Provinsi Kepulauan Riau memiliki kekayaan budaya dan kuliner yang khas. Salah satu makanan tradisional dengan nama unik yaitu kue Batang Buruk. Meskipun namanya terdengar kurang menarik, kue ini justru memiliki rasa yang lezat.
Kue yang ditemui di Bintan dan Tanjungpinang terbuat dari tepung gandum dan campuran tebung beras dan kelapa. Setelah diolah, bagian dalam ke akan dimasukkan campuran serbuk kacang hijau, gula halus, dan susu bubuk.
Kisan Cinta Putri Kerajaan Bintan
Kue Batang Buruk tidak hanya memiliki cita rasa yang istimewa, tetapi juga sejarah yang menarik. Berdasarkan catatan sejarah, kue ini sudah dikenal sejak lebih dari 400 tahun.
Hal ini berkaitan dengan kisah cinta seorang putri kerajaan di Bintan bernama Wan Sendari.
Dia adalah putri sulung Baginda Raja Tua yang diam-diam jatuh hati pada seorang pemuda bernama Raja Andak, yang memiliki gelar Panglima Muda Bintan. Sayangnya, cinta Wan Sendari bertepuk sebelah tangan karena Raja Andak lebih memilih adik kandungnya, Wan Inta.
Merasa sedih dan ingin mengalihkan perasaannya, Wan Sendari menghabiskan waktunya di dapur istana bersama para dayang untuk mencoba resep baru. Hasilnya, ia menciptakan kue ringan yang langsung hancur berderai saat digigit.
Sang Putri pun meminta izin kepada ayahnya menyajikan kue buatannya untuk tamu kerajaan.
Baginda Raja Tua mengabulkan permintaan tersebut, dan pada suatu perjamuan istana, kue ini pun disuguhkan kepada para pembesar kerajaan, termasuk Raja Andak.
Ketika para tamu mencicipinya, serpihan kue berjatuhan dan mengotori pakaian kebesaran mereka, sehingga membuat mereka malu. Namun, Raja Andak tetap memakan kue itu tanpa menjatuhkan satu pun serpihan, menunjukkan ketenangannya dalam menikmati makanan.
Momen ini pun melahirkan filosofi yang berkembang di Kerajaan Bintan, yaitu “Biar pecah di mulut, jangan pecah di tangan.” Filosofi ini menggambarkan bahwa seorang bangsawan harus memiliki etika dalam makan, tidak tergesa-gesa, serta menunjukkan kesopanan dan kewibawaan.
Proses Pembuatan
Kue Batang Buruk memiliki ukuran kecil, sekitar 3-4 sentimeter per buah.
Kue ini dibuat dari campuran tepung gandum, tepung beras, dan tepung kelapa yang diaduk hingga menjadi adonan. Agar adonan lebih menyatu, ditambahkan mentega dan sedikit air.
Setelah adonan siap, dibentuk menjadi lembaran tipis lalu dipotong dalam bentuk persegi panjang.
Kemudian, menggunakan batang besi berbentuk silinder, adonan tersebut digulung sehingga membentuk gulungan berongga di bagian tengahnya.
Setelah terbentuk, adonan digoreng dalam minyak panas hingga matang, lalu ditiriskan.
Setelah dingin, kue ini dilapisi dengan campuran serbuk kacang hijau goreng, gula halus, dan susu bubuk atau susu kental manis, memberikan cita rasa manis yang khas.
Kue Batang Buruk tidak hanya sekadar camilan tradisional, tetapi juga menyimpan nilai budaya dan etika yang diwariskan turun-temurun. Resepnya terus dipertahankan oleh masyarakat Melayu dan sering dibuat untuk memeriahkan hari besar atau sebagai oleh-oleh bagi keluarga dan sahabat. (Dari berbagai sumber)