Irawati Kusumorasri merupakan seniman wanita yang peduli terhadap seni tari Jawa. Melalui sanggar tari Semarak Chandra Kirana Art Center yang didirikannya, ia berbagi ilmu untuk menjaga kelestarian kesenian khususnya tari Jawa dan seni lainnya.
Penari Jawa klasik di Pura Mangkunegaran, Solo, ini belajar tari tradisi Jawa sejak berusia lima tahun. Bahkan sejak duduk di bangku SMP, ia sering tampil menari bagi turis yang berkunjung ke Pura Mangkunegaran. Kemampuan menarinya semakin meningkat saat kuliah di Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan ketika bergabung dengan Badan Koordinasi Kesenian Tradisional (BKKT) UNS.
Kecintaannya pada seni tari membuat dia mengusahakan berbagai upaya untuk melestarikan dan membagikan ilmunya. Karena menurutnya, memiliki pengetahuan dan meneruskannya kepada orang lain, merupakan sebuah tanggung jawab yang harus dilakukan.
Salah satu upayanya yaitu dengan mendirikan sanggar tari Semarak Chandra Kirana Art Center di Kota Solo, Jawa Tengah. Sanggar ini sendiri didirikan tahun 1998, yang mulanya hanya mempelajari seni tari Jawa. Dalam perkembangannya, sanggar ini memberikan pelatihan beragam seni tradisi seperti karawitan, membatik, serta melukis wayang dan topeng
Misinya melalui sanggar tersebut adalah tak sekadar menjadikan anak-anak penari, tetapi memengaruhi banyak orang untuk mencintai kesenian. Hal ini dikarenakan kesenian tak akan hidup jika tidak dipentaskan dan didukung masyarakatnya. Dengan terus dipentaskan dan dipublikasikan, kesenian tetap dapat terjaga.
Maka, dalam misi kebudayaannya tersebut, Ira merekrut anak-anak dan remaja belajar seni tari dan kesenian lainnya di sanggar. Meski terkadang ada beberapa anak yang membayar biaya kursus dengan harga murah, Ira tak keberatan. Ira menerapkan sistem “subsidi” di sanggar. Mereka yang kurang mampu mendapat keringanan biaya kursus, bahkan digratiskan.
Meski begitu masih tak banyak anak-anak atau remaja yang ikut belajar di sanggar tersebut. Kebanyakan muridnya datang dari keluarga tak mampu. Untuk melatih para murid di sanggar, Ira dibantu lima guru yang berasal dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Sistem honor guru di sanggar pun diselesaikan secara kekeluargaan.
Sebelum mulai mendirikan sanggar, Ira Kusumorasri juga sering terlibat dalam berbagai misi kebudayaan ke banyak negara, seperti Jepang, Kamboja, dan Belanda. Setelah itu ia mendirikan sanggar tari dan pada 2006 dan 2007, Ira dipercaya Kementerian Luar Negeri untuk melatih peserta Program IACS (Indonesia Art and Culture Scholarship) dari berbagai negara, untuk belajar seni budaya Jawa.
Selain itu, Irawati Kusumorasri juga pernah dipercaya menjadi Ketua Panitia Solo International Performing Arts (SIPA), yang berlangsung 1-3 Juli di Solo. Melalui SIPA menjadikan banyak orang-orang lebih mencintai kesenian. Kedepannya Ira ingin menjadikan tari sebagai obyek wisata. Ia bertekad untuk menggandeng dan melatih lebih banyak anak-anak, remaja, atau siapapun yang tertarik dengan kesenian sebagai generasi penerus. (Sumber: tokoh.id)