By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Gambus Lunik Lampung, Media Dakwah dan Identitas Budaya
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Gambus Lunik Lampung, Media Dakwah dan Identitas Budaya
Warisan Budaya

Gambus Lunik Lampung, Media Dakwah dan Identitas Budaya

Anisa Kurniawati
Last updated: 23/02/2025 12:59
Anisa Kurniawati
Share
Gambus Lunik diperkirakan diperoleh dari pengaruh bangsa Arab, melalui Kerajaan Banten sekitar abad ke-16. Foto: Tangkapan layar youtube Anas Nurhada
SHARE

Media dakwah bisa beragam bentuknya, salah satunya seperti melalui Gambus Lunik, sebuah alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Lampung.

Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik dan bentuknya menyerupai anak buaya 

Asal-Usul Gambus Lunik

Alat musik ini disebut juga “Anak Buha” atau “Gambus Anak Buaya” karena bentuknya menyerupai anak buaya. Menurut legenda setempat, alat musik ini berkaitan dengan kisah seorang gadis yang meninggal di sungai akibat dimangsa buaya. 

Hal ini tercermin dalam penamaan bagian-bagian Gambus Lunik yang menyerupai organ tubuh buaya.  Bagian alat musik ini seperti Hulu (kepala), Cuping (telinga), Galah (leher), Betong (perut atau badan), dan Puntut (ekor).

Di balik legendanya, Gambus Lunik juga memiliki akar sejarah yang panjang.

Menurut Edi Pulampas, seorang seniman Lampung, Gambus Lunik diperkirakan diperoleh dari pengaruh bangsa Arab, melalui Kerajaan Banten sekitar abad ke-16, bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Lampung.

Pada masa itu, alat musik gambus digunakan para penyebar agama Islam sebagai sarana dakwah. Awalnya alat musik ini berukuran lebih besar dibandingkan Gambus Lunik yang ada saat ini. 

Pertunjukan Gambus Lurik 

Gambus versi awal berukuran besar dan tidak memiliki membran.

Masyarakat adat Saibatin di Lampung kemudian mengadaptasi alat musik ini dengan ukuran yang lebih kecil. Bentuk fisiknya menyerupai setengah semangka dengan leher yang lebih kecil. 

Alat musik khas Lampung ini dibuat dari kayu Lemasa atau kayu Nangka. Kayu ini dipercaya dapat menghasilkan suara yang merdu serta memiliki daya tahan yang baik. Materialnya kemudian mengalami perubahan. 

Dulunya dawai dibuat dari serat nanas atau benang, kini lebih umum menggunakan kawat atau nilon. Tujuannya agar lebih tahan lama dan menghasilkan suara yang lebih stabil. Saat dimainkan, Gambus Lunik menghasilkan nada-nada indah.

Gambus Lunik dimainkan dengan cara dipetik, mirip dengan gitar.

Alat musik ini menghasilkan bunyi kordofon dari dawai. Suaranya sangat khas dan dapat dikombinasikan dengan instrumen lain seperti gendang untuk menciptakan harmoni yang indah.

Peran Gambus Lunik

Gambus Lunik sering digunakan mengiringi lagu-lagu tradisional seperti Penayuhan, Salimpat, dan Humbak Moloh. Seiring perkembangannya, Gambus Lunik berfungsi sebagai alat musik hiburan.

Disamping itu juga digunakan sebagai media komunikasi, khususnya di kalangan anak muda-mudi, serta dalam upacara adat dan ritual. Selain itu, Gambus Lunik juga bagian seni dakwah Islam dan pertunjukan Gawi Adat di Lampung.

Gambus juga digunakan dalam pertunjukan musik zapin dan ghazal, serta berfungsi sebagai media pengenalan nilai-nilai budaya Islam. Sebagai salah satu alat musik tradisional, Gambus Lunik menjadi bagian dari identitas budaya Lampung.

You Might Also Like

Mungsolkanas, Masjid Berusia 1,5 Abad di Kota Bandung

5 Kota di Indonesia dengan Kemeriahan Perayaan Cap Go Meh

Udeng Bali, Identitas Budaya Pria Pulau Dewata Penuh Makna

Kuliner Tehong Krutuk Khas Daerah Lahat yang Menggoda Selera

Museum Kujang Pusaka Kampung Budaya Paseban Bogor Dibuka

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article IIMS 2025 Bukan Hanya Pameran Otomotif Tapi Ekosistem Ekraf
Next Article Sanggar Satria Wonosobo, Wadah Bakat dan Pelestarian Seni
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?