Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dikenal sebagai candi Buddha terbesar di dunia.
Melansir dari BBC, candi ini memiliki ketinggian sekitar 42 meter, panjang 121,66 meter, dan lebar 121,38 meter.
Dibangun pada masa Dinasti Syailendra, pembangunan Candi Borobudur diperkirakan dimulai pada 770 Masehi dan selesai pada 842 Masehi.
Setiap tahunnya, Candi Borobudur menjadi tempat perayaan Hari Raya Waisak, termasuk perayaan Waisak 2025, yang diadakan dengan mengadakan berbagai ritual dan ibadah di sekitar candi ini.
Namun, siapa sebenarnya yang dapat dianggap sebagai penemu Candi Borobudur yang telah terkubur lama dan terlupakan?
Baca Juga: Sejarah Waisak di Candi Borobudur, Dari Dinasti Syailendra-Sekarang
Candi ini sempat terpendam tanah dan abu vulkanik Gunung Merapi serta tertutup semak-semak yang lebat.
Candi Borobudur baru kembali menarik perhatian pada awal abad ke-19, saat Indonesia masih berada di bawah pemerintahan Inggris.
Pada masa pemerintahan Inggris di Hindia Belanda (1811-1816), tepatnya ketika Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai Gubernur Jenderal, perhatian terhadap Candi Borobudur mulai muncul.
Raffles dikenal sebagai sosok yang tertarik pada sejarah, alam, dan kebudayaan Nusantara.
Ketika mendengar kabar tentang keberadaan sebuah candi besar di Magelang, Raffles segera memerintahkan seorang insinyur untuk melakukan penyelidikan pada tahun 1814.
Sebanyak 200 orang dikerahkan untuk menebangi pohon-pohon, membersihkan semak-semak, dan menggali tanah yang menutupi candi ini.
Upaya pembersihan dan penggalian ini mengungkap kembali bentuk Candi Borobudur yang tersembunyi.
Karena inisiatifnya yang langsung memerintahkan penyelidikan, Raffles sering dianggap sebagai penemu Candi Borobudur.
Namun, ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa Candi Borobudur sebenarnya sudah diketahui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie, atau Perusahaan Hindia Timur Belanda) sejak abad ke-17.
Sejarawan Peter Carey, misalnya, mengungkapkan bahwa pada masa pemerintahan VOC, seorang insinyur militer asal Prussia, Carl Friedrich Reimer, telah menemukan keberadaan candi ini saat sedang mensurvei benteng-benteng VOC di Nusantara.
Meski ada klaim berbeda tentang siapa yang pertama kali menemukan Candi Borobudur, pembersihan candi ini dilanjutkan Hartman, Residen Kedu, yang melanjutkan pekerjaan yang telah dimulai pada masa pemerintahan Raffles.
Pada tahun 1835, Candi Borobudur mulai terlihat jelas, menyembul di atas bukit.
Selanjutnya, pada akhir abad ke-19, tepatnya antara tahun 1890 dan 1891, pekerjaan penggalian dilanjutkan hingga panel-panel relief di bagian kaki candi yang sebelumnya terpendam dapat kembali terlihat.
Candi Borobudur terkenal dengan relief-reliefnya yang indah dan sarat makna.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com, Candi Borobudur memiliki total 2.672 panel relief yang terbagi dalam dua jenis: panel naratif dan panel dekoratif.
Dari jumlah itu, 1.460 panel adalah panel naratif yang menceritakan kisah-kisah Buddha dan ajaran-ajarannya, sedangkan 1.212 panel lainnya bersifat dekoratif.
Panel-panel naratif ini terbagi dalam sebelas baris yang mengelilingi candi, dan masing-masing panel menceritakan kisah tertentu.
Baca Juga: Candi Borobudur Hadirkan Destinasi Wisata Edukasi Baru
Di antaranya adalah kisah Karmawibhangga (160 panel), Lalitawistara (120 panel), berbagai kisah Jataka dan Awadana (372 panel), serta Gandawyuha (serangkaian panel yang berjumlah 128, 100, 88, 88, 84, dan 72 panel pada beberapa tingkat candi).
Relief-relief ini dapat dibaca searah jarum jam, yang menggambarkan kehidupan alam, aktivitas manusia, hingga ajaran moral yang mendalam.
Pengunjung yang melihatnya dapat merenungkan pesan-pesan moral yang mengajarkan tentang karma, pencerahan, dan kesucian.
Meskipun banyak klaim yang berbeda mengenai siapa yang pertama kali menemukan Candi Borobudur, kontribusi Raffles dalam memperkenalkan dan merawat candi ini tidak dapat dipungkiri.
Hingga kini, Candi Borobudur tetap menjadi simbol penting dalam kebudayaan Buddha dan merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO yang paling terkenal di Indonesia.