Indonesia dikenal memiliki banyak cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, salah satunya adalah kisah Bujang Awang Tabuang dari Bengkulu. Cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral yang berharga bagi generasi penerus.
Seperti yang diceritakan dalam kanal YouTube Dongeng Kita, kisah Bujang Awang Tabuang bercerita tentang kesabaran, keberanian, dan penghargaan terhadap orang lain.
Latar Belakang Kerajaan Peremban Panas
Kisah ini berasal dari Kerajaan Peremban Panas, yang dipimpin Raja Kramo Kratu Agung, seorang raja bijaksana. Bersama permaisurinya, Putri Rimas Bangesu, mereka memerintah dengan adil.
Namun, setelah enam tahun pernikahan, pasangan ini belum dikaruniai seorang anak, yang membuat sang raja khawatir tentang siapa yang akan meneruskan tahtanya.
Akibt desakan para penasihat, sang raja memutuskan mengasingkan Putri Rimas ke dalam hutan. Takhta permaisuri pun dicabut, sehingga raja dapat menikah lagi. Meski penuh kesedihan, Putri Rimas menerima keputusan dengan tabah.
Kehidupan di Hutan dan Kelahiran Bujang Awang Tabuang
Di tengah hutan, Putri Rimas bertemu dengan seekor harimau dan kera yang dapat berbicara. Kedua hewan ini adalah utusan para dewata yang diutus untuk menjaga sang permaisuri.
Mereka membantu membangun gubuk kecil dan memastikan Putri Rimas mendapat makanan setiap hari. Sembilan bulan kemudian, Putri Rimas melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Bujang Awang Tabuang.
Bersama harimau dan kera, sang ibu membesarkan Bujang dengan penuh kasih sayang. Kedua hewan itu juga mengajarkan Bujang keahlian, seperti memanjat, bertarung, dan strategi bertahan hidup.
Saat dewasa, Bujang bertanya tentang asal-usulnya. Putri Rimas pun menceritakan siapa ayahnya dan alasan mereka tinggal di hutan. Mendengar kisah itu, Bujang memutuskan untuk pergi ke istana dan menemui Raja Kramo.
Pertemuan dengan Raja dan Perjuangan Bujang
Sesampainya di istana untk menemui sang raja, Bujang harus menghadapi tantangan. Para prajurit tidak mengizinkannya masuk, hingga terjadi perkelahian sengit.
Bujang, dengan kesaktiannya, berhasil mengalahkan para penjaga. Perkelahian ini bahkan mengguncang istana, membuat pilar-pilar istana raja bergetar dan nyaris roboh.
Kemudian, Raja Kramo turun tangan. Pertarungan antara ayah dan anak ini berlangsung selama satu hari satu malam. Akhirnya, raja menghentikan perkelahian usai mengetahui Bujang adalah putranya.
Setelah saling memaafkan, Raja Kramo bersama Bujang menjemput Putri Rimas ke hutan. Keluarga kerajaan ini pun kembali bersatu, hidup damai di istana.
Sang raja juga mengundang harimau dan kera ke istana sebagai penghormatan atas jasa mereka menjaga sang permaisuri dan Bujang saat berada di hutan.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa kesabaran, keberanian, dan penghargaan terhadap orang lain adalah kunci untuk menjalani kehidupan yang damai dan penuh makna. (Dari berbagai sumber)