Fatmawati, merupakan istri dari Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. Ia dikenal sebagai penjahit bendera pusaka Sang Saka Merah Putih yang dikibarkan pada saat upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Fatmawati Soekarno, perempuan kelahiran Pasar Padang, Bengkulu pada 15 Februari 1923 ini berasal dari keluarga tokoh Muhammadiyah. Kedua orang tuanya merupakan keturunan bangsawan.
Ibunya, Siti Chadijah adalah keturunan Kerajaan Indrapura Mukomuko, Provinsi Bengkulu. Sedangkan ayahnya, Datuk Hassan Din, merupakan keturunan Kerajaan Putri Bunga Melur, sekaligus tokoh aktif Muhammadiyah.
Pada usia enam tahun, Fatmawati menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat. Kemudian dilanjutkan di HIS (Hollandsch Inlandsche School) dan kemudian melanjutkan ke sekolah kejuruan yang dikelola oleh sebuah organisasi Katolik.
Minat berorganisasi telah ada sejak Fatmawati duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu ia sudah aktif berorganisasi sebagai anggota pengurus Nasyiatul Aisyiah, sebuah organisasi yang bernaung di bawah Muhammadiyah.
Awal Mula Bertemu Soekarno
Perkenalannya dengan Bung Karno terjadi pada tahun 1938, berawal ketika tokoh pergerakan itu dipindahkan oleh pemerintah Belanda ke Bengkulu dari tempat pengasingannya di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Pada saat itu, Soekarno ditemani istrinya Inggit Ganarsih dan anak angkatnya Ratna Djuami. Karena usianya tidak jauh, Ratna mengajak Fatmawati bersekolah di tempat yang sama. Singkat cerita Ia kemudian tinggal di bersama-sama keluarga Soekarno di rumah pengasingan.
Beberapa tahun kemudian, Soekarno menyatakan cinta kepada Fatmawati, namun kedua orang tuanya tidak menyetujuinya dengan pertimbangan Soekarno masih memiliki istri. Lalu, Bung Karno memutuskan untuk bercerai secara baik-baik dengan Ibu Inggit.
Pernikahan Fatmawati dan Soekarno dilangsungkan di Jakarta pada tahun 1943. Untuk mendampingi sang suami, Fatmawati menjalani hidup barunya di Jakarta. Setahun kemudian, rumah tangga mereka semakin berwarna dengan kehadiran putra pertama yang kemudian diberi nama Muhammad Guntur Soekarno Putra.
Detik-Detik Proklamasi
Kekalahan Jepang di setiap pertempuran mulai terdengar sekitar pertengahan Agustus 1945. Puncaknya ketika Jepang menyerah tanpa syarat kepada pasukan sekutu pada 14 Agustus. Pada suatu malam, keluarga Soekarno dikejutkan dengan kedatangan sekelompok pemuda bersenjata di suatu malam. Bung Karno dipaksa untuk mengikuti mereka.
Bersama dua orang rekannya, Syahrir dan Hatta. Ketiganya meninggalkan Jakarta untuk selanjutnya dibawa ke Rengasdengklok. Keesokan harinya, pada 17 Agustus 1945, bertempat di Pegangsaan Timur, Jakarta sekitar pukul 10 pagi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia resmi dibacakan.
Bendera yang dikibarkan pada saat itu adalah bendera yang dijahit Fatmawati sendiri setelah sebelumnya menerima kain dari salah seorang pemuda bernama Chaerul Bisri. Bendera yang kemudian dijadikan sebagai bendera pusaka itu sempat disimpan di Museum Monumen Nasional (Monas).
Setelah kemerdekaan, pasangan ini sempat pindah ke Jogja karena situasi politik. Di sana mereka dianugerahi anak kedua yang bernama, Dyah Permata Megawati Soekarno Puteri. Setelah kembali ke Jakarta, mereka dianugerahi 3 anak lagi yang diberi nama Dyah Permana Rachmawati, Dyah Mutiara, serta Muhammad Guruh Irianto Sukarno.
Fatmawati dikenal sebagai sosok yang memegang prinsipnya. Terbukti ketika Soekarno berniat meminta ijin untuk menikahi seorang wanita bernama Hartini, Fatmawati yang menolak adanya poligami memilih berpisah.
Setelah berpisah dengan Soekarno, ia menempati sebuah paviliun di jalan Sriwijaya, berdekatan dengan Masjid Baitul Rachim. Putra putrinya tetap tinggal di Istana Merdeka sementara sang ibu tinggal seorang diri di rumah itu.
Fatmawati menghembuskan nafas terakhirnya pada 14 Mei 1980 di General Hospital Kuala Lumpur usai menunaikan ibadah Umroh di Mekah. Ia terkena serangan jantung saat pesawat yang ditumpanginya singgah di Kuala Lumpur sebelum melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta. Atas jasa-jasanya pada negara, Hj. Fatmawati diberi gelar Pahlawan Nasional (Anisa Kurniawati- Sumber: historia.id)