Entas-entas, tradisi yang dilaksanakan untuk menyucikan roh leluhur yang sudah tiada. Biasanya dilakukan oleh umat Hindu Suku Tengger yang tersebar di Kabupaten Malang, Lumajang, Pasuruan, Probolinggo, dan Jawa Timur. Biasanya upacara ini dilakukan saat seribu hari atau nyewu orang yang meninggal
Keberagaman budaya di Tanah Air Indonesia menarik untuk terus dirawat dan dipelajari. Salah satunya yaitu, tradisi Entas-Entas leluhur oleh suku Tengger. Suku ini sendiri tersebar di berbagai kabupaten di Jawa Timur, seperti Malang, Pasuruan, dan lainnya.
Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mengantarkan roh beliau kepada sang pencipta dan mendapatkan tempat yang terbaik. Selain harapan agar orang yang meninggal tersebut masuk surga, upacara ini juga menyempurnakan jiwa leluhur saat masuk ke dalam nirwana.
Baca juga: Unan-Unan, Tradisi Suku Tengger Lengkapi Hilang Bulan
Prosesi Tradisi
Tradisi ini dipimpin oleh seorang dukun Padhita yang dibantu oleh lengen dan wong sepuh dalam menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan upacara. Berbagai ritual juga dilakukan secara berurutan. Biasanya upacara ini dilaksanakan selama tiga hari.
Pertama dimulai dengan pembuatan petra yang dilakukan oleh wong sepuh. Petra ini dibuat dengan menggunakan susunan daun pampung. Disitu juga diletakkan bunga senikir dan tanalayu yang berfungsi untuk menyingkirkan roh jahat. serta agar roh itu diterima oleh Sang Hyang Widi.
Petra tersebut juga ditandai dengan pakaian orang yang sudah meninggal. Boneka petra ini adalah simbol bagi jenazah yang akan dientas-etaskan. Nantinya, petra akan dibakar .
Kedua, ritual meduduk yaitu saat melakukan pengorbanan sapi atau kambing. Maknanya pengorbanan tersebut akan digunakan sebagai kendaraan leluhur yang meninggal. Kemudian acara ditutup dengan melaksanakan upacara wayon.
Baca juga: Menyelamatkan Tradisi Nyadran Dengan Pengaturan Keuangan
Di upacara ini juga ditandai dengan pembakaran lima unsur panca maha buta yakni, unsur tanah, air, api, udara dan Akasa atau ruang. Hal ini didasarkan pada manusia yang terdiri dari lima unsur tersebut. Setelah upacara dilaksanakan biasanya dilakukan pembersihan menyeluruh.
Mulai dari penyucian bangunan, alat-alat, rumah, kantor, gedung, dan lain sebagainya. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran pada saat upacara dan agar rumah tersebut layak dihuni dan memiliki nilai kesakralan atau kesucian.
Tradisi entas-entas bukan hanya sebuah perayaan ataupun upacara adat, namun juga bermakna pengembalian jiwa manusia ke bentuk semula. Saat ini tradisi ini juga digunakan untuk menambah daya tarik desa agar wisatawan dapat berkunjung. Sehingga selain tradisi ini dapat terus dilestarikan juga mengangkat perekonomian warga setempat. (Ditulis dari Berbagai Sumber)