Legenda Kanjeng Ratu Kidul telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kerajaan-kerajaan yang berdiri di Pulau Jawa. Mitos kekuatan magis yang diyakini dimiliki Kanjeng Ratu Kidul turut memperkuat ritual-ritual yang dilakukan para pendiri kerajaan di pesisir selatan Jawa. Sebut saja di Pantai Sembukan, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Ketua Pelestarian dan Pengembangan Adat Istiadat Budaya Paranggupito Sucipto mengungkapkan, masyarakat sekitar Pantai Sembukan sangat percaya merupakan Gerbang 13 Kerajaan Kanjeng Ratu Kidul. Sebuah pintu masuk yang akan dilalui sang Ratu ketika hendak menemui para Raja Jawa.
Angka 13 memiliki makna yang dalam. Angka 1 melambangkan jalan yang mengarah ke Pantai Sembukan, yang dilihat dari ketinggian membentuk angka satu, menggambarkan sebuah jalan lurus menuju tujuan yang tunggal.
Sedangkan angka 3 mewakili tiga tempat yang memiliki aura spiritual yang sangat kuat di Pantai Sembukan yakni Gunung Buthak (Petilasan Raden Mas Said) yang menjadi Padepokan Tri Sila Weda, Gunung Putri yang dibangun masjid sebagai tempat ibadah, dan Paseban Gunung Pathuk Ngasem, sebuah tempat spiritual bagi penggiat aliran kepercayaan.
Baca juga: Pesona Air Terjun Girimanik dan Legenda Tiga Dewa
Lokasi Meditasi
Ketiga lokasi ini sering dijadikan tempat bagi masyarakat yang ingin bermeditasi atau melakukan ritual untuk memohon petunjuk Tuhan. Sementara cerita mengenai Pantai Sembukan sebagai tempat ritual tak lepas dari perjalanan sejarah Raden Mas Said, pendiri Praja Mangkunegaran di Surakarta.
Konon, pada masa perjuangannya, Raden Mas Said tidak hanya berperang melawan musuh, tetapi juga mengunjungi tempat-tempat keramat untuk memohon kekuatan dari Tuhan agar dapat melindungi prajurit-prajuritnya.
Salah satu tempat yang disinggahinya adalah Gunung Buthak di Pantai Sembukan. Saat melakukan meditasi Raden Mas Said ditemani Ki Sodongso, seorang abdi dalem setia. Sebelum naik ke puncak Gunung Buthak, Raden Mas Said berpesan kepada Ki Sodongso untuk menunggunya di bawah pohon Ketapang dan tidak pergi sebelum dirinya turun.
Setelah lama bermeditasi, Raden Mas Said berhasil bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul di alam gaib. Setelah pertemuan itu, Kanjeng Ratu Kidul meminta Raden Mas Said untuk diantarkan kembali ke Nglaroh, Selogiri, menggunakan kekuatan gaib.
Dalam sekejap, Raden Mas Said sudah berada di Nglaroh, sementara Ki Sodongso tetap setia menunggu di pohon Ketapang. Tanpa mengetahui bahwa majikannya sudah kembali, Ki Sodongso tetap menunggu dan akhirnya “moksa”, hilang dan menyatu dengan alam gaib di Gunung Buthak.
Melihat pengawal setianya yang moksa, Kanjeng Ratu Kidul meminta Ki Sodongso mengikuti dirinya dan diberi tugas menjaga Pantai Sembukan dari segala hal yang dapat merusak alam.
Tradisi Tetedhakan
Hingga kini, pohon Ketapang yang menjadi tempat Ki Sodongso moksa masih berdiri kokoh dan diyakini memiliki kekuatan gaib. Konon, jika seseorang tidur dengan kaki mengarah ke pohon, ia akan dipindahkan ke tempat lain.
Tradisi ini terus berlanjut, dan KGPAA Mangkunegara VII, sebagai penerus Raden Mas Said, mengikuti jejaknya dengan mengunjungi Pantai Sembukan setiap awal bulan Sura untuk melaksanakan ritual memohon petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.
Sambutan hangat dari masyarakat Paranggupito terhadap kunjungan besar menunjukkan betapa pentingnya Pantai Sembukan dalam budaya dan kehidupan mereka. Tradisi ini kemudian dikenal dengan sebutan Tetedhakan, yang akhirnya menjadi bagian dari upacara Labuhan Ageng Pantai Sembukan. (Diolah dari berbagai sumber)