Festival Suadesa 2025 yang berlangsung di Balkondes Gasblock PGN Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada 10–11 Mei 2025, dipadati ribuan pengunjung.
Gelaran tahunan ini bukan hanya menyuguhkan seni dan budaya lokal, tetapi juga menjadi wadah pertumbuhan bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Salah satu yang turut merasakan berkah dari festival ini adalah Riyono (61), seorang pengrajin mainan kayu asal Borobudur.
Tenan miliknya menjadi salah satu yang paling banyak dikunjungi, lantaran menampilkan berbagai jenis mainan seperti truk, pesawat, dan mobil-mobilan yang seluruhnya dibuat secara manual dari kayu.
“Untuk satu unit truk mainan, saya membutuhkan waktu sehari penuh untuk menyelesaikannya. Dalam seminggu, saya bisa menyelesaikan sekitar sepuluh unit,” ujarnya, Selasa (13/5/2025) dikutip dari travel.okezone.com.
Baca Juga: Kirab Waisak 2025 di Candi Borobudur Meriahkan Pariwisata Magelang
Meski proses produksinya cukup rumit, Riyono tetap mematok harga yang terjangkau, yakni mulai dari Rp15 ribu hingga Rp150 ribu.
Selama dua hari festival, ia mengaku berhasil menjual sekitar 200 unit mainan, jumlah yang tergolong tinggi untuk acara dua hari.
Selain menggunakan kayu, Riyono juga memanfaatkan gabus bekas sebagai bahan baku tambahan.
Ia menjelaskan bahwa penggunaan bahan daur ulang ini sekaligus menjadi sarana edukasi bagi anak-anak tentang pentingnya menjaga lingkungan.
“Saya senang ada event seperti Suadesa ini. Kami para pelaku UMKM jadi punya ruang untuk memperkenalkan produk kepada lebih banyak orang,” imbuhnya.

Tenan lain yang turut mencuri perhatian dalam Festival Suadesa 2025 adalah Djamoenesia, milik Syifa Salsabilia (25), perwakilan komunitas pembuat jamu tradisional Rempon Ndoro.
Djamoenesia menghadirkan berbagai varian jamu seperti teh mint, beras kencur, kunir asem, gula asem, hingga Golden Rempong atau kombinasi jahe, serai, dan jeruk nipis.
Seluruh produk jamu buatan Syifa diklaim menggunakan bahan premium dengan pemanis alami berupa gula batu dan gula aren.
Selain itu, pengemasan dilakukan secara modern agar kualitas dan tampilannya tetap terjaga.
“Memang harga jamu kami sedikit lebih tinggi, mulai dari Rp10 ribu sampai Rp35 ribu. Tapi kami ingin memberikan kualitas dan mengajak masyarakat kembali mengonsumsi jamu asli,” kata Syifa.
Produk Djamoenesia juga laris manis, terutama di kalangan pengunjung dari luar kota yang penasaran dengan cita rasa jamu khas Karangrejo.
Baca Juga: Candi Borobudur di Magelang dan Perjalanan Sejarah Penemuannya
Syifa menjelaskan, jamu cair produksinya dapat bertahan hingga enam hari jika disimpan dalam kulkas, dan hingga enam bulan dalam freezer.
Sementara jamu berbentuk padat bisa bertahan hingga satu tahun.
Festival Suadesa 2025 merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bertajuk Desa Energi Berdikari, inisiasi PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN).
Desa Karangrejo sebagai desa binaan kini mulai merasakan dampak positif dari program ini.
Geliat ekonomi tumbuh berkat rangkaian kegiatan tahunan yang rutin digelar.
