By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Dusun Tersembunyi Wotawati Yang Selalu Mengejar Matahari
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Pariwisata > Dusun Tersembunyi Wotawati Yang Selalu Mengejar Matahari
Pariwisata

Dusun Tersembunyi Wotawati Yang Selalu Mengejar Matahari

Anisa Kurniawati
Last updated: 03/12/2024 03:05
Anisa Kurniawati
Share
dusun wotawati tersembunyi dari matahari
Lanskap dusun Wotowati di Kelurahan Pucung, Kecamatan Girisubo, Gunungkidul, DIY. Foto: Youtube/Indonesian Village Stories
SHARE

 Dusun Wotawati tidak pernah terpapar sinar matahari dalam waktu lama karena letaknya di lembah diapit dua perbukitan besar di sisi timur dan barat.

Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa yang mengalir sejauh 600 kilometer sejak hulu di Pegunungan Sewu hingga bermuara di delta menuju Laut Jawa, yakni di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Akibat peristiwa geologis 4 juta tahun lampau, sungai terpanjang ini telah meninggalkan jejak sungai purba.

Saat ini sebagian besar aliran purba Sungai Begawan Solo dimanfaatkan menjadi lahan pertanian, kecuali yang berada di Kelurahan Pucung, Kecamatan Girisubo, Gunungkidul, DIY.

Di sini, ada sebuah dukuh atau dusun yang letaknya sedikit terpencil, namanya Wotawati. Sebelah selatan dusun adalah Samudra Hindia sedangkan bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah.

Dikutip dari Indonesia.go.id, untuk mencapai padukuhan ini jaraknya sekira 36 kilometer dari Kota Wonosari atau 1 jam berkendara motor melewati Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Rongkop. Kalau dari jantung Kota Yogyakarta jaraknya 78,4 km atau sekira 2 jam 6 menit berkendara. Wotawati untuk sementara hanya dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi.

Dipeluk Perbukitan

Dusun Wotawati letaknya di lembah bekas aliran purba Bengawan Solo dan untuk mencapainya perlu ekstrahati-hati. Ini karena kontur jalannya yang menurun dan sedikit curam terutama di musim hujan. Jalan pun belum diaspal, baru sebatas diberi cor blok.

Akibat lokasinya yang dipeluk perbukitan membuat suhu udara dusun ini lebih sejuk dari tempat lain, antara 24-26 derajat Celcius di waktu siang dan sekira 20–21 derajat Celcius kala malam hari.

Kiri dan kanan dusun berdiri menjulang tebing bukit hijau ditumbuhi aneka tanaman keras milik warga seperti jati. Sebagian lainnya menanam singkong, pisang, jagung, dan kedelai.

Warga dusun yang dihuni oleh 82 kepala keluarga (KK) atau sekitar 450 jiwa yang mendiami 4 Rukun Tetangga (RT) ini juga memelihara ternak sapi dan kambing yang pakannya berupa rumput gajah ditanam di sela pepohonan jati. Sebagian besar mereka merupakan warga asli yang telah hidup di Wotawati secara turun temurun sejak berabad silam.

Baca juga: Desa Terapung Muara Enggelam, Wisata Pedalaman Kalimantan

Foto: Youtube/Indonesian Village Stories

Mengejar Matahari

Terletak di lembah diapit dua perbukitan besar di sisi timur dan barat membuat Dusun Wotawati tidak pernah terpapar sinar matahari dalam waktu lama. Berbeda dengan wilayah lain, sinar mentari baru menerangi Wotawati sekitar pukul 8 pagi dan kembali menghilang sebelum jam 16.00 WIB dan membuat kawasan dusun gelap.

Artinya, warga Wotawati menikmati terbitnya matahari lebih lambat dan merasakan tenggelamnya sang surya lebih cepat dibandingkan daerah lain. Meski fenomena itu sepintas menarik, nyatanya menimbulkan tantangan bagi warga Wotawati. Di antaranya, sering kali pakaian yang mereka jemur menjadi susah kering.

Durasi paparan sinar matahari yang sebentar ikut berpengaruh kepada pertumbuhan tanaman warga. Akhirnya warga pun harus berdaptasi dengan kondisi yang mereka alami dan seolah seperti mengejar matahari. Misalnya jika hendak pergi keluar dusun, maka harus diupayakan pulang sebelum gelap atau tiba di tempat tinggal mereka sebelum jam 16.00 WIB.

Posisi yang dijepit oleh perbukitan tinggi menyebabkan warga sedikit kesulitan menangkap sinyal siaran televisi dan ponsel. Itu sebabnya, di hampir atap rumah warga kita dapat dengan mudah menjumpai antena parabola. Kendati terpencil, warga dusun sudah menikmati listrik selama 24 jam.

Baca juga:Menggali Makna Sumbu Kosmologis Yogyakarta

Penataan Wotawati

Kepala Kelurahan Pucung Estu Driyono seperti dikutip dari website Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul mengungkapkan fenomena menarik di Wotawati bahkan bisa lebih singkat dirasakan sewaktu musim hujan tiba. Sebab, cuaca mendung justru lebih mempersingkat daratan Wotawati disinari oleh matahari.

Kendati demikian, fenomena menarik di Dusun Wotawati menyimpan potensi wisata karena jarang ditemui di daerah lainnya. Selain itu warga setempat memiliki budaya yang tak kalah menarik untuk ditawarkan kepada wisatawan seperti tradisi gendhuri atau upacara meminta turun hujan.

Seperti diketahui, daerah Gunungkidul yang terdiri dari 18 kecamatan merupakan Kawasan tandus karena dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan karst yang sulit menyimpan air.

Melihat potensi wisata yang bisa dikembangkan dari Dusun Wotawati ini, maka sejak Juni 2024, Pemkab Gunungkidul memutuskan untuk menggelontorkan anggaran yang diambil dari Dana Istimewa (Danais) sebesar Rp5 miliar. Dana sebesar itu digunakan untuk penataan kawasan dusun seperti membangun ulang pagar dan teras rumah warga agar tampilannya lebih artistik.

Sebagian besar fasad rumah warga saat ini telah bersalin rupa dengan tampilan depan seragam. Misalnya pintu halaman dibangun gapura kecil serta pagar telah ditembok. Menariknya, gapura dan pagar didirikan menggunakan bata merah ekspose atau tanpa diplester adukan semen. Bentuknya identik dengan perkampungan warga pada masa Kerajaan Majapahit atau bergaya mataraman.

Baca juga: Menyaksikan Keajaiban Lukisan Alam dI Bukit Jamur Jawa Timur

Foto: GoogleMaps/Karni Narendra

Wisata Berkualitas

Rencananya hingga 3 tahun ke depan ada sebanyak 79 rumah warga yang direnovasi pada bagian fasad. Melalui penataan kawasan ini, Estu berharap Wotawati bisa makin dikenal masyarakat luas dan bukan saja menawarkan keindahan alam dan fenomena yang unik di dusun ini. Tetapi juga bisa mengenalkan budaya dan tradisi yang dimiliki. Misalnya aneka kuliner khas Wotawati seperti pepes kroto, masakan enthung jati, dan blendrat sejenis gorengan garing berbahan daun singkong.

Pelaksana Tugas Bupati Gunungkidul Heri Susanto berharap, pengembangan Wotawati menjadi destinasi wisata terpadu dapat memberikan dampak ekonomi yang baik bagi masyarakat setempat. Dia meminta aparat kelurahan untuk bersinergi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul agar memetakan prioritas pengembangan wisata di Wotawati.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY, GKR Bendara juga mendukung dimulainya penataan di Wotawati sebagai salah satu perwujudan pariwisata yang lebih berkualitas (quality tourism). Dirinya juga meminta supaya keindahan alam di Wotawati tidak rusak setelah menjadi tempat wisata dan berharap pihak kelurahan menerbitkan peraturan khusus demi melindungi kelstarian alam sekitar dusun.

You Might Also Like

Wamenpar Ajak Wisatawan ke DeLoano Glamping Magelang

Telaga Menjer Wonosobo, Pesona Wisata Alam yang Menenangkan

Desa Wisata Jatiluwih, Ikon Pariwisata Bali Berkelanjutan

Menembus Hutan dan Kabut, Menemukan Pesona Curug Lawe

Pantai Manggar Segara Sari, Pesona Sunset dan Pasir Putih

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Wamen PU Diana Kusumastuti Tol IKN Terowongan Satwa Di Tol IKN Dukung Keberlanjutan Ekosistem
Next Article Hanung Bramantyo : Sutradara Box Office dan Film Kontroversial
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?