Museum Dewantara Kirti Griya, yang dulunya merupakan rumah pribadi Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, kini menjadi saksi bisu sejarah perjuangan pendidikan bangsa.
Terletak di Jalan Taman Siswa No. 31, Wirogunan, Mergangsan, Yogyakarta, museum ini tidak hanya menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga menceritakan kisah perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Asal Usul Bangunan dan Peralihan Kepemilikan
Dilansir dari situs Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Budaya, awalnya rumah yang kini menjadi Museum Dewantara Kirti Griya ini dimiliki seorang wanita penguasa perkebunan Belanda bernama Mas Ajeng Ramsinah.
Pada 14 Agustus 1934, rumah ini dibeli Ki Hajar Dewantara, Ki Sudarminto, dan Ki Supratolo dengan harga sekitar 3.000 Gulden.
Baca Juga: Indonesia Dorong Pendirian Museum Haji dan Hadis dalam Forum Yayasan Hadis Madinah
Pembelian ini mencakup bangunan dengan luas tanah sekitar 5.594 meter persegi serta berbagai perabot rumah tangga yang ada di dalamnya.
Sejak saat itu, rumah ini menjadi tempat tinggal Ki Hajar Dewantara, yang kemudian menjadi pusat kegiatan dan gagasan pendidikan.
Arsitektur Bangunan yang Menawan
Dibangun pada tahun 1915, bangunan Museum Dewantara Kirti Griya mengusung gaya arsitektur indis, yaitu perpaduan antara desain Eropa dan unsur-unsur lokal Jawa.
Atap berbentuk limasan yang khas, serta ruangan-ruangan yang terbagi dengan rapi, memberikan nuansa khas dari masa kolonial dan tradisi lokal.
Museum ini memiliki sembilan bagian penting, antara lain ruang tamu, kamar kerja, ruang tengah, kamar tidur keluarga, kamar tidur Ki Hajar Dewantara, kamar tidur putri, emperan, kamar mandi/wc, dan dapur.
Bangunan ini juga tercatat dalam register Kraton Yogyakarta pada 26 Mei 1926 dengan nomor Angka 1383/1.H, menunjukkan betapa pentingnya situs ini dalam sejarah kota Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya.

Dari Rumah Pribadi Menjadi Museum
Pada tahun 1958, dalam sebuah rapat Pamong Tamansiswa, Ki Hajar Dewantara mencetuskan gagasan untuk menjadikan rumahnya sebagai museum.
Gagasan ini, meskipun baru terwujud setelah beliau wafat, mencerminkan visi Ki Hajar Dewantara untuk menjadikan tempat ini sebagai tempat pelestarian dan pengembangan nilai-nilai pendidikan yang telah dia perjuangkan.
Setelah Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tahun 1959, keluarga besar Tamansiswa bersama sejarawan dan keluarga Ki Hajar Dewantara mulai berusaha mewujudkan gagasan beliau.
Pada 1963, dibentuklah panitia pendiri Museum Tamansiswa yang terdiri dari keluarga Ki Hajar Dewantara, Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, dan berbagai pihak terkait.
Pada 11 Oktober 1969, Ki Nayono menerima surat dari Nyi Hadjar Dewantara yang mendorongnya untuk segera meminta perhatian dari Majelis Luhur agar bekas rumah Ki Hajar Dewantara dijadikan sebagai museum.
Cita-cita besar itu akhirnya terwujud pada 2 Mei 1970, bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional, saat Museum Dewantara Kirti Griya resmi dibuka.
Nama “Dewantara Kirti Griya” dipilih dengan makna “rumah yang berisi hasil kerja Ki Hajar Dewantara”, sebuah penghormatan atas perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan.
Museum Dewantara Kirti Griya Sebagai Warisan Sejarah
Kini, Museum Dewantara Kirti Griya bukan hanya sebuah tempat yang menyimpan barang-barang peninggalan sejarah, tetapi juga sebuah simbol penting dari perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam membangun sistem pendidikan yang merdeka dan berlandaskan pada nilai-nilai kebudayaan Indonesia.
Pengunjung dapat melihat koleksi foto, dokumen, dan peralatan yang digunakan Ki Hajar Dewantara, serta mempelajari pemikiran dan filosofi pendidikan yang dia perjuangkan.
Baca Juga: Museum Kailasa, Warisan Sejarah Peradaban Kuno Dieng
Museum ini juga menjadi tempat yang penuh makna, di mana setiap sudutnya menggambarkan tekad dan semangat Ki Hajar Dewantara untuk mengembangkan pendidikan yang mengutamakan kebebasan, keadilan, dan kebudayaan nasional.
Sebagai salah satu destinasi wisata edukasi, Museum Dewantara Kirti Griya memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang perjalanan pendidikan Indonesia dan perjuangan tokoh-tokoh penting dalam sejarahnya.
Dengan kunjungan ke museum ini, kita diajak untuk mengenang dan mengapresiasi jasa-jasa Ki Hajar Dewantara yang telah meletakkan dasar bagi pendidikan di Indonesia, yang terus berkembang hingga kini.