By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Berawal Dari Konsep Suwung Menjadi Motif Batik Kawung
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Berawal Dari Konsep Suwung Menjadi Motif Batik Kawung
Warisan Budaya

Berawal Dari Konsep Suwung Menjadi Motif Batik Kawung

Achmad Aristyan
Last updated: 12/12/2024 01:54
Achmad Aristyan
Share
Motif Batik Kawung
Motif Batik Kawung dalam batik yang memiliki makna pengendalian diri yang sempurna, netralitas dalam kehidupan, dan kesadaran akan kebenaran. Foto: Wikipedia/Alteaven (Kiri), Wikimedia/Pinerineks (Kanan)
SHARE

Batik tidak hanya dikenal sebagai produk tekstil dengan beragam corak dan warna, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam dalam setiap motifnya, termasuk motif Batik Kawung.

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda sejak 2 Oktober 2009. Pengakuan ini menegaskan pentingnya pelestarian batik dalam tradisi seni dan budaya Indonesia. 

Sejarah Batik Kawung

Melansir dari budaya.jogjaprov.go.id, motif Batik Kawung terdiri dari pola bulatan-bulatan geometris menyerupai buah kawung, buah dari pohon aren atau kadang dianggap sebagai kolang-kaling. 

Motif ini memiliki simbolisme mendalam, mencerminkan nilai-nilai kesucian, kemurnian, dan kesempurnaan dalam kehidupan manusia. Motif ini pun dipercaya diciptakan salah satu Sultan dari Kerajaan Mataram pada abad ke-13. 

Pada masa itu, motif ini pertama kali ditemukan pada ukiran dinding di beberapa candi Jawa, seperti Prambanan. Filosofi motif ini berkaitan dengan konsep ‘suwung’ yang dalam bahasa Jawa berarti kosong dari nafsu dan keinginan duniawi. 

Motif ini menyimbolkan pengendalian diri yang sempurna, netralitas dalam kehidupan, dan kesadaran akan kebenaran serta jalan kehidupan yang seimbang. Seseorang yang mengenakan batik Kawung diharapkan dapat mengikuti alur hidup tanpa terlalu mendominasi, membiarkan segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya.

Baca juga: Kisah Dibalik Corak Keindahan Batik Lasem

Konteks Budaya Jawa

Dalam budaya Jawa, motif Kawung dikaitkan dengan tokoh wayang Semar, sosok bijaksana dan penuh kesederhanaan. Semar, yang sering kali digambarkan sebagai orang bijak yang hidup dengan penuh keharmonisan, sering kali mengenakan batik untuk mencerminkan sifat-sifatnya. 

Batik Kawung juga dianggap sebagai simbol kesederhanaan hidup, dimana seseorang lebih fokus pada kualitas hidup daripada kemewahan semata.

Dalam pengaplikasiannya, motif ini tidak hanya terbatas pada busana formal, tetapi digunakan pada kain batik untuk selendang, sarung, taplak meja, dan produk kerajinan tangan lainnya. 

Batik Kawung juga sering ditemukan dalam berbagai perayaan adat Jawa, seperti pernikahan, upacara adat, dan sebagai bagian dari busana tradisional untuk para tokoh budaya.

Baca juga: Filosofi Di Balik Batik Rereng Ciwangi Sukabumi

Menjaga Keaslian 

Di tengah maraknya perkembangan batik kontemporer, motif batik khas ini tetap menjadi pilihan utama untuk menjaga tradisi dan menghormati budaya. Para perajin batik di seluruh Indonesia masih menggunakan metode tradisional dalam menciptakan motif Kawung. 

Caranya yaitu dengan cara menggambar pola di atas kain dengan menggunakan canting, teknik pewarnaan dengan lilin malam, dan proses pencelupan yang dilakukan secara manual.

Motif Batik Kawung adalah salah satu bukti bahwa warisan budaya Indonesia dapat terus hidup dan relevan di tengah perkembangan zaman. (Diolah dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Mengenali Batik Nganjuk yang Terinspirasi Prasasti Anjuk Ladang

Mengenal Songket Silungkang: Kain Tradisional Tertua

Lenong Betawi, Seni Pertunjukan Teater Penuh Makna

Kerak Telor, Kuliner Primadona Khas Jakarta

Sistem Budi Daya Tradisional Salak Bali Diakui FAO

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menyusuri Keunikan Wisata Goa Jepang di Kaliurang
Next Article Cethingan Simbol Warga Ngampin Menjaga Kerukunan
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?