Perhelatan musik Keroncong Plesiran 2025 kembali digelar untuk yang kesembilan kalinya, di Desa Wisata Tinalah, Purwoharjo, Samigaluh, Kulon Progo, Sabtu malam (24/05). Lebih dari sekadar konser musik, acara ini juga menjadi medium pelestarian budaya serta pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal.
Keroncong Plesiran 2025 digagas Komunitas Simphony Kerontjong Moeda dan didukung Dana Keistimewaan (Danais) DIY. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bagian dari program Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 Kementerian Pariwisata.
Deretan penampil lintas genre turut memeriahkan panggung, seperti Grup Keroncong Mangestoni, Grup Keroncong Luar Kota, serta musisi nasional Marcello Tahitoe, Bilal Indrajaya, Endah Laras, dan Paksi Raras Alit.
Acara juga dimeriahkan penampilan Paduan Suara Omah Cangkem di bawah konduktor Boris Sirait, serta dipandu pembawa acara Putri Manjo, Alit Jabang Bayi, dan Gundhissos.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Borobudur, Agustin Peranginangin, yang hadir mewakili Kementerian Pariwisata, mengapresiasi tinggi keberlangsungan acara ini. “Saya salut kepada warga Yogyakarta dan seluruh penonton yang tetap bertahan. Keroncong Plesiran adalah bagian dari Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 Kementerian Pariwisata,” ujarnya.
Baca juga: Gelar Seni Budaya Yogyakarta 2025 di TMII, Wujud Pelestarian Budaya
Disamping itu, Kepala Bidang Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata DIY, Imam Pramana, menyatakan kegiatan ini telah diselenggarakan di berbagai lokasi untuk memeratakan kunjungan wisata.
“Sekitar 70 persen pengunjung berasal dari luar daerah. Ini menjadi peluang besar bagi promosi destinasi alternatif seperti Desa Tinalah,” ungkapnya dilansir dari jogjaprov.go.id.
Kegiatan ini juga menjadi ajang promosi produk UMKM lokal. Para pengunjung disambut dengan kuliner khas berupa Wingko Tinalah sebagai cinderamata budaya.
Ari “Kancil” Sulistiyanto selaku inisiator menyebut bahwa pemilihan lokasi di Kulon Progo bertujuan memperluas jangkauan dan memberdayakan desa wisata. “Tahun ini kami pilih Kulon Progo karena belum pernah mampir ke sini. Kami ingin memberdayakan masyarakat desa wisata dalam semangat budaya,” ujarnya.
Baca juga: Griya Batik Jogja Kota Batik Dunia Diresmikan, Jadi Pusat Pengembangan Seni dan Edukasi Batik DIY
Musisi Paksi Raras Alit menyebut Keroncong Plesiran sebagai “hari rayanya keroncong” dan berharap Desa Tinalah mendapat manfaat yang sama seperti lokasi-lokasi sebelumnya yang kini dikenal lebih luas.
Dengan mengusung konsep lintas generasi dan lokasi eksotis, Keroncong Plesiran 2025 kembali membuktikan dirinya bukan sekadar panggung hiburan, tetapi simbol kebangkitan budaya serta penggerak ekonomi kreatif masyarakat.
Acara ini terus berkontribusi dalam pelestarian musik keroncong dan penguatan ekosistem seni budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta.