By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kue Geplak, Kue Khas Betawi yang Hampir Punah
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Kue Geplak, Kue Khas Betawi yang Hampir Punah
Warisan Budaya

Kue Geplak, Kue Khas Betawi yang Hampir Punah

Anisa Kurniawati
Last updated: 27/10/2024 23:42
Anisa Kurniawati
Share
3 Min Read
kue geplak
Sajian kue geplak, kuliner khas Betawi. Foto: senibudayabetawi.com
SHARE

Kue Geplak, kudapan khas Betawi bercita rasa manis dan empuk ini mulai jarang ditemukan keberadaannya. Dulunya kue ini sering menjadi salah satu kue hantaran pengantin dalam tradisi pernikahan adat Betawi. 

Mungkin bagi kawasan atau daerah yang memiliki penduduk mayoritas Betawi seperti Condet, Kemayoran, Rawa Belong, Kelapa Dua, Marunda, Bintaro, Setu Babakan dan sebagainya mengenal dengan baik kue geplak.

Kue yang didominasi warna putih kecoklatan ini terbuat dari beras yang agak pera. Secara umum kue ini berbentuk lingkaran atau seperti lempengan bulat yang bisa diletakan di piring dalam keadan utuh atau dipotong seperti halnya dodol. 

Biasanya kue ini menjadi panganan kondang sederetan dengan kue khas atau kuliner asal Betawi lainnya seperti Dodol Betawi, Roti Buaya, Kue Kembang Goyang, Kerak Telor, dan Bir Pletok. Biasanya acara adat masyarakat Betawi seperti hajatan lamaran dan pesta pernikahan, khitanan atau sunatan, dan acara lain kue ini disajikan. 

Baca Juga: Tari Topeng Betawi, Identitas Diri Warga Betawi

Proses pembuatan kue ini terbilang repot. Apalagi waktu mengaduknya dengan tangan. Setelah diaduk kue dicetak di tenong atau wadah lalu diratakan dengan setengah dipukul. Proses pemukulan ini disebut geplak sehingga namanya juga disebut demikian. 

Bahan kue ini  terbuat dari beras yang agak pera, kelapa parut, gula merah, gula pasir, daun pandan, dan garam secukupnya. Cara pembuatannya, mulanya beras pera digiling hingga menjadi tepung lalu disangrai bersama daun pandan hingga berwarna kuning. Lalu sangrai kelapa parut hingga garing berwarna keemasan. 

Selanjutnya air gula merah dan gula pasir yang ditambahkan daun pandan dimasak hingga larut dan disaring. Disamping itu, sisihkanlah sedikit tepung untuk taburan di atas kue. Kemudian masukan tepung beras dan kelapa sangrai menjadi satu dan beri garam secukupnya.

Semua bahan yang sudah tercampur diaduk hingga merata. Kemudian diuleni sambil dimasukkan gula sedikit demi sedikit hingga adonan menyatu dan mengental. Proses pengadukan tersebut memakai wadah besar dalam keadaan panas. 

Baca Juga: Es Selendang Mayang Kuliner Betawi Yang Terus Dicari

Tahap inilah yang membutuhkan cukup tenaga. Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cetakan. Masyarakat Betawi biasanya menggunakan wadah bulat terbuat dari bambu. Setelah kue dikeluarkan dari cetakan lalu ditaburi dengan sisa tepung tadi.

Daya tahan kue ini bisa bertahan tiga hingga tujuh hari jika diletakkan di lemari pendingin. Kue geplak semakin lama membuat rasanya kuat dan renyah atau garing. Harga untuk kue geplak berkisar mulai Rp 50 ribu ke atas, tergantung ukurannya. 

Kue Geplak sendiri telah menjadi warisan budaya dari Masyarakat Betawi yang memiliki makna dan filosofi. Bahannya yang terbuat dari beras yang dicampur tersebut menggambarkan kemakmuran dari masyarakat setempat dan merupakan ukuran kebersamaan. Selain itu, juga memiliki makna keberkahan dan menyambung silaturahmi. ( Sumber: Indonesia.go.id dan sumber lainnya)

You Might Also Like

Mengenal Songket Silungkang: Kain Tradisional Tertua

Simbol Patriotisme Masyarakat Maluku Dalam Gerak Tari Cakalele

Tari Tide-Tide, Dari Pergaulan Hingga Hiburan Rakyat Halmahera

Gedung Indonesia Menggugat Saksi Perjuangan Bangsa Indonesia

Warisan Budaya Agraris Sunda dalam Pemainan Susumpitan

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Anisa Kurniawati
Content Writer
Previous Article Meutya Hafid, Mantan Jurnalis TV Jadi Menkomdigi
Next Article alat musik lalove Lalove, Alat Musik Penyembuh Suku Kaili Sulawesi Tengah
Leave a comment Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Munusa Championship Digelar di Wonosobo, Wadah Kreativitas dan Sportivitas Pelajar
Berita 30/05/2025
Indonesia dan Prancis Bangun Kemitraan Budaya untuk Pererat Hubungan Diplomatik
Berita 29/05/2025
Kodim Wonosobo dan Bulog Jemput Bola Serap Gabah Petani Sojokerto
Berita 29/05/2025
penulisan ulang sejarah Indonesia
DPR Setujui Proyek Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Target Rampung Tahun 2027
Berita 28/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?