Di setiap daerah, kuliner ekstrem menjadi bagian penting dari warisan budaya, meskipun sering dianggap aneh atau bahkan sangat tidak umum oleh sebagian orang.
Salah satu contoh kuliner ekstrem yang sangat dikenal di Indonesia adalah paniki atau kelelawar, yang merupakan hidangan khas Sulawesi Utara, khususnya di Manado.
Dengan cita rasa yang unik dan cara pengolahan yang khas, paniki menawarkan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi para penikmatnya.
Hidangan Khas Minahasa
Dilansir dari Kompas, Paniki menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi kuliner Manado selama berabad-abad. Dikenal dengan rasa unik dan mengandung rempah-rempah khas Sulawesi Utara.
Paniki menjadi hidangan istimewa yang sering dinikmati dalam berbagai acara spesial seperti ulang tahun atau hari raya.
Bagi masyarakat Minahasa, daging kelelawar yang diolah dengan bumbu tradisional bukan hanya soal rasa, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya mereka.
Kelelawar, yang umumnya dianggap sebagai hewan yang tidak lazim untuk dikonsumsi, dipercaya memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan. Konon, daging kelelawar memiliki kandungan senyawa kitotefin yang mirip dengan obat asma.
Selain itu, daging kelelawar juga dianggap kaya akan protein dan Omega-3, yang diyakini dapat meningkatkan kecerdasan serta membantu mengurangi penuaan dini.
Proses Rumit
Melansir dari Wikipedia, pengolahan paniki membutuhkan keterampilan khusus. Setelah dibersihkan dari bulu-bulunya, kelelawar dimasak dengan santan dan bumbu khas, seperti bawang merah, bawang putih, cabai, daun serai, dan jahe.
Proses memasak ini memakan waktu hingga dua jam, agar santan meresap sempurna ke dalam daging kelelawar. Hasilnya, paniki memiliki rasa yang pedas dan kaya bumbu, sangat khas dari masakan Manado.
Biasanya, paniki diolah dengan teknik rica-rica, woku, atau sup, yang memberikan rasa yang tajam dan menggugah selera.
Kuliner Ekstrim
Paniki dapat ditemukan dengan mudah di beberapa pasar tradisional di Sulawesi Utara, seperti Pasar Bersehati, Pasar Beriman, dan Pasar Pinasungkulan.
Di Pasar Pinasungkulan, yang terletak di Karombasan, Manado, paniki menjadi salah satu daya tarik utama bagi para wisatawan yang tertarik dengan kuliner ekstrem.
Pasar ini juga menjual berbagai hewan eksotis lainnya seperti daging ular, babi hutan, dan anjing, yang membuatnya semakin terkenal sebagai surga bagi pecinta kuliner ekstrem. Bagi sebagian orang, menjelajahi pasar tradisional ini menjadi bagian dari pengalaman wisata yang unik.
Di Pasar Beriman, misalnya, pengunjung bisa menemukan paniki sebagai bagian dari “keanehan” yang memikat rasa penasaran banyak orang.
Regulasi Paniki
Meskipun paniki menjadi hidangan yang populer di Sulawesi Utara, pemerintah melalui Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut telah menetapkan kuota untuk penangkapan kelelawar hitam, yang tidak dilindungi.
Setiap tahun, kuota penangkapan kelelawar dibatasi maksimal 150 ekor, dan masyarakat diimbau untuk membentuk penangkaran kelelawar guna menjaga keseimbangan ekosistem.
BKSDA Sulut bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk meneliti dampak ekonomi dari perdagangan satwa liar dan memberikan alternatif ekonomi bagi masyarakat. (Dari berbagai sumber)