By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kisah Aiptu Sunardi, Rela Berbagi Rezeki Demi Kucing Liar
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Profil > Kisah Aiptu Sunardi, Rela Berbagi Rezeki Demi Kucing Liar
Profil

Kisah Aiptu Sunardi, Rela Berbagi Rezeki Demi Kucing Liar

Achmad Aristyan
Last updated: 23/02/2025 01:17
Achmad Aristyan
Share
Aiptu Sunardi sedang memberi makan kucing liar. Foto: Kompas.com/Dian Ade Permana
SHARE

Setiap pagi, Aiptu Sunardi, seorang Bhabinkamtibmas Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Salatiga, Jawa Tengah, menjalani rutinitas uniknya bersama kucing liar.

Dengan sepeda motor dinasnya, ia tidak hanya menunaikan tugas sebagai anggota kepolisian, tetapi juga menjalankan misi pribadi yang telah ia lakoni selama puluhan tahun yaitu memberi makan kucing-kucing liar. 

Aktivitas ini menjadi bagian dari kesehariannya selama lebih dari 25 tahun, dengan intensitas meningkat dalam satu dekade terakhir sejak ia bertugas di Bhabinkamtibmas.

Perjalanan Sehari-hari untuk Kucing Jalanan  

Setiap hari, Sunardi mengunjungi setidaknya 10 titik di sekitar Salatiga. Tempat-tempat itu meliputi Mapolres Salatiga, Mapolsek Sidomukti, kantor Kecamatan Sidomukti, kantor Kelurahan Dukuh, hingga area perumahan, sekolah, dan kafe. 

Ia membawa pakan kucing dalam kemasan 800 gram yang disimpan dalam boks sepeda motor dinasnya, lengkap dengan piring plastik sebagai wadah makanan. 

“Kucing-kucing itu sampai hafal dengan suara motor saya. Begitu mendengar, mereka langsung berkumpul,” ungkap Sunardi dilansir dari regional.kompas.com.

Bahkan, saat Sunardi sedang bertugas di lokasi tertentu, kucing-kucing sering kali mengendus motor dinasnya, seolah mengerti bahwa ia adalah sumber kebaikan bagi mereka.

Kisah yang Menginspirasi  

Kebiasaan mulia ini bermula dari sebuah momen yang membekas di hati Sunardi. 

“Dulu, saya melihat seekor kucing kelaparan di warung. Tidak ada yang peduli, lalu saya membelikannya kepala ayam. Kucing itu makan dengan lahap, dan sejak saat itu saya merasa trenyuh,” ceritanya.

Nilai-nilai kebaikan yang diajarkan orang tua dan gurunya menjadi landasan utama dalam tindakannya. Ia percaya bahwa berbuat baik bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada binatang. 

“Jika ada hewan yang terluka atau terkena bencana, saya rawat sampai mereka kembali sehat. Semoga kebaikan kecil ini menjadi berkah dan penolong bagi kita kelak,” tuturnya penuh harap.

Pengeluaran dan Dedikasi  

Untuk memenuhi kebutuhan kucing-kucing jalanan, Sunardi menghabiskan sekitar Rp 1,5 juta setiap bulan dari uang pribadinya. Di rumahnya, ia juga merawat 25 ekor kucing, termasuk yang sakit, cacat, atau dibuang di depan rumahnya. 

“Ada kucing yang matanya tinggal satu, tapi saya tetap merawatnya. Sekarang ia sudah gemuk,” ujarnya dengan senyum bangga.

Meski pengeluaran cukup besar, Sunardi tidak pernah merasa terbebani. Ia justru menemukan banyak keberkahan dari tindakan ini. 

“Pernah suatu kali kucing mengotori sajadah dan tempat tidur saya. Besoknya, rezeki datang tak terduga. Saya percaya kebaikan selalu kembali kepada kita,” kata Sunardi sambil bercerita bahwa salah satu kucingnya selalu menemaninya saat shalat.

Komitmen untuk Terus Berbuat Baik  

Sunardi bertekad untuk terus melanjutkan kebiasaan ini. 

“Saya tidak akan berhenti memberi makan kucing-kucing liar. Kita harus saling menjaga sebagai makhluk ciptaan Allah,” tegasnya. Baginya, perhatian terhadap makhluk lain, sekecil apa pun, adalah bentuk ibadah dan manifestasi kasih sayang.

Kisah Aiptu Sunardi ini menjadi contoh nyata kebaikan bisa diwujudkan dalam tindakan sederhana namun berdampak besar, bahkan bagi makhluk yang sering kali terlupakan, seperti kucing liar.

You Might Also Like

Siti Aminah Marijo, Pelopor Bekatul Beras Merah di Wonosobo

Naufal Abshar: Tawa di Balik Kanvas “Haha”

Jejak Sejarah Kabupaten Lahat yang Terlahir dari Perjuangan

Fuad Khasbiantoro, Sarjana Teknik Bangga Jadi Petani Wortel

Hengky Krisnawan dan Karya Kerajinan Kulit Autentiknya

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Achmad Aristyan
Content Writer
Previous Article Menbud Fadli Zon: Budaya Indonesia Bisa Jadi Kunci Perdamaian
Next Article Mengapa Melukat Penting dalam Tradisi Hindu Bali? Ini Alasannya
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?