Masih eksisnya kesenian tradisional Wayang Golek di Jawa Barat hingga saat ini, salah satunya ada peran dari Entang Sutisna. Pria kelahiran tahun 1947 ini, nyaris separuh hidupnya didedikasikan untuk Wayang Golek. Bukan dalang atau nayaga (orang yang memainkan gamelan), namun menjadi pembuat wayang goleknya.
Di usianya yang sudah 75 tahun, Entang membuktikan, latar belakang pendidikan bukanlah penghalang meraih kesuksesan dalam dunia seni. Meski hanya lulusan sekolah rakyat (SR), passion-nya terhadap wayang golek telah membawa dirinya menjadi salah satu maestro dalam bidang ini.
Melansir dari dari indonesiakaya.com, ketertarikan Entang pada wayang golek bermula sejak kecil, saat ia menyaksikan pertunjukan wayang di sekitar rumahnya. Sebagai seorang anak yang dibesarkan di Bogor, Entang merasa terpikat dengan seni tradisional Sunda ini dan tidak pernah melewatkan setiap kesempatan untuk menonton pertunjukan wayang.
Proses pembelajaran yang panjang dan mendalam, serta pengenalan terhadap tokoh wayang, kian memperkaya pengetahuan dan keahliannya. Meskipun saat itu bekerja sebagai seorang pegawai di Korem 061 Suryakencana, kecintaannya pada seni wayang golek terus berkembang.
Baca juga: Menteri Kebudayaan Fadli Zon Ajak Lestarikan Wayang
Promosi Sendiri
Kecintaan Entang terhadap Wayang Golek kian mendalam, setelah ia menerima pesanan istimewa membuat 120 wayang golek dari mantan Presiden Ke-2 Indonesia Soeharto dan ibu negara Ibu Tien. Kepercayaan besar itu menjadi titik tolak bagi Entang untuk semakin mendalami dunia pewayangan.
Keahlian yang dimiliki Entang tidak hanya berhenti pada dirinya saja. Ia juga ingin mewariskan ilmu dan keterampilan yang telah ia pelajari kepada anak-anaknya, agar tradisi seni ini tidak punah.
Anak pertama Entang, Endai, menjadi pewaris utama keahlian sang ayah membuat wayang golek. Bersama Endai, Entang mengembangkan bisnis pembuatan wayang golek yang makin dikenal luas.
Mereka mulai memasarkan hasil karya mereka secara langsung dengan berkeliling dan melakukan promosi kepada wisatawan yang berkunjung ke Bogor. Berkat kegigihan mereka dalam mempromosikan karya-karya seni yang bernilai tinggi ini, produk wayang golek buatan Entang mulai dikenal pasar internasional.
Banyak pembeli dari luar negeri, terutama dari Eropa, seperti Jerman, Belanda, dan Belgia, yang datang langsung ke rumah Entang untuk membeli wayang golek buatannya. Setiap bulannya, Entang mampu memproduksi sekitar 40 wayang golek yang memiliki kualitas sangat tinggi.
Baca juga:Wayang Kulit Cirebon, Media Diplomasi Dakwah Religi
Menjaga Kualitas
Kualitas bahan baku yang digunakan menjadi faktor penting dalam hasil akhirnya. Entang memilih kayu puley sebagai bahan utama karena kualitasnya yang ringan, kuat, mudah dibentuk dan mudah ditemukan di Bogor. Proses pembuatan wayang golek ini semakin berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah pekerja yang membantu Entang.
Kini, di bengkel wayang golek miliknya yang bernama Media Art & Handycraft, Entang dibantu 8 pekerja untuk memproduksi karya-karya wayang golek. Bengkel yang berlokasi di Jalan Sirnagalih No. 58, Loji, Bogor, ini menjadi pusat kreativitas di mana Entang dan keluarganya bekerja keras mempertahankan eksistensi seni tradisional Indonesia yang kian digemari di berbagai belahan dunia.
Entang juga memperhatikan dengan seksama kualitas hasil kerjanya. Tidak hanya sekadar menjual produk, namun ia memastikan setiap wayang golek yang diproduksi mencerminkan nilai seni yang mendalam, serta memiliki kualitas dan detail yang luar biasa.
Ia sangat menghargai setiap proses pembuatan wayang golek, dari pemilihan bahan baku hingga pengukiran kayu yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran. Pekerjaan ini bukan hanya sekadar mata pencaharian, tetapi juga sebuah bentuk penghormatan terhadap tradisi budaya Indonesia.
Baca juga: Wayang Golek, Tontonan Penuh Tuntunan
Nilai Budaya
Kini, wayang golek buatan Entang Sutisna tidak hanya beredar di pasar domestik, tetapi telah menembus pasar internasional. Karyanya yang autentik dan berkualitas tinggi menjadi bukti bahwa seni tradisional Indonesia, seperti wayang golek, masih memiliki daya tarik yang kuat di mata dunia.
Dalam setiap karyanya, Entang tidak hanya menggambar karakter-karakter wayang, tetapi juga menggambarkan kisah-kisah yang penuh dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, yang mengajarkan tentang kehidupan, moralitas, dan tradisi masyarakat Indonesia. Melalui perjalanan panjangnya, Entang Sutisna telah berhasil menunjukkan bahwa seni tradisional seperti wayang golek tetap relevan di tengah perkembangan zaman.
Ia juga menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda, bahwa dengan tekad dan kerja keras, seseorang bisa mengangkat warisan budaya Indonesia ke kancah internasional, sembari mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. (Diolah dari berbagai sumber)