Mi Aceh, kuliner dari bagian utara Pulau Sumatera berbahan dasar mi dengan kuah kari kental telah menjadi hidangan yang banyak dikenal di berbagai daerah Indonesia. Kuliner perpaduan antara India, mi Tiongkok, dengan bumbu rempah khas Aceh ini sering dihidangkan pada saat lebaran.
Masakan dari Sumatera terkenal kaya akan rempah serta berkuah dan sanggup menggugah selera siapa saja yang mencobanya. Salah satu daerah itu adalah Aceh, provinsi paling utara di Bumi Andalas. Hari Raya Idulfitri menjadi momentum paling pas untuk menjajal aneka kuliner spesial buatan masyarakat Serambi Makkah.
Jika biasanya hidangan yang sering ditemukan saat lebaran adalah opor ayam, rendang dan lainnya. Maka di Aceh, kuliner paling terkenal adalah mi aceh. Hidangan ini terbuat dari mi kuning tebal dengan irisan daging sapi atau kambing dan bisa juga dicampur udang atau cumi.
Baca Juga: Mie Ongklok Longkrang: Ikon Kuliner Wonosobo Sejak 1975
Masakan mi tersebut juga disajikan dalam sup seperti kari gurih, kemudian ditaburi bawang goreng yang membuat sajian ini semakin harum baunya. Akan lebih lengkap lagi jika ditambah keripik emping, timun, dan jeruk nipis.
Masakan khas ini biasanya disajikan dalam bentuk mi kuah, mi goreng kering, dan mi goreng basah. Baik kuah dan goreng, keduanya menggunakan kaldu sebagai bahan utamanya. Perbedaannya hanya terletak pada kekentalan kuah yang digunakan.
Selain menggunakan mi kuning yang tebal, perbedaan dengan masakan mi dari daerah lain adalah dari bumbu yang digunakan. Biasanya mie ini menggunakan bumbu halus seperti cabai merah, kunyit, jinten, kapulaga, bawang putih, dan merica dengan jumlah takaran yang relatif banyak.
Dilansir dari laman katadata.co.id, keberadaan mi dari Aceh dipengaruhi oleh India dari bentuk masakannya yang berupa kaldu kental. Selain itu juga mi yang dipengaruhi dari Tiongkok. Pengaruh tersebut terjadi karena dulunya pelabuhan Kerajaan Aceh merupakan pelabuhan sibuk yang banyak disinggahi pedagang asing.
Menurut buku, “Sejarah Makanan dan Bumbu Khas Aceh yang Melegenda” oleh Analisa Tempo, pelopor mi khas ini adalah rumah makan Mi Razali yang telah berjualan sejak tahun 1967. Pada saat itu, belum menggunakan nama mi aceh.
Seiring dengan perkembangan zaman, mi Aceh kemudian dibawa ke tanah Jawa bahkan hingga Malaysia. Hingga saat ini kuliner tradisional ini mudah di seluruh daerah Indonesia (Anisa Kurniawati-Berbagai sumber)