Kabupaten Kutai Kartanegara di Kalimantan Timur kini semakin dikenal, terutama setelah wilayahnya menjadi bagian dari kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Namun, jauh sebelum itu, Kutai Kartanegara sudah memiliki sejarah panjang yang menjadikannya terkenal. Sejarah ini pula yang melahirkan banyak cerita legenda menarik, yang kini menjadi daya tarik wisata melalui pendekatan “storynomics tourism”.
Sekadar informasi, “storynomics tourism” adalah konsep pariwisata yang menitikberatkan pada narasi, konten kreatif, serta budaya hidup, dengan memanfaatkan kekayaan budaya sebagai cara mengenalkan destinasi wisata. Dengan kata lain, melalui storynomics tourism, Kutai Kartanegara dapat menyajikan pengalaman wisata yang unik dan mendalam, baik dari segi sejarah maupun budaya yang masih terjaga hingga kini.
Cerita sejarah di Kutai Kartanegara tak bisa dilepaskan dari keberadaan “Kerajaan Hindu tertua di Indonesia”, Kutai Martadipura, yang didirikan pada abad ke-4. Penting untuk dicatat bahwa Kerajaan Kutai Martadipura berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara.
Sisa-sisa kejayaan Kerajaan Kutai Martadipura bisa disaksikan di “Museum Mulawarman”, yang menyimpan lebih dari 5.000 koleksi bersejarah. Di dalamnya, pengunjung bisa melihat singgasana, pakaian kerajaan, senjata seperti tombak dan keris, kalung, serta prasasti yupa. Museum ini juga memiliki kolam berbentuk naga yang melambangkan perjalanan hidup dan penjaga alam semesta, sesuai dengan legenda masyarakat Kutai.
Selain itu, terdapat pula makam para raja yang terletak di sisi museum, menambah aura sejarah yang begitu kental. Dengan konsep storynomics tourism, wisatawan bisa lebih menikmati perjalanan belajar sejarah di Kalimantan Timur dengan cara yang lebih interaktif dan menarik.
Selain sejarah Kerajaan Hindu, Kutai Kartanegara juga memiliki legenda menarik tentang asal usul “Orang Basap”, yang terkait dengan runtuhnya Kerajaan Kutai Martadipura pada abad ke-14. Dari peristiwa tersebut, berdirilah Kerajaan Kutai Kartanegara dengan rajanya yang pertama, Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Menurut kisah, sang raja dikenal gemar menyabung ayam dan memiliki seekor ayam jago sakti bernama Perak Kemudi Besi, yang mampu mengalahkan semua ayam, termasuk milik raja-raja dari Jawa hingga Tiongkok. Hingga suatu ketika, seorang pangeran Tiongkok menantang sang raja dan bertaruh besar dalam adu ayam, namun berkali-kali kalah. Karena malu, pangeran tersebut melarikan diri.
Alih-alih mengejar, Raja Aji Batara hanya mengucapkan mantra yang mengundang angin puting beliung, memaksa kapal sang pangeran menepi di Teluk Sangkulirang. Di sana, pangeran tersebut menikahi penduduk lokal, yang akhirnya melahirkan “Orang Basap”, keturunan dari pangeran Tiongkok dan Suku Dayak Punan.
Dengan mengusung storynomics tourism, legenda ini tak hanya menjadi cerita, tetapi juga daya tarik yang menawarkan pengalaman wisata yang lebih kaya dan mendalam di Kutai Kartanegara. (Achmad Aristyan – Sumber: kemenparekraf.go.id)