Tantangan teknologi saat ini khususnya Artificial Intelligence (AI) membuat para fotografer harus mengembangkan kreativitasnya lebih baik. Terkait hal ini, para mahasiswa semester lima dan tujuh jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) mata kuliah fotografi di Institut Sains dan Teknologi Terpadu Surabaya (ISTTS) mengadakan pameran Art Photography Exhibition 2024, 16-18 Desember 2024.
Pameran yang berlangsung di Auditorium ISTTS ini, bertajuk ‘Capturing the Essence of Life through Lens and Storytelling‘ itu, diikuti oleh 32 mahasiswa dan empat dosen ISTTS. Setiap fotografer menampilkan setidaknya dua foto dari satu seri dengan total 10 foto.
Dalam pameran ini, setiap fotografer menyoroti keindahan dari berbagai macam topik di dalam kehidupan hasil visualisasi melalui karya foto, yang berkaitan dalam serinya dan penceritaan yang keseluruhannya dapat diapresiasi dan diinterpretasikan oleh audiens.
Dosen pengampu Mata Kuliah Pilihan (MKP) Fotografi ISTTS, Yulius Widi menyampaikan perkembangan fotografi saat ini sangat besar apalagi diiringi munculnya AI. Fenomena ini membuat kesenjangan bagi para pegiat fotografi untuk menjadikannya sebagai sebuah alat baru. Ia menginginkan AI hanya sebagai pendamping untuk membantu proses editing foto.
“Jadi saya inginnya AI itu tidak hanya membuat sebuah prom saja kalau di fotografi ya. Tapi saya tetap menggunakan AI sebagai tool saja. Saya memperbolehkan karya-karya di sini menggunakan teknologi terbaru, yakni dengan motret dulu kemudian diedit menggunakan AI. Sehingga tidak 100% prom. Karena kan beda bukan fotografi,” jelasnya, Rabu (18/12/2024) dikutip dari Infopublik.
Di pameran Art Photography ini, Yulius mengatakan, para peserta diberikan kebebasan untuk mengeluarkan idenya melalui karya foto yang dipajang. “Karena ini kan jurusannya DKV. Biasanya karyanya itu kan by order. Nah di art photo itu benar-benar saya bebaskan. Anda itu juga bisa punya ide sendiri tanpa order dari orang lain. Sehingga itu akan menguatkan kreativitas,”imbuhnya.
Terkait tantangan perkembangan teknologi AI, Yulius menerangkan, bagi para fotografer saat ini tinggal menunggu waktu untuk memanfaatkan AI sebaik-baiknya ketika mengembangkan kreatifitas melalui karya foto yang dihasilkan. Sehingga, Ia berharap supaya para fotografer tidak merasa tersaingi dengan AI.
“Ke depannya, saya yakin ya seperti waktu zaman lukis, seni lukis itu ditimpa oleh fotografi dulu. Waktu itu kan pelukis itu sangat benci dengan teknologi fotografi. Fotografi pun sekarang banyak yang takut dengan AI. Terakhir masalah waktu nanti kan. AI nanti toh juga akan jadi seni yang lain. Saya yakin akan seperti itu karena yang tidak bisa diwakili AI itu cuma kreativitas sama hati nurani itu nggak bisa diwakili oleh AI,” jelasnya.
Mengingat pameran ini adalah wujud penilaian mata kuliah pilihan fotografi ketika di semester akhir, Yulius mengatakan, sehingga masing-masing peserta yang ikuti masih mahasiswa tingkat atas supaya menjadi modal bagi mereka saat menghadapi kelulusan.
“Pameran art photography ini saya kira bisa memicu lebih tinggi kreativitas yang harapannya para mahasiswa itu bisa lebih kreatif menghadapi teknologi yang luar biasa ini. Kalau tidak kreatif kan ya nggak jadi apa-apa kalah sama teknologi ya kan. Jangan sampai kalah sama teknologi,” pesannya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pelaksana pameran Aurelius Andika mengatakan, pameran ini diadakan memang untuk tugas mata kuliah pilihan art fotografi, yang setiap konsep karyanya tergantung oleh masing-masing karya photografer.
“Seperti karya foto saya sendiri itu, temanya kayak semacam kurungan. Jadi kayak kurungan kehidupan yang tampaknya ideal tapi sebenarnya itu menyiksa orang yang ada di hidup itu. Nah terus saya update konsep-konsep lain juga. Itu masing-masing foto juga disertai sama narasi yang mendukung konsep yang mereka angkat,”imbuh mahasiswa yang kerap disapa Lius tersebut.
Ketentuan untuk mengikuti pameran bagi peserta, Lius menyebutkan, setiap mahasiswa harus menyerahkan minimal 10 karya foto. Namun, karena ruangan pameran juga lumayan terbatas, satu satu orang mencetak ekitar dua sampai tiga atau empat foto dengan ukurannya yang lebih kecil-kecil. “Di dalam ruang pameran juga ada katalog jadi bisa dilihat foto lengkapnya 10 foto dalam satu seri itu. Total karya foto yang dipajang dalam ruangan ini ada 69 karya,”jelasnya.
Ia menuturkan dalam pameran art photography ini, setiap peserta benar-benar dikasih kebebasan untuk menentukan temanya sendiri, sehingga mereka dapat mempersembahkan karya dengan maknanya masing-masing yang lebih tereksplore kreatifitasnya. Melalui pameran ini, Ia berharap bisa belajar lebih mendalam untuk menggali kreatifitasnya sebagai pegiat fotografi.
“Jadi kalau dari semacam mood dari pameran ini sendiri, Capturing the essence of life through lens and storytelling, apapun di dalam hidup itu bisa diangkat. Sehingga jika misalnya kita cukup punya kreativitas, ya kalau ditangkap dan ada konsepnya itu kan pasti sebenarnya itu sesuatu yang layak buat ditunjukkan ke khalayak umum juga. Jadi benar-benar ya explore around you. Kamu pasti bisa menemukan hal-hal yang menarik buat diangkat menjadi suatu hasil karya,” tambahnya.