By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Bukti Akulturasi Budaya Minahasa dan Eropa dalam Tari Katrili
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Bukti Akulturasi Budaya Minahasa dan Eropa dalam Tari Katrili
Warisan Budaya

Bukti Akulturasi Budaya Minahasa dan Eropa dalam Tari Katrili

Anisa Kurniawati
Last updated: 20/12/2024 07:14
Anisa Kurniawati
Share
Tari Katrili kini telah berkembang menjadi bagian dari identitas kebudayaan Minahasa. Foto: goodnewsfromindonesia.id
SHARE

Tari Katrili, tarian tradisional yang berasal dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Tarian ini mencerminkan perpaduan antara budaya lokal Minahasa dan pengaruh kolonial Portugis-Spanyol. 

Nama “Katrili” sendiri berasal dari kata “quadrille,” sejenis tarian grup yang populer di Eropa. Penduduk Minahasa lalu mengadaptasi elemen-elemen dari tarian ini, mengintegrasikannya dengan nilai-nilai tradisi lokal dan berubah menjadi katrili. 

Tari katrili juga disebutkan berasal dari tarian lalaya’an ne kawasaran. Maksudnya yaitu tarian yang penarinya membentuk dua baris dan saling berhadapan membentuk formasi dan bertukar tempat. 

Pada masa pendudukan Spanyol di  Minahasa, tarian lalaya’an ne kawasaran berubah menjadi tarian pergaulan yang disebut dengan lansee. Tarian ini ditarikan oleh pasangan penari pria dan perempuan yang saling berputar dan bertukar posisi.

Pentas Tari Katrili

Tari katrili biasa dilakukan oleh 4 hingga 8 pasangan pria dan wanita. Jenis langkahnya dibagi menjadi dua yaitu waltz irama 3/4 dan gallop langkah 2/4. Dalam pementasannya, ada seorang penari yang bertugas sebagai katapel, yaitu komando tari. 

Tugas katapel adalah mengeluarkan aba-aba kepada para penari untuk melakukan gerakan tertentu. Iringannya menggunakan musik tradisional Minahasa yang dikolaborasikan dengan musik country. Beberapa ada juga yang menggunakan alat musik Kolintang. 

Bukti lain Tari tradisional ini dekat dengan budaya Eropa dapat dilihat dari kostum yang digunakan. Penari perempuan biasanya mengenakan gaun dan aksesori seperti kalung, anting, dan juga gelang, sedangkan penari pria mengenakan jas dan topi. 

Tari Katrili kini telah berkembang menjadi bagian dari identitas kebudayaan Minahasa. Tarian ini sering ditampilkan dalam acara seni budaya, acara-acara khusus, atau perayaan besar lainnya. Tujuannya untuk memperkenalkan ke khalayak lebih luas. 

Menggambarkan Kesetiaan

Tari Katrili menggambarkan kesetiaan dan juga representasi dari masyarakat Sulawesi Utara yang terbuka dalam menyambut tamu yang datang. Selain itu, tari ini juga mengandung makna kebersamaan, keharmonisan, dan keceriaan. 

Meskipun tarian ini tergolong sebagai tarian dengan budaya campuran, hingga saat ini tarian ini masih terus dilestarikan bahkan dikembangkan. Upaya pelestarian Tari Katrili dilakukan melalui pendidikan seni budaya di sekolah, komunitas tari, dan festival budaya.

Pemerintah daerah dan komunitas lokal juga berperan aktif dalam mempromosikan tarian ini sebagai bagian dari identitas Minahasa. Dengan sejarahnya yang unik dan maknanya yang mendalam, Tari Katrili tetap menjadi salah satu warisan budaya yang menginspirasi generasi muda untuk terus menghargai dan melestarikan tradisi lokal. (Dari berbagai sumber)

You Might Also Like

Ende, NTT Lahirkan Sejarah Penting Indonesia

Kue Kembang Waru Warisan Legendaris Kotagede

Wadi Patin, Olahan Ikan Fermentasi Khas Palangkaraya

Sarapan Beseprah, Simbol Kebersamaan Masyarakat Kutai

Es Selendang Mayang Menembus Zaman

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Melihat Kekayaan Budaya Dayak di Desa Pampang Samarinda
Next Article Mengenal Desa Wisata Gunungsari Madiun Yang Ramah Digital
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?