Dadung Awuk merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Seni ini termasuk dalam teater rakyat yang berbentuk dramatari, yaitu perpaduan antara lakon, drama, tarian, dan iringan musik.
Dilansir dari direktoribudaya.slemankab.go.id, pertunjukan ini berkembang dari kesenian Srandul, meski terdapat perbedaan antara keduanya. Srandul biasanya mengangkat kisah dari Serat Menak, Cerita Panji, serta legenda dan dongeng.
Sebaliknya, Dadung Awuk hanya mementaskan kisah tokoh utamanya, Dadung Awuk, yang meliputi perjalanan hidupnya sejak muda hingga pengabdiannya kepada Kerajaan Demak, termasuk pertemuannya dengan Jaka Tingkir.
Keunikan Pertunjukan Dadung Awuk
Pertunjukan Dadung Awuk membutuhkan sekitar 30 orang pendukung, yang terdiri dari 9 orang pemusik dan vokalis serta 21 pemain laki-laki. Uniknya, seluruh peran, termasuk peran perempuan, dimainkan laki-laki.
Alat musik yang digunakan dalam seni teater ini meliputi angklung, kendang, dan terbang, serupa dengan yang digunakan dalam kesenian Srandul.
Pertunjukan dimulai dengan alunan musik pembuka yang menarik perhatian penonton. Seorang dalang kemudian memperkenalkan cerita yang akan dimainkan.
Para pemain berpentas di panggung sambil menari dengan kostum sederhana yang menggambarkan karakter yang diperankan. Biasanya, pertunjukan ini digelar di halaman rumah, pendopo, lapangan, atau panggung kesenian pada momen-momen tertentu.
Legenda Dadung Awuk dan Jaka Tingkir
Melansir dari darmawanaji.com, cerita Dadung Awuk mengisahkan seorang pemuda dengan kekuatan luar biasa yang mengikuti ujian pendadaran prajurit Kerajaan Demak.
Dalam salah satu sesi, Dadung Awuk berhasil mengalahkan seekor banteng dengan sekali pukulan. Jaka Tingkir, atau Sultan Hadiwijaya, yang kala itu bertugas sebagai komandan, tertarik mengujinya langsung.
Dalam pertarungan yang sengit, Jaka Tingkir akhirnya mengalahkan Dadung Awuk, yang kemudian tewas. Insiden ini memicu keributan politik hingga Jaka Tingkir harus melepaskan jabatannya.
Nilai-Nilai Tradisional dalam Dadung Awuk
Dadung Awuk tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga menjadi media perekat nilai sosial, sistem kontrol sosial, serta sarana penyampaian pesan kepada masyarakat.
Nilai-nilai dalam kisah dan pertunjukan ini menjadi bagian penting dari tradisi Yogyakarta.
Upaya Pelestarian Dadung Awuk
Saat ini, keberadaan Dadung Awuk di Yogyakarta terancam punah. Meski demikian, masih ada beberapa kelompok seni yang mencoba mempertahankan tradisi ini, seperti grup Dadung Awuk Mudatama di Tegalrejo, Tamanmartani, Sleman.
Kelompok ini biasanya tampil pada acara khusus, seperti peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dengan dukungan dari masyarakat setempat.
Sebagai seni yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, pelestarian Dadung Awuk sangat penting. Kesenian ini tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga media pembelajaran yang kaya akan nilai tradisi.