By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
emmanus.comemmanus.comemmanus.com
  • Beranda
  • Berita
  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya
  • Cerita Rakyat
  • Pariwisata
Reading: Kue Kembang Waru Warisan Legendaris Kotagede
Share
Notification Show More
Font ResizerAa
emmanus.comemmanus.com
Font ResizerAa
Search
  • Berita Kategori
    • Berita
    • Profil
    • Event
    • Tradisi
    • Pariwisata
    • Cerita Rakyat
    • Warisan Budaya
Follow US
©2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
emmanus.com > Blog > Warisan Budaya > Kue Kembang Waru Warisan Legendaris Kotagede
Warisan Budaya

Kue Kembang Waru Warisan Legendaris Kotagede

Ridwan
Last updated: 19/10/2024 13:02
Ridwan
Share
3 Min Read
Foto : budaya.jogjaprov.go.id /Brigitta Adelia Dewandari
SHARE

Kue Kembang Waru, kuliner khas Kotagede yang diwariskan secara turun-temurun. Roti peninggalan kerajaan Mataram ini berbentuk seperti bunga waru dengan delapan kelopak. Bentuk ini diibaratkan sebagai jalan utama atau Hasto Broto. 

Kotagede tumbuh sebagai wilayah yang dikenal sebagai lokasi bersejarah. Sebagai salah satu pusat perkembangan kerajaan Mataram Islam pada masanya, kota ini memiliki banyak kisah sejarah. Salah satunya yaitu kuliner roti kembang waru. 

Kue Kembang Waru merupakan salah satu kuliner khas Kotagede yang dimasak para perajinnya secara turun-temurun. Pada awalnya kue kembang waru merupakan salah satu kue favorit para raja masa Mataram Islam. Hidangan ini selalu ada dalam setiap hajatan ataupun acara adat pada masa itu. 

Makna Filosofi Bentuk Waru

Tidak diketahui secara pasti siapa penemu roti ini. Pada masa Mataram Islam, pusat pemerintahan terletak diwilayah Kotagede yang terkenal dengan pohon waru yang tumbuh subur di sepanjang jalannya. Maka dari itu, para sahabat kerajaan membuat roti ini karena bentuknya mudah dibuat. 

Kue kembang waru memiliki bentuk yang khas berupa kelopak bunga yang berjumlah delapan di sisi pinggirnya. Bentuk ini  memiliki arti delapan jalan utama atau hasto broto, yang diibaratkan delapan elemen penting bagi kehidupan manusia yaitu matahari, bulan, bintang, mega (awan), tirta (air), kismo (tanah) Samudra, dan maruto (angin).

Dalam bahasa Jawa Hasta atau hasto diartikan sebagai angka delapan dan kata Brata atau Broto memiliki arti sebagai “laku” atau jalan spiritual. Bila seorang calon atau pemimpin bersedia mengaplikasikan keseluruhan unsur tersebut, maka ia akan menjadi pemimpin yang baik, berwibawa dan mampu mengayomi.

Baca Juga: Hari Kue Bulan, Cermin Budaya Warga Pontianak

Dalam proses pembuatannya kue ini menggunakan cetakan berbentuk bunga waru yang terbuat dari besi. Bahan yang digunakan antara lain tepung terigu, telur ayam, gula, susu, vanili, dan mentega. Sementara untuk wewangian kue kembang waru digunakan daun pandan atau  vanili.

Selanjutnya adonan dimasukkan ke dalam cetakan dan dipanggang di dalam oven. Secara tradisional oven yang digunakan untuk memanggang kue kembang waru menggunakan arang sebagai bahan bakarnya. Arang-arang itu ditempatkan di atas dan di bawah oven.

Proses ini membuat kue tersebut memiliki citra rasa yang gurih, harum, manis, dan bertekstur lembut. Kue ini bukan hanya sekadar sebagai kudapan, namun menjadi saksi bahwa masyarakat Kotagede sangat gigih dan tekun dalam melestarikan budaya leluhur. 

Sudah ada sejak zaman kerajaan Mataram, namun kue ini masih bisa dinikmati hingga saat ini. Biasanya kue ini dapat kita jumpai di Kotagede dengan harga mulai dari Rp1000 – Rp3000. Bahkan pada beberapa warung yang menyajikan kue ini dapat kita saksikan proses pembuatannya secara langsung.

Kue Kembang Waru sendiri telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda tahun 2019. Dengan sejarahnya yang panjang, hal ini perlu di apresiasi dan dijaga untuk generasi yang akan datang. (Anisa Kurniawati-Sumber: budaya.jogjaprov.go.id)

You Might Also Like

Menyusuri Jejak Peradaban Kerajaan Galuh di Astana Gede Kawali

Mencicipi Sajian Bubur Bernama Unik Burbacek Khas Indramayu

Pesona Alunan Suara Gamelan Sunda yang Mendayu

Menelusuri Jejak Kuliner Wajik Menjadi Jajanan Klasik

Mencicipi Cita Rasa Soto Tauco Tegal yang Menggugah Selera

Sign Up For Daily Newsletter

Be keep up! Get the latest breaking news delivered straight to your inbox.
[mc4wp_form]
By signing up, you agree to our Terms of Use and acknowledge the data practices in our Privacy Policy. You may unsubscribe at any time.
Share This Article
Facebook X Copy Link Print
Share
By Ridwan
Content Editor
Previous Article Malomkub Poadohoi, Tradisi Kumpul Keluarga di Kepulauan Sula
Next Article 14 Panggung Pesta Rakyat Meriahkan Pelantikan Prabowo-Gibran
1 Comment 1 Comment
  • Pingback: Kue Apem, Kudapan Wajib Bulan Muharram - emmanus.com

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media

2kFollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
- Advertisement -
Ad imageAd image

Berita Terbaru

Sinergi Lintas Sektor Antar Daerah, Dieng Ditetapkan Sebagai Geopark Nasional
Berita 21/05/2025
Hari Kebangkitan Nasional
Kraton Yogyakarta Peringati Hari Kebangkitan Nasional Lewat Pertunjukan Budaya “Darpa Rumpaka”
Berita 21/05/2025
peringatan harkitnas
Peringatan Harkitnas di Wonosobo: Momentum Bangkit Menuju Indonesia Emas 2045
Berita 21/05/2025
Pesta Siaga Jateng 2025
Bupati Wonosobo Lepas Kontingen Pramuka Siaga untuk Pesta Siaga Jateng 2025
Berita 21/05/2025
- Advertisement -

Quick Link

  • Kontak Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Media Siber

Top Categories

  • Profil
  • Event
  • Tradisi
  • Warisan Budaya

Stay Connected

200FollowersLike
4kFollowersFollow
2.4kSubscribersSubscribe
18kFollowersFollow
emmanus.comemmanus.com
Follow US
© 2024 PT Emma Media Nusantara. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Nama Pengguna atau Alamat Email
Kata Sandi

Lupa kata sandi Anda?