utara – khususnya desa Banua Halat) yang kemudian berkembang ke selueuh Kalimantan Selatan. Baayun Maulid kemudian dianggap konversi antara agama orang Dayak di Banua Halat, yang awalnya menganut kepercayaan Kaharingan dan kemudian memeluk agama Islam. (Foto: Ist)